Kunci Jawaban
KUNCI JAWABAN Tema 8 Kelas 4 SD Halaman 47, Siapa Tokoh dalam Cerita Berjudul Kisah Putri Tangguk?
2. Siapa tokoh dalam cerita berjudul Kisah Putri Tangguk? Kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47.
Penulis: Vega Dhini | Editor: Vega Dhini
TRIBUNBANTEN.COM - Dalam kunci jawaban berikut, simak pembahasan Subtema 1: Lingkungan Tempat Tinggalku.
Materi di atas terdapat dalam Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Untuk SD/MI Kelas IV, Tema 8: Daerah Tempat Tinggalku.
Simak pembahasan materi kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47 dalam artikel ini.

Kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47 ditujukan bagi orangtua untuk membimbing proses belajar siswa.
Diharapkan orangtua bisa membimbing kegiatan belajar siswa di rumah dengan semangat.
Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 7 Kelas 2 Halaman 208 Sebutkan Contoh Kegiatan di Tempat Wisata yang Menyenangkan
Rangkuman kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47 hanya sebagai panduan, jawaban dari setiap soal tidak terpaku dari kunci jawaban ini.
Diharapkan siswa bisa mencari jawaban sendiri dari setiap soal yang disajikan.
Pada materi kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47 siswa diminta untuk membaca cerita Kisah Putri Tangguk.
Simak pembahasan kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47 selengkapnya berikut ini.
Baca juga: KUNCI JAWABAN Tema 7 Kelas 2 SD Halaman 208, Memiliki Kesukaan Pergi ke Tempat Wisata yang Berbeda
Kunci jawaban Tema 8 Kelas 4 SD/MI halaman 44, 45, 46, 47
Ayo Membaca
Kisah Putri Tangguk
Putri Tangguk tinggal bersama suami dan ketujuh anaknya di daerah Jambi. Putri Tangguk memiliki sepetak sawah yang ditanami padi. Anehnya, setiap selesai panen, padinya selalu muncul dan siap untuk dipanen kembali. Bahkan, ketujuh lumbung Putri Tangguk hampir penuh untuk menampung hasil panennya.
Saat panen terakhir, Putri Tangguk mengajak suami dan semua anaknya ke sawah. Mereka memasukkan hasil panen ke gerobak.
”Panen sudah selesai. Sepertinya, persediaan padi kita sudah cukup untuk beberapa bulan,” kata Putri Tangguk.
Kemudian, mereka mendorong gerobak bersama-sama. Di tengah perjalanan, Putri Tangguk jatuh terpeleset.
”Aduuuuh...,” teriak Putri Tangguk.
”Hati-hati, Bu. Semalam hujan deras. Jalannya menjadi licin,” kata suami Putri Tangguk sambil membantunya berdiri.
”Gara-gara hujan, jalannya licin. Perjalanan ke rumah masih jauh, bisa-bisa aku terjatuh lagi,” gerutu Putri Tangguk.
Putri Tangguk mengambil padi dari gerobaknya. Kemudian, padi ditebar di jalan. Melihat perilaku ibunya, si anak sulung pun bertanya.
”Apa yang Ibu lakukan? Mengapa Ibu membuang padi itu ke jalan?”
”Ibu tidak membuang padi. Padi ini Ibu gunakan sebagai pengganti pasir. Ibu menebarnya agar jalan ini tidak licin lagi,” jawab Putri Tangguk.
”Istriku, bukankah padi itu untuk kita makan? Tidak baik rasanya jika membuang-buang makanan,” nasihat suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk tidak mengindahkan nasihat suaminya. Bahkan, Putri Tangguk membantahnya.
”Masa bodoh. Bukankah padi kita sudah banyak. Apa kau mau aku terjatuh lagi dan tulangku patah?” bantah Putri Tangguk sambil terus menebar padi ke jalan.
Setelah panen terakhir, Putri Tangguk tidak pernah kembali ke sawah. Ia berada di rumah untuk merawat ketujuh anaknya. Suatu malam anak bungsu Putri Tangguk merengek karena lapar. Akhirnya,
Putri Tangguk ke dapur untuk mengambil nasi. Alangkah terkejutnya ketika ia mendapati pancinya kosong.
”Mengapa panci ini kosong? Bukankah tadi masih tersisa sedikit nasi?” tanya Putri Tangguk dalam hati.
Karena si bungsu terus merengek, Putri Tangguk pun memutuskan untuk menanak nasi. Namun, Putri Tangguk kembali terkejut ketika mendapati beras yang ia simpan dalam kaleng juga menghilang.
”Ke mana perginya beras itu? Aku ingat masih banyak beras di sini sebelumnya. Jangan-jangan ada orang yang mencurinya,” kata Putri Tangguk.
Kemudian, Putri Tangguk membujuk anak bungsunya untuk tidur. Besok ia berencana untuk menumbuk padi yang disimpan di lumbungnya.
Pagi harinya Putri Tangguk terkejut mendengar teriakan suaminya.
”Istriku...istriku...cepat kemari,” teriak suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk segera berlari menemui suaminya. Ia menghampiri suaminya yang berada di depan pintu lumbung. Ia pun bertanya kepada suaminya.
”Ada apa suamiku?” tanya Putri Tangguk dengan cemas.
”Aku tidak tahu, istriku. Lumbung ini sudah kosong saat aku membukanya,” jawab suami Putri Tangguk.
Putri Tangguk dan suaminya bergegas memeriksa lumbung yang lain. Betapa terkejutnya mereka ketika mendapati ketujuh lumbungnya telah kosong. Putri Tangguk pun menangis.
”Apa yang terjadi padaku? Tadi malam nasi dan beras hilang. Sekarang padi di lumbung pun juga ikut menghilang,” jerit Putri Tangguk.
”Jangan cemas, istriku. Bukankah kita masih memiliki sawah. Besok kita ke sawah. Siapa tahu padinya telah menguning,” hibur suami Putri Tangguk.
Keesokan paginya Putri Tangguk mengikuti suaminya ke sawah dengan cemas. Setibanya di sawah, tangis Putri Tangguk semakin keras karena mendapati sawahnya telah berubah menjadi semak belukar.
Putri Tangguk menagis seharian. Bahkan, ia tidak mau pulang dan menunggui sawahnya hingga tertidur. Dalam mimpinya, Putri Tangguk didatangi segerombolan padi yang dapat berbicara.
”Hai, Putri Tangguk. Inilah buah dari kesombonganmu. Masih ingatkah engkau ketika membuang kami ke jalan?” tanya padi-padi itu.
”Kau telah menghina kami. Kau telah menjadikan kami pasir untuk alas jalanmu. Kami ini dipanen untuk dimakan, bukan untuk dibuang sembarangan. Dengan membuang kami, berarti kamu tidak membutuhkan kami untuk makananmu,” kata padi-padi itu lagi.
Putri Tangguk hanya bisa diam dan tidak menjawab. Ia menyesali kebodohannya. Ia pun memohon maaf kepada padi-padi itu.
”Tak bisakah kalian memaafkanku? Aku telah menyesali perbuatanku,” kata Putri Tangguk sambil menangis.
”Sekarang kau dan keluargamu harus bekerja keras. Bersihkan sawah ini, bajaklah, lalu tanamlah kami kembali. Setelah tiga bulan, barulah kalian dapat memanen kami kembali,” jawab padi-padi itu.
Ketika Putri Tangguk ingin menjawab, ia tersentak bangun dari tidurnya. Putri Tangguk pun kembali pulang. Kemudian, ia menceritakan mimpinya kepada suaminya. Keesokan harinya keluarga Putri Tangguk
bergotong royong membersihkan sawah dan menanam padi. Ia dan keluarganya merawat sawah dan menjaga padinya dengan baik. Mereka menunggu dengan sabar hingga padi yang mereka tanam siap dipanen.
Putri Tangguk juga berjanji tidak akan menyia-nyiakan sebutir padi pun hasil panen dari sawahnya.
Dalam cerita terdapat tokoh yang memiliki sifat baik hati. Tokoh seperti itu disebut protagonis. Ada pula tokoh yang memiliki sifat jahat. Tokoh bersifat jahat disebut antagonis. Tahukah kamu siapa tokoh protagonis dan tokoh antagonis pada cerita di atas? Ayo, lakukan kegiatan berikut.
Tokoh protagonis : tokoh yang memiliki sifat baik hati.
Tokoh antagonis : tokoh yang memiliki sifat jahat.
Kunci Jawaban PAI Kelas 3 SD Kurikulum Merdeka, Susunlah Rumusan Kesimpulan Hikmah Salat Rawatib |
![]() |
---|
Kunci Jawaban PAI Kelas 3 SD Halaman 225, Dianjurkan Membaca Surah yang . . Ketika Salat Rawatib |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 2 SD Edisi Revisi, Leo . . agar Bisa Membeli Sepatu Baru |
![]() |
---|
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 2 SD Edisi Revisi, Labih dan Arai |
![]() |
---|
Kunci Jawaban PAI Kelas 3 SD Kurikulum Merdeka Halaman 225, Ba'diyah Zuhur Artinya . . |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.