Berbeda dengan Presiden RI, Pemimpin Junta Myanmar Tak Pernah Jumpa Putin Meski Kerap Kunjungi Rusia
Nasib berbeda Pemimpin Junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing dengan Presiden Jokowi Dodo (Jokowi) saat berkunjung ke Rusia.
TRIBUNBANTEN.COM - Nasib berbeda Pemimpin Junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing dengan Presiden Jokowi Dodo (Jokowi) saat berkunjung ke Rusia.
Diketahui, Presiden Jokowi saat datang ke Rusia mendapatkan sambutan hangat dari Pimpinan Rusia Vladimir Putin.
Bahkan, cara penyambutanya pun berbeda, hal tersebut terlihat dari Jokowi dan Putin duduk dan berbincang santai.
Baca juga: TERBONGKAR! Ini Percakapan Brigadir J dengan Orangtua Sebelum Ditembak Mati Bharada E
Biasanya, Putin selalu menggunakan meja panjang saat bertemu dengan perwakilan suatu negara, bahkan dari PBB sekali pun.
Berbeda dengan Jokowi, Putin hanya menggunakan meja kecil dan duduk dengan jarak kurang lebih 1,5 meter.
Nasib tersebut berbanding terbalikdengan Pemimpin Junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, jangan duduk bersama.
Meski kerap berkunjung ke Rusia, Pemimpin Junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing tak pernah bertemu dengan Vladimir Putin.

Hanya Bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia
Pemimpin Junta Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing dan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dikabarkan bertemu di Moskow, Minggu (17/7/2022).
"Mereka terus terang bertukar pandangan tentang promosi lebih lanjut dari hubungan persahabatan yang ada dan kerja sama teknologi militer," lapor media pemerintah Myanmar terkait pertemuan petinggi Myanmar dengan Shoigu.
Dilansir Al Jazeera, Rusia telah muncul sebagai salah satu pendukung paling penting militer Myanmar, yang merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari 2021.
Seperti diketahui, Junta menggulingkan pemerintahkan yang dikuasai Partai Liga Nasional yang dipimpin Aung San Suu Kyi.
Baca juga: Rusia Beri Ancaman Mengerikan jika Jembatan Krimea Dihancurkan, Ukraina Dihujani Rudal?
Aung San Suu Kyi merupakan penangkan pemilu Myanmar pada 2020.
Resim baru sedikit melegitimasi dunia internasional, protes meluas di Myanmar dengan perlawanan senjata bergulir sejak kudeta.
Rusia enggan memberikan pengakuan formal kepada Junta sebagai pemerintah Myanmar, namun setuju mengizinkan duta besar yang ditunjuk oleh pemerintah yang digulingkan tetap duduk di kursi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).