Ini Strategi Pemprov Banten Turunkan Stunting Sesuai Target Presiden

Provinsi Banten berupaya menurunkan angka stunting dan gizi buruk. Upaya itu merupakan amanat dari Presiden Joko Widodo

Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Glery Lazuardi
Tribunnews.com/Jeprima
Ilustrasi pencegahan stunting - Petugas medis memeriksa suhu tubuh balita yang akan mengikuti imunisasi di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (26/11/2020). Imunisasi rutin lengkap merupakan program vaksin dasar yang diberikan kepada bayi kurang dari 24 jam hingga anak berusia 3 tahun dengan tujuan mempertahankan tingkat kekebalan optimal sekaligus mencegah terjadinya stunting pada anak. 

Laporan Wartawan TribunBanten.com Ahmad Tajudin

TRIBUNBANTEN.COM, KOTA SERANG - Provinsi Banten berupaya menurunkan angka stunting dan gizi buruk.

Upaya itu merupakan amanat dari Presiden Joko Widodo yang disampaikan melalui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian.

"Atas dasar itu, lembaga-lembaga yang terkait upaya menurunkan stunting dan gizi buruk, kita akan melakukan sinkronisasi agenda kerja, siapa yang mengerjakan apa," ujar Pj Gubernur Banten, Al Muktabar, kepada awak media, Selasa (31/5/2022).

Baca juga: Potensi Resiko Stunting di Banten Capai 1,3 Juta Keluarga, Terbesar di Kabupaten Tangerang

Disampaikannya bahwa dalam hal ini, tugas pokok dan fungsi BKKBN sebagai unit kerja.

BKKBN mendapatkan penugasan khusus terhadap agenda stunting dan gizi buruk.

"Maka kita menyatukan langkah untuk bisa bersama-sama melakukan upaya-upaya penanganan stunting dan gizi buruk tersebut," katanya.

Al Muktabar mengatakan bahwa Pemprov Banten akan mengoptimalkan sumber daya yang ada.

Mulai dari pengorganisasian hingga pembiayaan.

Nantinya, kata Al, mereka akan difokuskan untuk melakukan pendataan NIK dan alamat para warga yang mengalami resiko stunting dan giji buruk.

Menurutnya ada tiga level pendekatan stunting dan gizi buruk.
Pertama pendekatan level 1, menggunakan pendekatan charity atau pemenuhan pangan yang bergizi.

"Jadi bahwa benar-benar atas keadaan yang ada, maka kita harus berikan makan yang baik, secara gizi, obat-obatan itu harus dilakukan," ucapnya.

Kemudian pendekatan level 2, yaitu melalui pendekatan pemberdayaan keluarga.

Nantinya, masyarakat dalam hal ini rumah tangga sudah mulai harus bergaya sendiri.

Di mana masyarakat diharapkan secara berkelanjutan bisa keluar dari stunting tersebut.

Kemudian pendekatan level 3, yaitu melalui pendekatan pemberdayaan kelompok.

"Sehingga dengan kelompok tersebut, mereka sudah bisa saling membantu dan menggiatkan kawasan sekitar yang bermasalah secara stunting dan gizi buruk," terangnya.

Dengan begitu, bagi masyarakat yang sudah keluar dari zona stunting dan gizi buruk.

Mereka bisa melangkah untuk bisa memiliki kemampuan lebih di bidang ekonomi.

"Mereka bisa diakseskan ke kredit usaha rakyat (KUR,-red), maka dia akan permanen selesai dari persoalan stunting dan gizi buruk," ujarnya.

Bahkan dengan melakukan kegiatan tersebut, Al Muktabar menilai bahwa mereka sudah bisa melakukan jaringan ekonomi dengan kawasan sekitar atau masyarakat sekitar.

Oleh karenanya, pihaknya akan terus mendorong dan mengupayakan agar seluruh stakeholder yang terlibat bisa di optimalkan.

"Karena secara kelembagaan kita ada PKK, organisasi masyarakat lainnya, instansi pemerintah maupun TNI-Polri," tambahnya.

Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved