Kisah Supir Angkot di Banyumas Ubah Mobilnya Jadi Ambulans Desa, Antar Warga Vaksin & Tes Swab
Seorang supir angkutan kota (angkot) di Kabupaten Banyumas berinisiatif mengubah mobilnya menjadi ambulan desa.
TRIBUNBANTEN.COM - Seorang supir angkutan kota (angkot) di Kabupaten Banyumas berinisiatif mengubah mobilnya menjadi ambulan desa.
Dia adala Tarko, warga RT 3 RW 4, Desa Karangnangka, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Banyumas.
Pria 45 tahun itu bercerita sejak pandemi Covid-19 penghasilannya sebagai sopir angkot sangat menurun dratis.
Apalagi semenjak adanya kebijakan PPKM, angkot miliknya sudah tidak jalan selama lima bulan.
Tarko mengaku mengubah angkotnya menjadi ambulans desa lantaran banyak warga yang justru minta diantar ke Puskemas.
Hal tersebut bersaan dengan kondisi Covid-19 di Desa Karangnangka semakin meningkat.
Sehingga banyak warga desa yang positif dan butuh angkutan baik untuk vaksin ataupun tes swab antigen.
"Katanya mau vaksin dan swab juga, banyak warga desa yang belum punya akomodasi angkutan."
"Saya tawarkan kalau pakai angkot mau tidak," katanya dikutip dari Tribunjateng.com, Rabu (11/8/2021).
Baca juga: Cerita Wakil Wali Kota Serang Subadri Ushuluddin Temui Warga yang Mengadang Ambulans Pembawa Jenazah
Tarko mengaku dirinya sempat merasa takut dan khawatir karena banyak kasus meninggal.
"Tapi ketakutan itu bisa ditutupi, karena saya merasa kasihan," imbuhnya.
Diapun akhirnya diajari oleh Satgas Covid-19 desa agar menjadi sopir yang mengangkut warga suspek atau yang akan vaksin.
Tarko kemudian memakai APD lengkap dan tetap menjaga kebersihan angkot.
Masyarakat yang melihat dia pakai APD sembari mengemudikan angkot mengundang banyak perhatian.
"Sempat dikira nakes beneran, tapi kok mengemudikan mobil angkot.
Saya pakai APD lengkap, itu mereka bukan takut orangnya tapi takut saya pakai seragam APD.
Orang-orang pada tanya siapa yang akan dibawa," tuturnya.
Baca juga: Indonesia Krisis Covid-19, Pencuri Malah Bawa Kabur Ambulans di Bogor, Begini Kronologinya
Ada cerita lucu saat Tarko mengangkut warga desa untuk tes swab ataupun vaksin.
Yaitu tidak jarang tiba-tiba ada penumpang umum yang menyegat dijalan.
"Dikira saya bawa penumpang umum, padahal suspek Covid-19. Saya cuma lambaikan tangan saja," tambahnya.
Dalam satu angkot, maksimal Tarko mengangkut lima orang warga baik yang akan vaksin atau swab.
Tarko mengatakan selama dialihfungsikan menjadi menjadi ambulan, dia menerima bayaran hanya dari tim Satgas Covid-19 Desa Karangnangka.
"Kalau warga tidak membayar, jadi kalau mereka minta diantarkan buat vaksin atau swab itu gratis.
Saya terima uang dari satgas saja," katanya.
Tarko bercerita selain menjadi sopir angkot, dia juga suka memancing ikan di sungai untuk menambah penghasilan. (*)