Tragedi Sriwijaya Air
CVR Sriwijaya Air Ditemukan Pakai Kapal Penyedot Lumpur, Tim Hampir Menyerah di Hari Akhir Pencarian
Black box berisi CVR Sriwijaya Air Sj 182 tersebut bisa ditemukan berkat kapal penyedot lumpur yang digunakan.
Penulis: Yudhi Maulana A | Editor: Yudhi Maulana A
Apa Bedanya CVR dan FDR?
Dalam situs resmi Biro Keamanan Transportasi Australia disebutkan, CVR tidak hanya merekam suara pilot di kokpit.
Secara keseluruhan, CVR merekam percakapan kru, transmisiradio, alarm aural, gerakan kontrol, pengalihan aktivasi, serta gangguan mesin dan aliran udara.
CVR dapat merekam suara selama 30 menit terakhir sebelum pesawat terjatuh.
Baca juga: BREAKING NEWS: Kotak Hitam Sriwijaya Air SJ 182 Ditemukan, Siang ini Diumumkan
Baca juga: Black Box Pesawat Sriwijaya SJ 182 Ditemukan, Panglima TNI Tegaskan Evakuasi Masih Terus Berlanjut
Namun beberapa CVR modern dapat mempertahankan dua jam terakhir rekaman suara.
CVR biasanya berukuran tinggi 16 cm, lebar 12,7 cm, dan kedalaman 32 cm.
Sedangkan beratnya mencapai 4,5 kg.
Dalam sumber yang sama disebutkan, sekitar 80 persen kecelakaan pesawat melibatkan faktor manusia, yang berarti performa awak mungkin telah berkontribusi pada insiden tersebut.
Akibatnya, CVR sering memberikan informasi akurat kepada penyelidik tentang mengapa kecelakaan terjadi.

Dalam insiden kecelakaan pesawat Sriwijaya Air Sj 182 ini, akan terungkap percakapan antara pilot Kapten Afwan dengan kopilot Diego Mamahit di detik-detik sebelum pesawat mengalami kecelakaan.
Berbeda dengan CVR, FDR bekerja dengan cara mengumpulkan dan merekam data dari berbagai sensor pesawat ke media yang dirancang untuk bertahan dari kecelakaan.
FDR dipasang di bagian pesawat yang sekiranya paling mampu bertahan dari kecelakaan, dilaporkan Sky Brary.
Biasanya bagian ekor pesawat.
Data yang tersimpan dalam sistem FDR dapat membantu penyelidik menentukan apakah suatu kecelakaan disebabkan oleh kesalahan pilot, oleh peristiwa eksternal (seperti kaca depan), atau karena masalah sistem pesawat.