Berhasil Bina Masyarakat Olah Sampah Jadi Energi Alternatif, PLN Miliki 100 Mitra dan 12 Desa Binaan

Keterlibatan PLN dalam mendampingi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan peran penting.

dokumentasi PLN
PLN berhasil membina masyarakat untuk mengelola sampah menjadi sumber energi alternatif yang dapat menghasilkan listrik. 

TRIBUNBANTEN.COM - PLN berhasil membina masyarakat untuk mengelola sampah menjadi sumber energi alternatif yang dapat menghasilkan listrik.

Hal itu merupakan terobosan untuk mengatasi permasalahan sampah yang saat ini belum dapat diselesaikan.

Pengelolaan sampah itu adalah bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Kasubdit Barang dan Kemasan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Ujang Solihin Sidik, mengatakan saat ini produksi sampah di Indonesia bisa mencapai 70 juta ton per hari.

Baca juga: Cara Bergabung Usaha Kecil dan Menengah untuk Memasarkan Produk di Fitur Marketplace PLN Mobile

Besarnya jumlah sampah ini selain menambah beban emisi karbon juga menjadi persoalan pelik lingkungan. 

"Sekitar 70 persennya bahkan terbuang begitu saja di laut dan 30 persen menumpuk menjadi gunungan sampah di tempat pembuangan akhir," katanya dalam PLN TJSL Fest 2021, Jumat (12/11/2021).

Ujang menilai, perlu ada langkah efektif agar sampah bisa dikelola dan menghasilkan manfaat, seperti yang telah dilakukan PLN melalui program TJSL.

Hal itu juga menjadi kewajiban dalam pemenuhan Sustainability Development Goals (SDG's).

Peran aktif BUMN dalam pengelolaan sampah bersama masyarakat menjadi kunci penyelesaian persoalan sampah.

Baca juga: 264 Sepeda Motor Listrik Gesits Digunakan sebagai Kendaraan Operasional PLN

"Kami, dari KLHK, sangat konsen terhadap isu sampah ini. Kami menargetkan paling tidak sampah yang dibuang ke laut bisa berkurang hingga 70 persen," ucap Ujang.

Namun, dia mengakui tidak bisa dilakukan sendiri.

Keterlibatan PLN dalam mendampingi masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan peran penting.

Ujang pun mengapresiasi langkah PLN membina warga untuk mengelola sampah menjadi sumber energi alternatif.

Baca juga: ListriQu Hadir di Aplikasi PLN Mobile, Layanan Pelanggan Cepat, Mudah, dan Berkualitas, Segera Unduh

Melalui mitra binaannya, PLN mengolah sampah menjadi brisket atau pelet untuk bahan campuran batu bara (co-firing) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Selain bisa mengurangi beban sampah juga bisa menjadikannya sebagai sumber energi alternatif," ujarnya.

Dia berharap skema pengelolaan ini selain bisa mengurangi beban sampah nasional pada 2025 dan bisa menjadi bahan baku energi yang lebih ramah lingkungan.

Menurut Ujang, KLHK bersama PLN juga juga tengah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah akhir (PLTSa).

Untuk bisa mengoperasikan PLTSa ini masih memerlukan teknologi yang canggih, seperti RDF dan sistem pemanasan sampah untuk menjadi sumber energi.

Baca juga: Bentuk Kepedulian Terhadap Pemberdayaan, PLN Peduli Berikan Bantuan kepada Santri Pesantren

Namun, dengan terjunnya PLN dalam memberikan pembinaan kepada mitra binaan, masyarakat mampu memilah sampah yang menjadi bagian terpenting.

VP Keselamatan dan Kesehatan Kerja PLN, Leiden Brix Hutapea, mengatakan saat ini PLN sudah memiliki sekitar 100 mitra binaan dan 12 desa binaan yang fokus untuk mengelola sampah menjadi lebih tepat guna.

Pengelolaan sampah melalui program TJSL ini yang sudah berjalan, satu di antaranya di Nusa Tenggara Barat (NTB).

PLN memiliki program yang memberdayakan masyarakat setempat mulai dari pemilahan sampah hingga mengolahnya menjadi pelet untuk tambahan bahan baku co-firing di PLTU.

Baca juga: PLN UID Banten Imbau Pelanggan Bayar Listrik pada Awal Bulan, Ini Konsekuensinya Jika Lalai

"Selain bisa mengelola sampah sehingga lingkungan masyarakat menjadi lebih bersih," kata Leiden.

Pengelolaan sampah menjadi pelet ini juga bahkan bisa meningkatkan perekonomian warga karena produksi pelet dari sampah kami serap menjadi bahan tambahan dalam proses co-firing.

Tak hanya di NTB, PLN saat ini telah menjalankan program co-firing di 20 PLTU yang tersebar di sejumlah lokasi, dengan konsumsi biomassa sebesar 149,466 ton.

Dari co-firing ini, realisasi produksi listriknya mencapai 139,5 gigawatthour (GWh) pada september 2021.

Targetnya, pada 2025, ada 52 PLTU yang akan menggunakan co-firing ini dengan proyeksi produksi listrik mencapai 10.601 GWh.

Baca juga: PLN Bantu Dongkrak Produktivitas dan Efisien, 148.290 Petani Gabung Program Electrifying Agriculture

Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku pelet untuk co-firing, PLN mengembangkan beberapa sumber biomassa seperti dari hutan tanaman energi sebesar 8 juta ton dan pelet sampah sebesar 1 juta ton. 

Langkah ini juga sejalan dengan target pemerintah dalam pengurangan emisi untuk mencapai net zero carbon.

Dengan teknik co-firing di PLTU ini, 12 juta ton emisi bisa berkurang.

"PLN bekerja sama dengan BUMN, BUMD dan kelompok masyarakat untuk memenuhi kebutuhan biomassa. Hal ini diharapkan dapat memberdayakan dan menggerakan roda ekonomi masyarakat," ucap Leiden.

Baca juga: PLN UID Banten Berikan Tip Aman Gunakan Listrik di Musim Hujan, Stop Kontak Rol Jangan di Lantai

Selain itu, PLN juga punya program bersama KLHK untuk mengatasi sampah di bantaran sungai Ciliwung.

Dengan membangun tempat pengolahan, sampah di sekitaran bantaran sungai Ciliwung bisa diolah menjadi brisket dan bakan baku kompor.

"Langkah ini selain menjadi tanggung jawab keberlangsungan TJSL dalam melaksanakan nilai SDG's juga bisa bermanfaat bagi PLN sendiri dalam pemenuhan bahan baku co-firing," ujarnya.

Di satu sisi, masyarakat juga jadi lebih peduli dengan lingkungan sekitar dan menjadikan sampah sebagai modal perekonomian.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved