Kisah Pawang di Pulau Merak Kecil, Berkawan dengan Monyet dan Minta Hidup Bebas Jangan Diganggu

Penulis: Khairul Maarif
Editor: Glery Lazuardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pemandangan matahari terbenam dari Pulau Merak Kecil, Cilegon, Minggu (14/2/2021).

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Khairul Ma'arif

TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON - Bagi anda yang berwisata ke Pulau Merak Kecil, Kota Cilegon, Banten waspada terhadap kehadiran monyet liar.

Kawanan monyet liar sering mendatangi pengunjung yang membawa makanan.

Semula di tempat itu terdapat lima monyet liar, namun, kali ini tinggal menyisakan satu monyet saja.

Ekoy, nama monyet tersebut. Ekoy sudah selama tiga tahun menetap di Pulau Merak Kecil.

Baca juga: Pulau Merak Kecil Cilegon, Jadi Lokasi Syuting Sinetron hingga Tempat Foto Pre-wedding dan Berkemah

Baca juga: Eksotisme Pulau Merak Kecil di Cilegon, Menyeberang Bayar Rp 15.000 PP, ini Foto-foto Indahnya

Beni Hardiyanto, pawang monyet, mengaku monyet itu tidak menyerang manusia.

Saat ini, kata dia, monyet itu sudah berusia tiga tahun 11 bulan.

"Ekoy kalau ga diledek ga bakal nyerang pengunjung," ujarnya kepada TribunBanten.com, Minggu (14/2/2021).

Beni mampu menjinakkan Ekoy karena sudah lama mengenal.

Biasanya, Ekoy berada di atas pohon ataupun lapak jualan Beni.

Lapak Beni tepat berada di bawah papan bertuliskan "Pulau Aja Aku Jaga, Apalagi Kamu."

"Kalau kelaparan baru dia turun, kalau kenyang mah dia di atas," ujar pria 40 tahun ini.

Pengunjung terkadang ada yang takut dengan Ekoy karena kemunculannya yang tiba-tiba.

"Pengunjung kadang kaget gitu, padahal mah gapapa," ungkapnya.

Ekoy lebih sering berada di atas pohon dan berkeliling di sekitaran Pulau Merak Kecil.

"Kalau turun mah jarang apalagi kalau udah rame biasanya dia jarang turun," ungkapnya.

Ekoy sangat senang jika ada pengunjung yang membawa kelapa muda.

"Biasanya disamperin apalagi kalau ada yang bawa pisang," ungkapnya.

Tahun 2018 Ekoy baru lahir dan masih bersama kedua orang tuanya.

Namun, saat Ekoy beranjak besar dan sudah bisa berjalan kedua orang tua Ekoy meninggal.

"Ada yang nembak waktu itu saya menemukan kedua mayatnya/ (Saya,-red) lagi nyapu-nyapu," kata dia.

Selama tidak diganggu Ekoy tidak akan mengganggu para pengunjung.

Setelah kejadian tersebut, Beni melarang keras pengunjung membawa senapa jika sedang berada di Pulau Merak Kecil.

"Meskipun alasannya nembak burung tidak akan saya beri izin ke sini," ujarnya.

Baca juga: Masjid Kapal Bosok, Destinasi Wisata Religi di Kota Serang Banten, Cerita Dibalik Pendirian Bangunan

Baca juga: Komunitas Sepeda Tua Banten, Gerakan Pelestarian dan Hidupkan Budaya Bersepeda untuk Wisata Olahraga

Awalnya, para pedagang yang ada di Pulau Merak Kecil tersebar ke beberapa sudut pulau.

"Karena dilihatnya seperti kumuh jadi dirapatkan untuk dijadikan dalam satu wilayah para pedagang ini," tuturnya.

Saat pertama kali menginjakan kaki di Pulau Merak Kecil, pengunjung sudah disambut dengan lapak para pedagang.

Ada gapura bertuliskan "Welcome to Small Island."

Berita Terkini