Sentil Pengurus dan Atlet, Liliyana Natsir Cerita Perjuangan demi Tampil di Olimpiade 2016

Liliyana Natsir ceritakan soal pengalamannya ketika bakal tampil di Olimpiade ketika masih jadi atlet, Jumat (3/11/2023).

Editor: Ahmad Haris
Kolase TribunBanten.com/Instagram
Liliyana Natsir ceritakan soal pengalamannya ketika bakal tampil di Olimpiade ketika masih jadi atlet, Jumat (3/11/2023). 

TRIBUNBANTEN.COM - Mantan atlet bulutangkis yang berhasil meraih medali emas Olimpiade, yakni Liliyana Natsir menceritakan soal pengalamannya, ketika bakal tampil di Olimpiade ketika masih jadi atlet, Jumat (3/11/2023).

Liliyana Natsir menyinggung soal kepengurusan PBSI hingga tekad atlet yang bertanding.

Dari pengalaman Liliyana Natsir, banyak hal yang harus dijaga dan dipersiapkan sebagai atlet untuk tampil di Olimpiade.

Baca juga: Legenda Bulutangkis Indonesia Susi Susanti Sebut PBSI Sekarang Harus Lakukan Evaluasi Menyeluruh

Namun dari segala pengalamannya, butet - sapaan akrab Liliyana, menggarisbawahi soal niat dari sang atlet.

"Sharing pengalaman selama gw mengikuti ajang pertandingan terbesar dan ter ter ter, mungkin buat yang bukan atlet ga akan tau rasanya ikut Olimpiade," tulis Sang legenda bulu tangkis asal Indonesia itu dalam akun Instagramnya.

"Olimpiade ini beda dengan pertandingan-pertandingan yang lain bahkan Kejuaraan Dunia dan All England pun masih dibawah Olimpiade."

"Semua atlet sangat mendambakan untuk bisa jadi juara di Olimpiade ini, berlomba lomba dengan penuh tekanan."

"Harus latihan extra dari subuh dan pulang malem, harus jaga makan untuk menjaga berat badan (sumpah berat ini harus makan nasi merah ditimbang sedikit banget nasinya tapi lauk harus banyak) untuk menjaga asupan gizi, belum lagi masalah masalah teknis diluar ini banyak banget."

"Jadi bukan hanya persiapan dari jajaran pengurus dan masukkan dari kami para senior, tetapi keinginan kuat dan kesiapan dari atletnya lah yang lebih utama."

"Menuju Olimpiade 2024, ayo kalian bisa."

Cerita yang ditulis Butet bak menyinggung terkait performa bulu tangkis Indonesia yang tengah menurun.

Hal itu tergambarkan ketika raihan nol medali dari cabor badminton di Asian Games 2023.

Hasil minor itu tentu wajib dihindari jika tak ingin kenangan buruk di Olimpiade London terulang.

Luka Lama di London Rawan Terulang

Hasil badminton Asian Games 2023 amat mengecewakan bagi kontingen Indonesia yang bertanding di China.

Dikhawatirkan dengan hasil minor yang ditorehkan tim Indonesia bisa membuka luka lama yang terjadi di Olimpiade London 2012.

Pasalnya pada saat itu situasinya hampir sama dengan Asian Games 2023 di mana tak ada satu pun medali yang diboyong ke Tanah Air.

Nama-nama wakil andalan seperti Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Mohammad Ahsan/Bona Septanto tak mampu meraih medali di London.

Ya, keduanya tumbang di London dan tak bisa menyumbang medali dalam ajang prestisius itu.

Pil pahit harus ditelan oleh Owi/Butet - julukan Tontowi/Lilyana, lantaran gagal menyabet medali perunggu.

Hal itu dikarenakan mereka kalah dari Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark).

Padahal hanya mereka yang berhasil lolos dalam perebutan medali perunggu saat itu.

Sayang kesempatan mereka pupus setelah dijegal utusan Denmark dua gim langsung.

Sementara kompatriotnya Ahsan/Bona kandas di babak perempat final.

Di mana saat itu Ahsan/Bona keok di tangah pasangan Korea, Jung Jae-sung/Lee Yong-dae.

Kekalahan yang diraih Ahsan/Bona sekaligus memupuskan harapan Indonesia untuk mendapat medali.

Pada gelaran Asian Games 2023 situasinya hampir sama ketika ada tiga wakil yang berpotensi raih medali namun gagal.

Adalah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, Anthony Sinisuka Ginting, dan Gregoria Mariska Tunjung.

Secara berurutan, ketiganya tersingkir dan gagal melaju ke semifinal sekaligus harapan rebut medali pupus.

Hingga pada akhirnya skuad badminton Indonesia harus pulang ke Tanah Air dengan tangan kosong.

Padahal ketiganya itu memiliki potensi kuat untuk merebut medali setidaknya perunggu.

Dengan hasil ini tentu jadi modal buruk bagi Indonesia untuk menatap Olimpiade Paris 2024 mendatang.

Apalagi memang dalam 'war' tiket Olimpiade Paris 2024 belum ada satu pun wakil Indonesia yang kompetitif.

Termasuk Fajar/Rian yang cukup diunggulkan secara ranking namun justru memble dalam beberapa waktu terakhir.

Tak heran jika dalam kualifikasi Olimpiade Fajar/Rian kalah saing dari para rivalnya yang notabene lebih konsisten.

Sebut saja Liang Wei Keng/Wang Chang (China), Kang Min-hyuk/Seo Seung-jae (Korea), hingga Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty (India).

Fajar/Rian bahkan belum masuk kategori zona aman dalam tabel ranking kualifikasi Olimpiade Paris 2024.

Walau begitu angin segar datang dari Ginting yang menunjukkan level permainan apiknya di tengah kualifikasi.

Ginting secara beruntun lolos ke tiga partai final dalam ajang bergengsi dan merebut dua gelar juara.

Mulai dari Badminton Asia Championships, Singapore Open, dan Indonesia Open.

Dari situ Ginting berhasil memperbaiki posisinya di daftar kualifikasi Olimpiade Paris 2024.

Meski terbilang aman, namun itu hanya sementara dan Ginting wajib meningkatkan konsistensinya.

Baca juga: Bulutangkis Gagal Sumbang Medali di Asian Games 2022, Pecahkan Rekor Buruk Setelah 33 Tahun

Hal yang sama sejatinya wajib dilakukan oleh utusan Indonesia lainnya ketika kembali 'war' tiket Olimpiade setelah Asian Games 2023.

Dengan harapan, meningkatnya performa bisa jadi modal apik untuk tampil di Olimpiade Paris 2024 nanti.

Dan juga tak ada skenario terburuk Indonesia bakal pulang tanpa medali di Olimpiade Paris 2024 mendatang.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Cerita Perjuangan Liliyana Natsir demi Tampil di Olimpiade, Sentil Pengurus dan Atlet

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved