Piala Dunia 2022
Iran Gagal Lolos ke 16 Besar Piala Dunia 2022, Warga Gelar Perayaan: Saya Melompat Rayakan Gol AS
Tim nasional Iran gagal melangkah ke babak 16 besar Piala Dunia 2022. Namun, sejumlah warga di Iran merayakan kekalahan Team Melli.
TRIBUNBANTEN.COM - Tim nasional Iran gagal melangkah ke babak 16 besar Piala Dunia 2022. Namun, sejumlah warga di Iran merayakan kekalahan Team Melli.
Iran kalah 0-1 atas Amerika Serikat di babak penyisihan Grup B di Piala Dunia 2022 pada Selasa (29/11/2022).
Baca juga: Portugal Pastikan Tiket ke 16 Besar Piala Dunia 2022, Followers Sang Kapten "CR7" Bertambah 5 Juta
Seperti dilansir AFP, sejumlah warga di Iran menyalakan kembang api dan menggelar perayaan setelah Iran kalah dari AS
Ekspresi warga Iran dalam kondisi bersuka ria tersebut terekam dalam sejumlah video yang beredar di media sosial.
Warga Iran yang justru merayakan kekalahan timnas mereka kemungkinan adalah bagian dari kelompok yang mendukung protes anti-pemerintah.
Republik Islam Iran telah mengerahkan pasukan keamanan negara untuk melawan apa yang disebutnya sebagai "kerusuhan" setelah kematian Mahsa Amini pada 16 September.
Mahsa Amini tewas setelah tiga hari dia ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian perempuan Iran, yakni tak memakai jilbab secara sempurna.
Kampung halamannya di Saqez, serta kota-kota lain di provinsi barat Kurdistan, telah menjadi pusat protes terhadap aturan pemerintah itu.
"Warga Saqez sudah mulai merayakan dan menggunakan kembang api setelah gol pertama Amerika melawan tim sepak bola Iran," kata situs web Iran Wire di Twitter.
Pengelola situs web yang berbasis di London itu membagikan video yang menunjukkan kembang api dengan terdengar suara sorak-sorai banyak orang.
AFP tidak dapat segera memverifikasi isi video.
Baca juga: Portugal Pastikan Tiket ke 16 Besar Piala Dunia 2022, Followers Sang Kapten "CR7" Bertambah 5 Juta
Sementara itu, video lain yang diunggah aktivis Kurdi Kaveh Ghoreishi menunjukkan sebuah lingkungan pada malam hari di kota Sanandaj dengan suara sorak sorai dan klakson meraung setelah timnas Amerika Serikat mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan melawan timnas Iran.
Berdasarkan video yang dibagikan secara online lainnya, kembang api juga tampak digunakan di Mahabad, kota lain di Kurdistan, menyusul kekalahan Iran.
Kelompok hak asasi manusia Hengaw yang berbasis di Norwegia mengatakan pengendara Iran merayakan kemenangan AS dengan membunyikan klakson mereka di Mahabad.
Dikatakan kembang api juga menerangi langit di Marivan, kota lain di provinsi Kurdistan di mana pasukan keamanan melakukan penumpasan mematikan terhadap protes anti-pemerintah.
Kelompok hak asasi manusia Hengaw menyebut, kembang api dan sorakan juga terdengar di Paveh dan Sarpol-e Zahab, di provinsi Kermanshah.
Tim nasional Iran sendiri telah menghadapi pukulan ganda dari pemerintah dan tekanan publik setelah protes pecah, dengan beberapa orang Iran melakukan dukungan untuk tim lawan.
Podcaster Elahe Khosravi juga men-tweet: "Inilah yang membuat Anda bermain di tengah. Mereka (Timnas Iran) kalah dari rakyat, lawan, dan bahkan pemerintah”.
"Mereka kalah. Baik di dalam maupun di luar lapangan," tweet jurnalis yang berbasis di Iran Amir Ebtehaj.
Jurnalis Iran lainnya juga menyambut kekalahan Timnas Iran.
"Siapa yang mengira saya akan melompat tiga meter dan merayakan gol Amerika!" tweet jurnalis permainan Iran Saeed Zafarany setelah kekalahan itu.
Kemenangan AS mengirim Iran keluar dari Piala Dunia Qatar dan memastikan musuh bebuyutan republik Islam itu mendapat tempat di fase sistem gugur turnamen di Qatar.
"Dan sirkus tim sepak bola Republik Islam telah berakhir," tweet mantan jurnalis Hamid Jafari.
"Sekarang berita penindasan tidak bisa disembunyikan di balik kemenangan atau kekalahan tim favorit pasukan keamanan," tulisnya, mengacu pada video polisi Iran yang merayakan kemenangan tim sebelumnya melawan Wales saat dikerahkan di jalanan.
Kelompok Hak Asasi Manusia Iran yang berbasis di Oslo mengatakan setidaknya 448 orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan Iran dalam tindakan keras terhadap protes lebih dari dua bulan.
