Buntut Retorika Presiden AS, Bisa Menuju Pecahnya Perang Dunia III yang Berujung Perang Nuklir

Editor: Ahmad Haris
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Setengah rakyat AS tak setuju langkah yang diambil Presiden Joe Biden soal konflik Rusia-Ukraina, karena sebabkan kenaikan harga gas.

TRIBUNBANTEN.COM - Retorika Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden soal Presiden Rusia Vladimir Putin agar segera meninggalkan kekuasaan, membuat Moskow memandang ini ancaman sangat serius menyangkut kedaulatan.

Mengutip Tribunnews.com, semakin banyak ahli memperkirakan meningkatnya kemungkinan pecahnya Perang Dunia III.

Peperangan ini bahkan dapat mengarah ke perang nuklir.

Wang Wen, Dekan Eksekutif Institut Studi Keuangan Chongyang (RDCY) mengatakan, konflik bersenjata Rusia-Ukraina membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya.

Baca juga: Buntut Konflik Rusia-Ukraina, Dunia Jadi Lebih Berbahaya, Pakar: Peluang Perang Dunia III Meningkat

Dalam publikasinya di Russia Today Selasa (19/4/2022), Wang Wen menyatakan, di permukaan itu pertempuran militer antara Kiev dan pasukan Moskow di palagan barat dan selatan.

Akan tetapi, pada intinya, konflik Rusia-Ukraina adalah pecahnya konfrontasi total seperti Perang Dingin di Eropa Timur.

Juga merupakan serangan balik skala penuh oleh Rusia, terhadap ekspansi strategis AS dan blok militer NATO-nya yang tak ada habisnya.

Situasinya bergerak ke arah bencana global.

Putin tidak dapat mentolerir kegagalan, dan Biden tidak mau menyerah, yang akan memaksa Rusia menggunakan senjata nuklir.

Selain perang, lebih banyak bencana terjadi.

Perang telah menggusur jutaan petani Ukraina dari rumah mereka dan membuat mereka melewatkan musim tanam musim semi, yang mengakibatkan penurunan ekspor pertanian Ukraina.

Ukraina sebelumnya adalah salah satu eksportir penting produk pertanian dunia, dengan gandum dan jagungnya masing-masing menyumbang 10 persen dan 15 persen ekspor dunia untuk tanaman pokok ini.

Empat belas negara lebih dari 25 persen bergantung impor gandum Ukraina.

Mereka termasuk Libya sebesar 43 persen dan Bangladesh sebesar 28 persen.

Tanpa pengganti impor yang terjangkau dan memadai, kota-kota di beberapa negara berkembang kemungkinan akan menghadapi kelaparan parah.

Kekurangan pangan dan kenaikan harga energi, yang disebabkan oleh pertempuran, telah membatasi produksi lebih banyak negara.

AS, UE, Argentina, dan Turki telah mengalami kenaikan harga yang serius, dan tingkat inflasi di Eropa dan AS telah mencapai level tertinggi dalam 40 tahun.

Jika kita lanjutkan, apakah prediksi Elon Musk tentang krisis ekonomi "mungkin terjadi sekitar musim semi atau musim panas 2022, tetapi paling lambat 2023" bakal jadi kenyataan.

Selama dua tahun terakhir, lebih dari 6 juta orang telah meninggal karena Covid-19.

Baca juga: Surat Ancaman Terbuka Rusia ke AS yang Terus Kirim Senjata ke Ukraina, Moskow akan Makin Agresif

Banyak negara barat telah membuka diri dan mengumumkan mereka tidak akan lagi mengisolasi pasien.

Tetapi seperti yang diperingatkan pakar Organisasi Kesehatan Dunia, ini sikap terlalu optimistis.

Covid-19 belum berakhir, dan kematian masih terjadi.

Sejak bulan lalu, jumlah infeksi melonjak, dan sekitar 1.000 orang meninggal karena Covid-19 setiap hari.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Analisis Pakar, Dunia Jadi Lebih Berbahaya, Peluang Perang Dunia III Meningkat

Berita Terkini