Cerita Tentang KH Ahmad Rifa'i Arief, Bapak Pondok Pesantren Modern di Banten yang Wafat saat Sholat

Salah satu tokoh, ulama yang meninggal dalam keadaan salat, adalah KH Ahmad Rifai Arief. Begini kisahnya.

|
Penulis: Ahmad Haris | Editor: Ahmad Haris
Dok. Daar El Qolam.
KH Ahmad Rifai Arief lahir 30 Desember 1942, dan meninggal 16 Juni 1997, pada umur 54 tahun. Beliau dijuluki sebagai Bapak Pondok Pesantren Modern di Banten. Beliau wafat salam keadaan sedang melaksanakan ibadah sholat. 

Setelah I`dad itu mendapat kelulusan dari musyrif pertama pertama dan keduanya. Jika telah mendapatkan kelulusan dari kiyainya, mereka baru boleh mengajar itupun masih diawasi oleh musyrif pertama dan keduanya.

Selain itu acara yang cukup menyibukkan setiap tahun ialah Khutbah al- Wada` dan Tafwîdl al-Syahâdah.

Pada acara tersebut, ia mesti menyampaikan khutbah terakhirnya di hadapan para santri dan orang tua mereka, sekaligus menyerahkan ijazah sebagai tanda berakhirnya pelajaran para santri kelas akhir di pondok pesantren.

Pada hari Sabtu 14 Juni 1997 M, di Pondok Pesantren La Tansa ia menyampaikan khutbah atau nasihat terakhirnya di hadapan santri dan orang tua mereka.

Setelah itu ia kembali ke rumahnya di Gintung, karena esoknya ia mesti menyampaikan "kuliah etiket" kepada santri-santrinya yang akan pulang ke rumah mereka dalam rangka libur akhir tahun ajaran 1996/1997.

Pada Ahad 15 Juni 1997 pukul 07.00 pagi, Kiyai Rifa'i menuju aula pondok.

Wajah kira-kira 2000 santri Daar el-Qolam kelihatan ceria menunggu kedatangan beliau, apalagi hari tersebut adalah dimulainya liburan akhir tahun pelajaran.

Baca juga: Mengenal Daar El-Qolam, Pesantren Terbesar di Banten Tempat Nyantri Almarhum Ustaz Jefri Al Buchori

Mereka tidak sabar mendengar pesan dan nasihat kiyainya sebagai bekal mengisi masa liburan di rumah.

Para guru juga sudah menunggu beliau di depan pintu sekretariat pondok.

Sekitar pukul 07.15 pagi, beliau datang memakai jas biru tua dengan baju putih dan celana panjang dengan warna yang sama dengan jasnya. Dasi dan peci menambah keserasian busananya pagi itu.

Seperti biasa ia memberikan nasihat kepada santri-santrinya tentang bagaimana mengisi masa libur dengan baik.

Pukul 09.00 pagi, beliau telah selesai memberikan ceramah, kemudian meninggalkan aula dan kembali ke rumahnya.

Di rumahnya sudah menunggu beberapa orang tua murid yang juga hendak berpamitan pulang membawa anaknya.

Setelah itu beliau istirahat di kamarnya, sebelum itu ia minta dipijat oleh anaknya, Ahmad Faisal Hadziq.

Pada pukul 1.30 siang, Faisal mengetuk pintu kamar ayahnya. Ia hendak memberitahu bahwa ada tamu yang telah menunggunya.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved