Kisah Wanita 23 Tahun Bekerja sebagai Sopir Truk, Jadi Sinden pada Malam Hari, dan Mengelola Bisnis

Di balik tubuhnya yang mungil, perempuan berusia 23 tahun ini cukup andal saat mengemudikan truk.

Tribun Jateng/ Desta Leila Kartika
Desi Larassati (23), warga Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal yang memiliki profesi tidak biasa yaitu menjadi sopir truk. Melalui profesinya ini Desi ingin mengajak para kaum wanita untuk tidak malu, gengsi, apapun profesinya asal halal, nyaman, dan menunjukan bahwa wanita juga bisa mandiri. 

TRIBUNBANTEN.COM - Namanya Desi Larassati.

Di balik tubuhnya yang mungil, perempuan berusia 23 tahun ini cukup andal saat mengemudikan truk.

Tampilan perempuan asal Kabupaten Tegal ini pun modis, wajahnya dihiasi make up.

Dia bekerja sebagai sopir truk.

 

Awal mula Desi pada akhirnya minat menjadi sopir truk karena termotivasi dari sang ayah yang kebetulan memiliki usaha material dan bengkel truk.

Ayahnya sering mengajak Desi mengendarai truk.

Desi kecil yang masih duduk di bangku SMP saat itu, mulai tertarik dengan truk dan belajar secara otodidak tanpa sepengetahuan sang ayah. 

Dia belajar hanya dengan cara melihat sang ayah saat sedang menyetir.

Selanjutnya ia nekat diam-diam mencoba dan ternyata ia benar-benar bisa mengendarai truk. 

Desi Larassati (23), warga Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal yang memiliki profesi tidak biasa yaitu menjadi sopir truk. Melalui profesinya ini Desi ingin mengajak para kaum wanita untuk tidak malu, gengsi, apapun profesinya asal halal, nyaman, dan menunjukan bahwa wanita juga bisa mandiri. 
Desi Larassati (23), warga Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal yang memiliki profesi tidak biasa yaitu menjadi sopir truk. Melalui profesinya ini Desi ingin mengajak para kaum wanita untuk tidak malu, gengsi, apapun profesinya asal halal, nyaman, dan menunjukan bahwa wanita juga bisa mandiri.  (Tribun Jateng/ Desta Leila Kartika)

"Sebetulnya menjadi sopir truk ini bukan pekerjaan utama dan satu-satunya yang saya tekuni."

"Karena saya juga ada kesibukan lain seperti menjadi sinden dan mengelola beberapa bisnis juga.

Tapi memang karena menyetir truk sudah menjadi hobi, jadi tetap dilakukan dan saya senang menjalaninya," ujar Desi kepada Tribunjateng.com, Jumat (5/2/2021).

Lulus SMA Desi ditawari sang Ayah untuk melanjutkan kuliah, tetapi ia menolak.

Desi memilih menjadi sopir truk.

Sempat mendapat penolakan dari sang Ibu dan kakak-kakaknya, karena ppekerjaan sopir truk identik dengan laki-laki, namun Desi terus meyakinkan keluarganya.

Kalau semua akan baik-baik saja dan dia juga senang menjalaninya.

Alhasil ia bisa bertahan sampai sekarang terlebih setelah menikah dan dikaruniai satu orang anak.

Desi semakin serius menjalani pekerjaannya sebagai sopir truk.

Desi Larassati (23), warga Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal yang memiliki profesi tidak biasa yaitu menjadi sopir truk. Melalui profesinya ini Desi ingin mengajak para kaum wanita untuk tidak malu, gengsi, apapun profesinya asal halal, nyaman, dan menunjukan bahwa wanita juga bisa mandiri. 
Desi Larassati (23), warga Desa Penusupan, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal yang memiliki profesi tidak biasa yaitu menjadi sopir truk. Melalui profesinya ini Desi ingin mengajak para kaum wanita untuk tidak malu, gengsi, apapun profesinya asal halal, nyaman, dan menunjukan bahwa wanita juga bisa mandiri.  (Tribun Jateng/ Desta Leila Kartika)

Bahkan dia sudah memiliki usaha material sendiri yaitu suplier tanah urug Satria Laras Jaya Hutama (SLJH).

Dari yang awalnya ia hanya memiliki satu truk, karena dengan niat dan kegigihannya saat ini Desi sudah memiliki tiga kendaraan truk.

"Aktivitas saya setiap harinya ya kalau pagi atau siang narik truk, nanti malam harinya menjadi sinden ikut dengan anaknya almarhum Ki Enthus Susmono, yaitu Ki Haryo Enthus Susmono."

"Untuk saya selagi pekerjaan itu halal, membuat nyaman, tidak ada kata gengsi tetap dikerjakan saja," tegasnya.

Ketika sedang menarik truk, Desi biasa membawa material bangunan seperti batu kali dan pasir pesanan customer.

Sekali angkut beratnya bisa mencapai 7 ton, tapi hal ini tidak menjadi masalah bagi Desi. 

Areanya masih di sekitar Kabupaten Tegal, Pemalang, dan Brebes.

Selama ini Desi dibantu oleh tiga orang karyawan dan juga sang suami yang memiliki pekerjaan sama sepertinya.

Ditanya apakah pernah mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan saat sedang menyupir truk? 

Desi mengaku sering digoda oleh kaum adam yang kebetulan bertemu dengannya di jalan.

Kebanyakan dari mereka yang baru pertama kali melihat, pasti tidak menyangka bahwa Desi bisa mengendarai truk seorang diri.

"Jujur saya tidak pernah merasa malu dengan pekerjaan saat ini karena berkaca pada ayah saya."

"Dari pekerjaannya sebagai sopir truk, ia bisa menafkahi keluarga dan empat anaknya sekolah semua, sehingga saya sangat termotivasi dan ingin mengajak semua wanita untuk berani beda," ungkapnya.

Mengakhiri ceritanya, anak keempat dari empat bersaudara ini mengaku sang anak yang baru berusia empat tahun sudah mulai menunjukan ketertatikannya dengan truk.

Hal ini bisa dilihat karena sang anak sesekali mengotak-atik kendali mesin truk, namun karena masih kecil sehingga kakinya belum bisa sampai ke pedal gas.

Namun, tetap dengan pantauan atau penjagaan dari Desi.

"Saat narik truk biasanya anak saya juga ikut menemani."

"Jadi ya dia mulai menunjukan ketertatikannya, tetapi tetap saya awasi karena kan masih sangat kecil juga," ucap Desi.

(tribunjateng.com/dta)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Namanya Desi, Pantang Gengsi, Wanita Asli Tegal: Pagi Jadi Sopir Truk, Malam Nyinden Anak Ki Enthus

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved