Khazanah Islam

Asal Mula Idul Adha Disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji, Ini Sejarah Lengkapnya

Idul Adha biasanya jatuh pada setiap 10 Dzulhijjah, yang disebut sebagai Lebaran Haji dan Hari Raya Kurban

Editor: Siti Nurul Hamidah
gramemdia .com
Sejarah asal mula Idul Adha disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji 

TRIBUNBANTEN.COM - Inilah sejarah asal mula Idul Adha disebut Hari Raya Kurban dan Lebaran Haji.

Idul Adha adalah salah satu hari besar umat Islam selain Idul Fitri.

Idul Adha biasanya jatuh pada setiap 10 Dzulhijjah, yang disebut sebagai Lebaran Haji dan Hari Raya Kurban.

Lantas mengapa Idul Adha disebut Lebaran Haji hingga Hari Raya Kurban?

Ilustrasi Idul Adha
Ilustrasi Idul Adha (Surya.co.id)

Baca juga: Arti Kata Idul Adha, Ternyata Ini Asal Kata dan Maknanya: Bentuk Jamak dari Adhat

Usut punya usut, Idul Adha bisa disebut sebagai hari raya kurban dan lebaran Haji bermula dari pengorbanan Nabi Ibrahim.

Dilansir dari laman Nahdlatul Ulama (NU), perintah berkurban bagi yang mampu bermula dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail, dalam menunaikan perintah Allah.

Saat Nabi Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim bermimpi mengorbankan putra kesayangannya untuk disembelih. Nabi Ismail sendiri merupakan anak pertama Nabi Ibrahim yang lahir setelah penantian panjang. Nabi Ibrahim pun bingung menyikapi mimpinya.

Namun, ia tak lantas mengingkari mimpi tersebut. Nabi justru memilih merenungi mimpi tersebut dan memohon petunjuk kepada Allah.

Malam selanjutnya, mimpi yang sama kembali mendatangi malam Nabi Ibrahim, begitu pula dengan malam ketiga.

Setelah mimpinya yang ketiga, barulah Nabi Ibrahim meyakini dan membenarkan bahwa mimpi itu benar-benar perintah dan harus dilaksanakan.

Nabi Ibrahim adalah orang yang patuh, dia menaati perintah Allah SWT meski harus mengorbankan anak yang telah lama dinantikannya. Allah SWT kemudian berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 120 yang artinya:

"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam (yang dapat dijadikan teladan), qaanitan (patuh kepada Allah), dan hanif, dan dia bukanlah termasuk orang musyrik (yang menyekutukan Allah)."

Nabi yang mendapat julukan Abul Anbiya atau Bapak dari Para Nabi ini pun menyampaikan isi mimpi kepada anaknya, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran Surat Ash-Shaffat ayat 102: "Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!',

Ismail menjawab: 'Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

Melihat ketakwaan Nabi Ibrahim dan putranya, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing.

Sumber: Bangka Pos
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved