1 Warga Pagelaran Meninggal di Kamboja, Keluarga Mohon ke Pemkab Pandeglang Bantu Pulangkan Jenazah
Suhaeli (33) warga Kampung Tarogong, Desa Margasana Kabupaten Pandeglang yang bekerja di Kamboja meninggal, dan jenazahnya belum juga dipulangkan.
Penulis: Nurandi | Editor: Ahmad Haris
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Nurandi
TRIBUNBANTEN.COM, PANDEGLANG - Suhaeli (33) adalah warga Kampung Tarogong, Desa Margasana, Kecamatan Pangelaran, Kabupaten Pandeglang.
Ia bekerja di Kamboja, dan ditemukan tak bernyawa di tempat tinggalnya di negara tersebut pada Kamis (13/10/2022).
Pihak keluarga menceritakan, Suhaeli yang berangkat pada bulan Agustus 2022 lalu, memulai pekerjaannya di Kamboja baru dua bulan, sebelum ditemukan tak bernyawa.
Baca juga: 117 PMI Ilegal Dijadikan Admin Judi Online di Kamboja, Kemenlu: Kita Pulangkan Secepatnya
Meninggalnya Suhaeli, membuat kaget keluarga yang berada di Indonesia, tepatnya di Kampung Tarogong, Desa Margasana, Pagelaran Kabupaten Pandeglang.
Keluarga mendapat kabar Suhaeli meninggal dunia di Kamboja, pada Sabtu (15/10/2022) melalui temannya yang berada di Kamboja.
Shinta Sri Rahmadanty, keponakan Almarhun mengatakan, ia mendapatkan kabar tersebut dari teman kerjanya yang berada di Kamboja.
"Jadi saya dapat pesan melalui WhatsApp, bahwa sodara saya meninggal di tempat tinggalnya, pada hari Sabtu kemarin," katanya saat dihubungi TribunBanten.com, Selasa (18/10/2022).
Dirinya menyebutkan, dari informasi temannya, kepastian Suhaeli meninggal yakni pada hari Kamis (13/10/2022) di tempat tinggalnya tersebut.
Namun hingga kini, jenazah Almarhum terkendala untuk dipulangkan.
"Jadi meninggalnya dari Kamis lalu, hari Sabtu baru ditemukan. Jadi dapat kabar itu, saya kaget. Karena sebelumnya Almarhum juga sakit-sakitan di sana," ujarnya.
Saat ini, pihak keluarga masih menanti kepastian dan pemulangan jenazah Almarhum Suhaeli, yang saat ini masih berada di Kamboja.
Pihak keluarga hanya mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui teman kerja Almarhum, yang bekerja di sana, tidak melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kamboja.
Shinta juga menyampaikan, saat dirinya berkomunikasi dengan rekan kerja Almarhum yang ada di Kamboja, dirinya harus menyiapkan uang sebesar Rp 30 juta untuk pemulangan jenazah.
"Jadi kami juga enggak sanggup, enggak ada biaya, maka dari itu pas hari Sabtu itu kami saling berkoordinasi agar Almarhum dimakamkan di sana, tetapi dimakamkan secara Islam," katannya.