Cerita Penjual Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK, Tetap Raup Keuntungan
Cerita Kosim pria penjualan kambing yang mendapatkan keuntungan di tengah wabah PMK
Penulis: desi purnamasari | Editor: Abdul Rosid
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Desi Purnamasari
TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Kosim (56) pengusaha kambing mengaku tidak terkendala dalam penjulam hewan kurban di tengah wabah penyakit kuku dan mulut ( PMK).
Pria yang mengenakan kaos berwarna biru ini menceritakan bahwa, dirinya sampai saat ini tak mengalami kerugian dari segi penjualan.
Sebaliknya, ia justru mendapatkan keuntungan di tengah wabah PMK.
Baca juga: Di Hadapan Maia Estianty, Wenny Ariani Menangis Saat Tirukan Perkataan Kekey
"Jualan terus ramai, alhamdulilah tidak terkena dampak PMK," kata Kosim kepada TribunBanten.com sembari memperlihatkan kambing di lapaknya Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Sabtu (4/6/2022).
Ia menyebutkan sampai saat ini dirinya sudah menjual puluhan ekor kambing.
"Penjualan masih sama, masih banyak yang cari buat Idul Adha, ini aja udah hampir 20 ekor abis sisa 6 ekor lagi," katanya.
Di lapaknya yang berisikan enam ekor kambing, Kosim mengatakan, harga kambing di lapaknya. yang sebelumnya berkisar Rp 1.8 juta untuk kambing standar menjadi Rp 2 juta per ekor.
Sedangkan, kambing medium sebelumnya Rp 2 juta kini berkisar Rp 2.3 juta perekor. Dan kambing qurban premium Rp 2.5 juta perekor kini Rp 3 juta perekor.
Baca juga: Di Tengah Tantangan, PLN Eksekusi Terobosan, Dirut: Hasilnya Kinerja Keuangan Terbaik Sepanjang Masa
Ia memperkirakan harga tersebut diperkirakan akan terus mengalami kenaikan, menyusul pasokan kambing terus menyusut.
Kondisi itu lantaran, kata pria paruh baya ini pasokan kambing dari daerah lain tidak bisa masuk ke Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Sehingga, disaat permintaan naik menjelang Idul Adha stok kambing mulai kehabisan membuat harga jual meningkat.
Baca juga: Ajang Formula E Usai, Jokowi: Semua yang Baik untuk Negara Kita Dukungan
Meski begitu, dirnya menjelaskan wabah PMK saat ini membuat pembeli kerap meminta kejelasan surat kesehatan sapi.
Namun, hal itu membuat dirinya cemas lantaran sapi yang ia jual mengantongi surat kesehatan dari dinas terkait.
"Sebenarnya selalu ada suratnya, tapi karena sekarang pada cemas, jadi mereka minta kepastian saja," jelasnya.