Perjuangan Guru Sekolah Khusus di Serang Saat Belajar Daring, Datangi Rumah Siswa Untuk Mengajar
mengajar siswa disabilitas memerlukan cara khusus agar siswa dapat mengerti situasi dan kondisi saat ini.
Penulis: mildaniati | Editor: Yudhi Maulana A
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Mildaniati
TRIBUNBANTEN, KOTA SERANG - Perjuangan guru Sekolah Khusus (SKh) Negeri 2 Kota Serang untuk mendidik murid-muridnya patut diacungi jempol.
Mereka mendatangi rumah siswa penyangdang disabilitas yang tak mampu mengikuti kegiatan belajar secara daring.
Kepala Sekolah SKh Negeri 2 Kota Serang, Nani Wiratni mengaku sekolah daring menjadi tantangan bagi dirinya dan para guru.
Pasalnya mengajar siswa disabilitas memerlukan cara khusus agar siswa dapat mengerti situasi dan kondisi saat ini.
"Anak-anak yang tidak bisa daring tetap dilayani, gurunya ke rumah," tuturnya saat ditemui di sekolah, Selasa (7/9/2021).
Baca juga: Keren! 2 Siswa Disabilitas Asal Kota Serang Modif Honda Megapro Jadi Honda Gorilla
"cara khusus pasti ada, cara mengajarnya pakai bahasa isyarat susah, cara meyakinkannya disampaikan ke guru kelasnya melalui video dan Zoom harus pakai alat bantu yang konkret, dengan cara yang khusus menyampaikannya," sambungnya.
Di sisi lain, kendala saat belajar daring yaitu sinyal dan keterbatasan ponsel.
"Kesulitannya kalau daring yang pasti orang tua yang punya hape satu berebut, kesulitan sinyal," katanya.
Walaupun demikian, Nani mengaku sangat senang mengajar siswanya.
Dia sudah 28 tahun mengabdi di sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini.
Baca juga: Kabar Gembira, Pemprov Banten Beri Vaksin Covid-19 untuk Disabilitas, Berikut Lokasi dan Cara Daftar
"Sangat senang sudah 28 tahun ngajar jadi guru," terangnya.
Saat pemerintah memberlakukan sekolah tatap muka terbatas, orang tua siswa antusias menyambutnya.
"Ini hari kedua sekolah melaksanakan tatap muka," ujarnya.
"PTM ini hari kedua 2 sip pagi dan siang. TK dan SD dari jam 08.00 sampai 10.00. SMP dan SMA pukul 10.30-12.00," sambungnya.
Dia juga membatasi siswa saat sekolah tatap muka secara bergantian.
"kami batasi siswa hanya datang dua kali ke sekolah TK dan SD Senin dan Rabu. SMP dan SMA Selasa, Kamis, Jumat kelas keterampilan, prokes selalu kami bimbing," jelasnya.
Nani juga menambahkan jika jumlah siswa di sekolahnya ada 148 terdiri dari tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan autis.