TRIBUNBANTEN.COM - Gizi buruk dan ketimpangan akses kesehatan mungkin bukan isu yang biasa dibahas dalam ruang belajar pemrograman. Namun di tangan anak muda, teknologi kini bukan hanya soal membuat aplikasi, melainkan cara baru untuk menyelesaikan masalah nyata seperti itu.
Inilah semangat yang dibawa Coding Bee Academy lewat kompetisi coding bertaraf internasional, yakni International Code Olympiad 2025.
Lewat tema “Innovating Nutrition: Technology for a Healthier Future”, Coding Bee Academy mengajak pelajar dan mahasiswa dari berbagai negara. Kompetisi ini memiliki tujuan menjawab tantangan global, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi, melalui pendekatan teknologi yang kreatif serta berdampak.
Peserta ditantang untuk menggabungkan empati sosial dan kecakapan teknologi, guna mengatasi persoalan nyata seperti ketimpangan gizi, perubahan iklim, dan kesenjangan pendidikan.
“Lewat kompetisi ini, kami ingin menumbuhkan generasi inovator yang tidak hanya cakap secara teknis, tapi juga peduli, kritis, dan mampu menciptakan solusi digital yang bermanfaat,” ujar Jeffrey Alvin Alimsyah, Managing Director Coding Bee Academy.
Untuk menguatkan pesan dan semangat tersebut, Coding Bee Academy turut menghadirkan berbagai tokoh inspiratif dari sektor pendidikan, teknologi, dan sosial.
Beberapa di antaranya adalah Fahrizal Lukman Budiono dari KOMDIGI, Sandhika Galih dari Universitas Pasundan (UNPAS), serta Catherine Alimsyah, CEO Coding Bee Academy.
Turut hadir pula Barbara Speirs dari Yayasan Cheshire Indonesia dan Lukas Handyanto, pendiri Chickenmeet, penyedia makanan sehat untuk anak.
Baca juga: Begini Serunya Belajar Coding dan Pemrograman dalam Satu Jam bersama Coding Bee Academy
Jeffrey menyebut bahwa International Code Olympiad menjadi bagian dari misi jangka panjang Coding Bee Academy untuk membangun ekosistem belajar yang terbuka, relevan, dan kolaboratif.
“Kami percaya bahwa pendidikan teknologi sejak dini adalah investasi penting untuk masa depan. Lewat ajang ini, kami ingin membuka ruang bagi anak muda untuk bereksplorasi, berjejaring, dan menciptakan solusi nyata bagi lingkungannya,” tambahnya.
Menariknya, kompetisi ini tidak hanya menyasar pelajar dan mahasiswa. Pendidik, komunitas IT, institusi pendidikan, hingga pihak industri juga diajak berperan aktif, baik sebagai pendukung, mentor, maupun mitra kolaborasi.
Harapannya, ekosistem lintas sektor ini bisa memperkuat semangat belajar dan inovasi di kalangan generasi muda.
“Masa depan tidak dibentuk oleh satu orang, tetapi oleh komunitas yang memberi ruang untuk anak-anak bertumbuh. Kompetisi ini hanyalah permulaan dari langkah-langkah besar yang bisa mereka tempuh,” ujar Jeffrey.
Untuk mengikuti perkembangan lebih lanjut, informasi seputar Coding Bee Academy dan International Code Olympiad 2025 dapat ditemukan melalui akun Instagram @codingbeeacademy dan @codeolympiad2025, situs www.codeolympiad.tech, www.codingbee.id, serta kanal YouTube: codingbeeacademy.