Keterbatasan Alat, Mahasiswa Asal Menes Pandeglang Angkat Film Kesenian Dodod yang Hampir Punah  

Mahasiswa asal Menes Pandeglang mengangkat tradisi dodod yang hampir punah, dalam perlombaan Festival Film Banten tahun 2022. 

Penulis: mildaniati | Editor: Ahmad Haris
TribunBanten.com/Mildaniati
Sutradara dan kru film berjudul 'Asing' terpilih sebagai pemenang film terbaik kategori mahasiswa. 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Mildaniati

TRIBUNBANTEN, CILEGON - Mahasiswa asal Menes Pandeglang mengangkat tradisi dodod yang hampir punah, dalam perlombaan Festival Film Banten tahun 2022. 

Film berisi tradisi dodod berjudul 'Asing' terpilih sebagai pemenang film terbaik kategori mahasiswa

Sutradara film, Dimas Wahyu Abdilah (23) mengatakan, jumlah timnya ada 8 orang berasal dari Menes Pandeglang.

 

 

Dalam film itu, terdapat sebuah makna khusus yaitu orang Banten jangan menjadi turis di negeri sendiri. 

"Kita ambil angel bahwa orang Banten itu jangan jadi turis di tanah sendiri, makanya di film ini kita ngangkat budaya kesenian dodod," ujarnya pada TribunBanten.com, saat ditemui diacara malam anugerah Festival Film Banten di Convention Hall The Royale Krakatau Cilegon, Sabtu malam (26/11/2022). 

Kesenian dodod merupakan kesenian khas Pandeglang.

Di Pandeglang sendiri, sudah banyak orang yang tidak mengetahui apa itu kesenian dodod. 

"Itu asli khas Pandeglang, di Pandeglang dodod banyak orang yang enggak tahu, bahkan denger saja belum pernah, makanya kenapa kita pada akhirnya kita mengambil judul asing," jelasnya. 

"Orang-orang di Pandeglang seperti asing sama budayanya sendiri," tambahnya. 

Dodod adalah gabungan dari dogdog lojor atau bedug kecil dan angklung buhun.

Kesenian dodod biasanya ditampilkan untuk persembahan dalam ritual, saat akan menggarap sawah, tujuannya agar proses penanaman padi berjalan lancar dan bebas dari hama. 

"Ini seperti persembahan atau ritual agar sawah yang akan digarap dapat lancar dan bebas dari hama," jelasnya. 

Dimas mengatakan, proses syuting film berlangsung hanya 1 hari, sementara proses persiapan kurang lebih 5 hari. 

"Kendala di penulisan ada, karena kita harus riset dulu terkait apa dodod itu sebenernya karena kami enggak tahu, asal angkat karena ini kebudayaan asli, di Pandeglag tersisa 3 grup dodod yang masih bertahan, dulu banyak," jelasnya. 

Kata Dimas, alasan timnya memilih judul itu agar berbeda dari yang lainnya. 

"Kalau kita ngangkat banyak yang orang tahu, itu sudah biasa, kebetulan dodod hampir punah dan itu sudah tercantum di situs Kemendikbud," terangnya. 

Kesulitan lainnya yang dihadapi Dimas bersama tim yaitu keterbatasan alat.

Timnya menggunakan kamera seadanya dan laptop dalam proses syuting. 

"Kesulitannya di alat, kita enggak punya apa-apa cuman punya kamera, laptop seadanya, terus kendala proses syuting kita mundur hampir 2 hari karena hujan, bahkan di hari H talent dan case ganti karena keterbatasan lokasi, banyak kendalanya," terangnya. 

Selanjutnya, ke depan Dimas dan kawannya akan terus berkarya untuk melahirkan karya yang berbeda, serta mengikuti festival film lainnya. 

"Ke depan bakal terus berkarya karena ingin terus berkembang dan melahirkan karya-karya yang berbeda dan punya cita-cita tembus ke festival-festival lainnya," harapnya. 

Festival film Banten 2022 digelar oleh Kremov Pictures.

Perlu diketahui, Kremov Pictures merupakan komunitas film dan rumah produksi yang berdomisili di Banten, yang terus produktif dalam memproduksi film bertemakan kebudayaan, pariwisata dan kearifan lokal. 

Serta turut serta aktif menyumbang kegiatan perfilman di Indonesia melalui program komunitas.

Berdiri sejak tahun 2007, saat ini anggota Kremov mencapai lebih dari 100 orang dari berbagai kota dan kabupaten di Provinsi Banten. 

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved