Kisah Nenek di Serang Banten, Merajut Tas hingga Kopiah Sejak Duduk di Sekolah Dasar

Umur hanyalah angka, itulah kata yang pas disematkan kepada Hasnawati warga Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Penulis: Misbahudin | Editor: Abdul Rosid
Misbahudin/TribunBanten.com
Umur hanyalah angka, itulah kata yang pas disematkan kepada Hasnawati warga Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. 

Laporan wartawan TribunBanten.com Misbahudin

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Umur hanyalah angka, itulah kata yang pas disematkan kepada Hasnawati warga Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Wanita berusia 65 tahun tetap tekun melakoni profesinya sebagai perajin tas hingga kopiah rajutan.

Seraya menjaga warung kelontongan miliknya, seni memainkan jari tangan dan jarum rajut yang sudah terpasang benang polyester hitam pun ia tunjukan.

Baca juga: Sosok dan Profil Legenda Bulutangkis Indonesia Taufik Hidayat yang Resmi Jadi Wamenpora RI

Alhasil, sebuah karya kopiah rajutan bercorak bunga kombinasi hitam dan merah pun tercipta.

Di tengah bau amis yang datang dari pelelangan ikan Karangantu, Hasnawati menceritakan, kopiah hasil rajutan ia jajakan dengan harga Rp30.000-Rp50.000.

Tak hanya kopiah, ibu tujuh anak ini juga bisa merajut membentuk tas, dompet, dan gantungan kunci.

Dikisahkan Hasnawati, kegiatan merajut itu ia jalani sejak masih kecil.

“Saya sudah bisa merajut sejak kelas 4 SD,” kata Hasnawati kepada TribunBanten.com di sela membuat rajut di warung miliknya, Senin.

Bagi dia, merajut tak hanya menghilangkan kejenuhan sembari menunggu pembeli, tetapi juga untuk menambah penghasilan.

Hasnawati sempat berhenti merajut beberapa tahun setelah menikah.

Namun, warga Kampung Bugis ini kembali melanjutkan hobinya itu untuk membantu menambah penghasilan suaminya yang juga menjaga warung kelontong.

“Saya kembali merajut pada 1990,” ucap istri Haruna (71) ini..

Untuk membuat satu kopiah, Hasnawati membutuhkan waktu berjam-jam duduk selama satu sampai dua hari.

Dia membuat hasil rajutan tergantung dari pesanan.

“Kalau buat tas rajutan bisa memakan waktu sampai satu pekan,” katanya.

Harga tas rajutan itu dijual seharga Rp 200.000-Rp 250.000, lebih mahal jika dibandingkan kopiah karena membutuhkan waktu lebih lama.

Modal yang dikeluarkan untuk membuat karya rajutan sebesar Rp 30.000.

Modal yang diambil dari keuntungannya berdagang itu digunakan untuk membeli satu benang rajut bermotif warna.

"Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga," ucapnya.

Walaupun sudah bisa sejak kelas 4 SD, Hasnawati mengaku masih kesulitan dalam merajut.

Apalagi ketika ada pesanan yang tidak sesuai ukuran sehingga dia membongkar untuk mengulang rajutannya.

Menurutnya, merajut bukan sesuatu hal yang mudah bisa dilakukan oleh semua orang, karena harus ada kesabaran dan keuletan. 

"Jadi harus sabar," ujarnya.

Keterampilannya membuat produk rajutan membuat warga tertarik untuk bisa belajar kepada Hasnawati.

"Sekarang mereka bisa buat sendiri," ucapnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved