Kuncci Jawaban
KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia: Dua Cuplikan Teks Eksplanasi yang Berpola Kronologis dan Kausalitas
Tuliskanlah masing-masing dua cuplikan teks eksplanasi yang berpola kronologis dan kausalitas. Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137-138.
TRIBUNBANTEN.COM - Dalam kunci jawaban berikut, simak pembahasan soal: Tuliskanlah masing-masing dua cuplikan teks eksplanasi yang berpola kronologis dan kausalitas.
Pertanyaan di atas merupakan materi kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138.
Simak materi kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138 dalam artikel ini.

Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138 ditujukan bagi orangtua untuk membimbing proses belajar siswa.
Diharapkan orangtua bisa membimbing kegiatan belajar siswa di rumah dengan semangat.
Baca juga: KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 53: Menuliskan Ulang Alur Teks Naratif
Rangkuman kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138 hanya sebagai panduan, jawaban dari setiap soal tidak terpaku dari kunci jawaban ini.
Diharapkan siswa bisa mencari jawaban sendiri dari setiap soal yang disajikan.
Pada materi kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138 siswa diminta mendiskusikan tentang pola pengembangan cuplikan-cuplikan teks.
Simak pembahasan kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138 selengkapnya berikut ini.
Baca juga: KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia: Carilah Kata Penghubung antar Kalimat pada Teks Batik Besurek
Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 halaman 137 - 138
A. Menggunakan pola apakah pengembangan cuplikan-cuplikan teks di bawah ini? Diskusikanlah dengan teman-temanmu!
1. Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi makhluk hidup. Terjadinya hujan sangat dipengaruhi oleh konveksi di atmosfer bumi dan lautan. Konveksi adalah proses pemindahan panas dari suatu daerah ke daerah lainnya. Air yang ada di permukaan bumi mengalami proses penguapan akibat adanya panas sinar matahari. Air tersebut menguap ke udara dan akhirnya terus bergerak menuju langit.
POLA PENGEMBANGAN: KRONOLOGIS
2. Gempa bumi terjadi saat batuan di dalam bumi mengalami tekanan yang sangat hebat. Dua lempengan kulit bumi saling bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudra dan lempeng benua. Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan gelombang dahsyat, yang kita rasakan sebagai gempa bumi.
POLA PENGEMBANGAN: KRONOLOGIS
3. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa bersejarah. Peristiwa harus diumumkan ke seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, beberapa saat setelah proklamasi itu dibacakan oleh Soekarno-Hatta, berbagai usaha dilakukan oleh para perjuang.
POLA PENGEMBANGAN: KAUSALITAS
B. Tuliskanlah masing-masing dua cuplikan teks eksplanasi yang berpola kronologis dan kausalitas. Jelaskan alasan ataupun bukti-buktinya. Lakukan secara berkelompok. Cantumkan sumber-sumber kutipan tersebut.
TEKS EKSPLANASI BERPOLA KRONOLOGIS
Tsunami sendiri merupakan salah satu fenomena alam yang menarik untuk dipelajari. Secara umum, terdapat tiga penyebab terjadinya tsunami yaitu gempa bumi, erupsi gunung berapi, hingga kondisi atmosfer. Pada kejadian tsunami Selat Sunda, para ahli dapat memastikan bahwa tsunami kali ini terjadi akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Tsunami akibat erupsi gunung berapi sedikit berbeda dengan tsunami akibat gempa bumi. Untuk dapat menciptakan tsunami, sebuah gunung berapi yang terletak di dalam atau di daerah perairan harus mengalami erupsi dalam skala besar. Hal ini karena untuk menciptakan gelombang tinggi, diperlukan energi yang tidak sedikit. Ketika erupsi tersebut terjadi, sebagian besar material dinding gunung berapi akan luruh. Peluruhan inilah yang akan mendorong terciptanya gelombang tinggi dengan energi yang sangat masif menyertainya. Gelombang yang tercipta akan semakin tinggi dan mematikan ketika mendekati wilayah darat. Hal ini dikarenakan semakin landai dan dangkalnya wilayah yang dilewati oleh gelombang tsunami tersebut. Adapun bukti dari erupsi Gunung Anak Krakatau sebagai penyebab terjadinya tsunami Selat Sunda dipastikan melalui pengamatan udara setelah bencana terjadi. Informasi awal yang disampaikan oleh BMKG terkait tinggi gelombang yang tidak mencapai 1 meter dipatahkan dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan sebagian besar dinding gunung berapi longsor. Hal ini kemudian dipertegas dengan pernyataan saksi korban di lapangan yang menyatakan tinggi gelombang tsunami bahkan mencapai angka belasan meter. Tentunya angka ini dapat memberikan gambaran betapa dahsyatnya bencana yang melanda kawasan Selat Sunda kala itu, terutama mereka yang berada di kawasan pesisir pantai di sekitar Banten dan Lampung.
TEKS EKSPLANASI BERPOLA KAUSALITAS
Pengering rambut memanfaatkan prinsip perubahan energi. Pada setiap pengering rambut terdapat tiga komponen vital yaitu penerima daya, elemen pemanas, hingga kipas. Daya listrik yang diterima bagian penerima daya akan digunakan untuk menghidupkan elemen pemanas sambil di saat yang bersamaan menyedot udara dari sekitar alat. Keberadaan elemen pemanas inilah yang akan meningkatkan temperatur udara yang dikeluarkan oleh perangkat. Oleh karena itu, tanpa adanya elemen pemanas, pengering rambut tidak akan bisa bekerja sebagaimana mestinya. Elemen pemanas jugalah yang merubah energi listrik menjadi energi panas.
Bencana tsunami Selat Sunda setidaknya mengajarkan kita bahwa sebaik apapun pengetahuan kita tentang alam dan bencana, tetap ada hal yang tidak dapat kita pastikan. Kekuatan alam kerap melebihi daya manusia. Oleh karena itu, diperlukan tindakan preventif dan mitigasi bencana yang tepat agar di masa depan tidak perlu banyak saudara-saudari kita yang harus meregang nyawa akibat kelalaian kita dalam mengantisipasi dampak bencana.
*) Disclaimer: Jawaban di atas hanya digunakan oleh orang tua untuk memandu proses belajar anak.
Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
Artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 8 Halaman 137 138, Pola Pengembangan Cuplikan-cuplikan Teks