Teks Khutbah Salat Jumat 22 Agustus 2025: Bekal yang Dibawa Pulang untuk Memupuk Ketakwaan
Salat Jumat adalah salat wajib bagi laki-laki muslim yang memenuhi syarat, yang dilaksanakan setiap hari Jumat, menggantikan salat Zuhur.
TRIBUNBANTEN.COM - Salat Jumat adalah salat wajib bagi laki-laki muslim yang memenuhi syarat, yang dilaksanakan setiap hari Jumat, menggantikan salat Zuhur.
Salat ini dilaksanakan secara berjamaah di masjid dan diawali dengan dua khutbah.
Khutbah Jumat merupakan salah satu bagian terpenting dalam pelaksanaan salat Jumat.
Selain sebagai syarat sah Salat Jumat, khutbah juga menjadi sarana penyampaian nasihat, pengingat, serta ajakan kebaikan bagi seluruh jamaah.
Melalui khutbah Jumat, umat Islam diajak untuk meningkatkan keimanan, memperkuat ketakwaan, serta memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dan sesama manusia.
Tidak hanya berisi pesan spiritual, khutbah Jumat juga sering menyentuh aspek sosial, akhlak, hingga persoalan kehidupan sehari-hari yang relevan dengan kondisi umat.
Teks khutbah berjudul "Silaturahmi sebagai Pemersatu Bangsa" yang dirilis oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Rabu, 20 Agustus 2025 ini bisa dibacakan saat shalat Jumat, 22 Agustus 2025.
Dikutip dari laman Simbi Kemenag, berikut teks khutbah Jumat, 22 Agustus 2025.
Silaturahmi sebagai Pemersatu Bangsa
Khutbah Pertama
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ وَأَرْسَلَ رَسُولَهُ مُحَمَّدًا صَاحِبَ الشَّفَاعَةِ فِي يَوْمِ القِيَامَةِ .أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا ٱللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ .صَلَّى ٱللّٰهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ .أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللَّهِ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .وَقَدْ قَالَ :وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِه اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ.
"Segala puji bagi Allah, yang dengan rahmat-Nya semua kebaikan telah terlaksana, dan yang telah mengutus Rasul-Nya Muhammad, pembawa syafaat di hari kiamat. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tanpa sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya, keluarganya, dan semua sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan benar hingga hari kiamat. Maka wahai hamba-hamba Allah, aku berpesan kepadamu dan diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah, Yang Mahakuasa dan Maha Agung. Allah SWT berfirman dalam Kitab-Nya yang Mulia: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebagaimana seharusnya bertakwa kepada-Nya, dan janganlah kamu mati kecuali sebagai orang Muslim.” Allah SWT juga berfirman: “Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan untuk dihubungkan, dan takut kepada Tuhan mereka, dan takut akan kejahatan hisab."
Ma‘asyiral mukminin yang dirahmati Allah Swt,
Khatib selalu berpesan kepada diri khatib pribadi dan kepada jemaah sekalian untuk terus berusaha meningkatkan level takwa kita. Pada kesempatan kali ini marilah kita kembali berupaya menaikkan derajat diri kita dengan memahami “Silaturahmi sebagai Pemersatu Bangsa” sebagai bekal yang dibawa pulang untuk terus memupuk ketakwaan kita.
Persatuan dikatakan menjadi modal sosial terbesar bagi kemajuan sebuah peradaban. Sebab tanpa adanya persatuan, perpecahan dan konflik akan selalu mengintai dan membayangi serta menunggu waktu yang tepat untuk datang. Dalam konteks negara bangsa, persatuan sangat dibutuhkan dalam mewujudkan cita-cita yang diinginkan untuk memajukan peradaban dan kesejahteraan masyarakatnya. Tanpa persatuan, segala keinginan dan tujuan yang telah dicanangkan oleh sebuah negara bangsa hanya akan menjadi khayalan semu di siang hari. Maka dari itu, Islam membawa komitmen yang tinggi dalam menjaga persatuan sebagai bagian inti yang disampaikan dalam ajarannya.
Salah satu ajaran Islam yang hadir sebagai mediator dalam menjaga persatuan di tengah umat ialah silaturahmi. Secara bahasa, silaturahmi merupakan istilah serapan dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata shilah yang bermakna hubungan, koneksi, relasi; dan raḥm yang dimaknai kasih sayang sebagaimana kata raḥmah. Secara sederhana, silaturahmi dapat diterjemahkan sebagai sebuah aktivitas yang berupaya untuk terus mempertahankan hubungan, koneksi, relasi dengan sesama yang didasarkan pada raḥmah atau kasih sayang. Bahkan, Al-Qur’an menegaskan bahwa orang-orang yang mampu menjaga tali silaturahmi dikelompokkan ke dalam golongan ūlūl albāb (kaum beriman yang menggunakan kemampuan akalnya). Sebagaimana dijumpai dalam Q.S. Ar-Ra’d [13]: 21:
وَالَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِه اَنْ يُّوْصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُوْنَ سُوْۤءَ الْحِسَابِ.
“Orang-orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan untuk disambungkan (seperti silaturahmi), takut kepada Tuhannya, dan takut (pula) pada hisab yang buruk.”
Melalui ayat ini, terlihat jelas bahwa Al-Qur’an tidak hanya sekedar menjadikan silaturahmi sebagai upaya merekatkan kohesi sosial, tapi juga bagian dari aktualisasi keimanan. Narasi yang sama juga dipertegas dalam hadis-hadis Rasulullah saw, seperti halnya riwayat berikut:
مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ (ومَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فلا يُؤْذِ جارَهُ).
“Barang siapa yang beriman kepada Allah Swt dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, menyambung silaturahmi, berkata yang baik atau hendaknya diam jika tidak mampu bertutur yang etis, serta tidak menyakiti tetangganya.” (H.R. Bukhari).
Jemaah yang dimuliakan Allah Swt,
Ajaran silaturahmi sekaligus mempertegas identitas Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi semesta alam (raḥmatan lil ‘ālamīn). Sebuah karakter yang dinyatakan langsung dalam Al-Qur’an pada Q.S. Al-Anbiya’ [21]: 107:
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ .
“Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Ayat ini menginformasikan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan perwujudan fisik dari raḥmah itu sendiri dan sekaligus merupakan bentuk aktual dari ajaran Al-Qur’an. Sebagaimana jawaban Sayyidah ‘Aisyah r.a. ketika ditanya oleh para sahabat mengenai akhlak Rasulullah saw dalam riwayat berikut:
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ، أَنْبِئِينِي عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَتْ: أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَتْ: فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنَ.
“Wahai Ummul Mu’minīn, coba beritahukan aku bagaimana akhlak Rasulullah saw; lalu ‘Aisyah r.a. balik bertanya: tidakkah kamu membaca Al-Qur’an?; sahabat menjawab: iya, tentu; Maka dilanjutkan oleh ‘Aisyah r.a.: sesungguhnya akhlak Nabiyullah Muhammad ialah Al-Qur’an itu sendiri. (H.R. Muslim).
Riwayat yang bersumber dari percakapan sahabat r.a. dan ummul mu’minīn menunjukkan bahwa ketika meneladani Nabi Muhammad saw, sama halnya dengan mengaktivasi nilai-nilai Al-Qur’an ke dalam hidup kita. Utamanya ketika umat Islam mampu menjadi pewaris Rasulullah yang mampu menampilkan Islam sebagai agama yang membawa kasih sayang bagi semesta alam.
Jemaah yang berbahagia,
Kasih sayang dalam interaksi sosial menjadi fondasi bagi tercapainya persatuan dan terwujudnya persatuan menjadi modal penting bagi kemajuan peradaban. Dengan demikian, silaturahmi dalam pengertian ini menjadi sangat penting keberadaannya di tengah kehidupan umat manusia. Silaturahmi menjadi perekat terbaik bagi keberlangsungan persatuan dalam suatu bangsa dan sekaligus menjaganya dari potensi konflik yang bisa saja terjadi di tengah pluralitas manusia terutama pada konteks masyarakat Indonesia. Dalam Q.S. Al-Hujurat [49]: 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ .
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Allah Swt menerangkan bahwa heterogenitas latar belakang manusia merupakan sesuatu yang niscaya atau sunnatullah, dan cara untuk menyikapinya ialah melalui ta‘āruf (saling kenal-mengenal satu sama lain). Dalam konteks berbangsa dan bernegara, ta‘āruf yang dilakukan harus juga dilengkapi dengan silaturahmi. Sebab dengan itu, perkenalan yang terjadi tidak hanya formalitas belaka namun juga diikuti dengan aktualisasi interaksi yang memiliki tendensi keimanan berupa raḥmah atau kasih sayang. Bukankah melalui silaturahmi, umat Islam tidak hanya mendapatkan nuansa persaudaraan (ikhwah) yang dirajut oleh raḥmah (kasih sayang), namun juga keberkahan berupa perpanjangan umur serta kelapangan rezeki, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.
“Siapa saja yang mendamba agar dilapangkan rezekinya serta dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.
"Semoga Allah memberkahi saya dan Anda dengan Al-Qur'an yang Mulia dan memberi manfaat bagi saya dan Anda dengan ayat-ayat dan zikir yang bijak di dalamnya. Saya sampaikan ini dan saya memohon ampunan Allah untuk saya, Anda, dan seluruh umat Muslim atas segala dosa, maka mohonlah ampunan-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Khutbah Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، لَا نَبِيَّ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِ المُرْسَلِينَ، سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ المَحْبُوبُونَ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَالتَّقْوَى هِيَ وَصِيَّةُ رَبِّ العَالَمِينَ لِلْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ مِنْ خَلْقِهِ، فَقَدْ قَالَ فِي كِتَابِهِ العَزِيزِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ .وَأَمَرَ المُسْلِمِينَ وَالمُؤْمِنِينَ بِالصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ كَمَا قَالَ فِي القُرْآنِ :إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً .اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ يَسِّرْ لَنَا أُمُورَنَا وَحَصِّلْ مَقَاصِدَنَا وَأَحْسِنْ مَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَر.
"Segala puji bagi Allah, yang telah memberi petunjuk kepada kita, dan kita tidak akan mendapat petunjuk seandainya Allah tidak memberi petunjuk kepada kita. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, semata, tanpa sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi kita Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, tidak ada nabi atau rasul setelahnya. Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam kepada Nabi para Rasul, Nabi kita Muhammad, beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. Maka sekarang, wahai para hadirin yang terkasih, aku berpesan kepada kalian dan diriku sendiri untuk bertakwa kepada Allah SWT.
Maka, takwa adalah perintah Tuhan semesta alam kepada makhluk-Nya yang pertama dan terakhir. Dia berfirman dalam Kitab-Nya yang Mulia: "Hai orang- orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebagaimana seharusnya Dia ditakuti, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." Dan Dia memerintahkan umat Islam dan orang-orang beriman untuk mengirimkan shalawat kepada Rasulullah, sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya Allah memberikan shalawat kepada Nabi, dan para malaikat-Nya [meminta-Nya untuk melakukannya]. Hai orang-orang yang beriman! Orang-orang yang beriman, kirimkanlah shalawat kepadanya dan sampaikan salam kepadanya dengan damai. Ya Allah, ampunilah orang- orang Muslim laki-laki dan perempuan, orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, yang hidup dan yang mati di antara mereka. Ya Allah, permudahlah urusan kami dan raihlah tujuan-tujuan kami. Dan orang-orang yang berbuat baik kepada kami adalah yang terbaik. Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka. Wahai hamba-hamba Allah! Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk berlaku adil, berbuat baik, dan memberi kepada kerabat. Dan Dia melarang kemaksiatan, dan [seperti] mengingatkan [manusia] dan kezaliman. Dia memerintahkan kamu agar kamu diingat. Maka ingatlah Allah, Yang Maha Besar, dan Dia akan mengingatmu. Dan bersyukurlah kepada-Nya atas nikmat- Nya, Dia akan menambah bagimu. Dan mengingat Allah adalah lebih besar."
(Tribunnews.com/Latifah)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
35 Ucapan Hari Susu Nabati Sedunia 22 Agustus 2025, Cocok Dibagikan ke Media Sosial |
![]() |
---|
21 Agustus 2025 Memperingati Hari Apa? Ada Hari Juang Polri, Ini Sejarahnya |
![]() |
---|
35 Ucapan Hari Peringatan dan Penghormatan Korban Terorisme 21 Agustus, Penuh Doa dan Solidaritas |
![]() |
---|
25 Ucapan Hari Juang Polri 21 Agustus 2025, Bisa Dibagikan ke Media Sosial |
![]() |
---|
35 Ucapan Hari Nyamuk Sedunia 20 Agustus 2025, Cocok Dibagikan ke Media Sosial |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.