Dentuman Misterius

Ini Analisis Ahli Vulkanologi soal Dentuman Misterius yang Gegerkan Warga Bogor-Jakarta

Mbah Rono mengatakan bisa saja suara dentuman itu berasal dari sumber lain.

Editor: Abdul Qodir
zoom-inlihat foto Ini Analisis Ahli Vulkanologi soal Dentuman Misterius yang Gegerkan Warga Bogor-Jakarta
Intisari.Grid
Ilustrasi dentuman misterius di Bogor dan Jakarta setelah Gunung Anak Krakatau meletus.

TRIBUNBANTEN.COM - Sumber atau asal dentuman misterius yang terdengar warga Bogor Jawa Barat dan Jakarta pada Sabtu (10/4/2020) dini hari usai erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, masih belum terjawab secara pasti.

Baik pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) maupun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, belum bisa memastikan asal dentuman tersebut.

Pun demikian saat ditanyakan kepada ahli Vulkanologi dari PVMBG Surono.

Mbah Rono, begitu ia disapa, juga belum mengetahui sumber suara dentuman yang didengar sejumlah warga di Bogor, di Jakarta serta warganet.

Menurutnya, yang memungkinkan atau disinyalir suara dentuman misterius itu berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Namun, ia mengakui tidak memiliki data sumber dentuman misterius yang didengar warga Bogor dan Jakarta pada Sabtu dini hari tadi.

"Yang pasti Gunung Anak Krakatau meletus. Namun, saya tidak punya data sumber dentuman, di mana pada saat masyarakat mendengar dentuman apakah bersamaan dengan letusan Anak Krakatau," ujar Surono ketika dihubungi.

"Bisa terjadi yang terdengar suara dentuman itu dari Gunung Anak Krakatau," imbuhnya.

BREAKING NEWS: Warga Bogor dan Jakarta Dikejutkan Suara Dentuman Misterius

 

Dia juga menganalisis mengapa warga Jabodetabek dapat mendengar suara dentuman tersebut. Menurutnya itu terjadi karena saat ini di tengah pandemi virus corona kondisi terbilang sepi.

Menurut Mbah Rono, tidak adanya kegiatan manusia dan kendaraan yang lalu lalang membuat suara dentuman itu terdengar banyak pihak.

"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalu-lalang, tidak ada kegiatan manusia. Sepi (sehingga terdengar dentuman itu)," kata dia.

Namun, Mbah Rono tetap tak bisa memastikan apakah benar dentuman tersebut berasal dari Gunung Anak Krakatau. Mbah Rono mengatakan bisa saja suara dentuman itu berasal dari sumber lain.

"Bisa terjadi suara dentuman tersebut dari letusan Gunung Anak Krakatau, tapi bisa dari sumber lain yang saya tidak tahu," tandasnya.

 
Diberitakan sebelumnya, terjadi dua kali erupsi pada Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda pada Jumat (10/4/2020) malam.

Erupsi gunung berapi itu mengeluarkan lava. Abu vulkanik yang disemburkan gunung tersebut sampai ke sebagian Lampung.

Namun, sekitar dua jam berikutnya atau pada Sabtu (11/4/2020) dini hari, warga di wilayah Bogor Jawa Barat dan sebagian Jakarta mendengar suara dentuman misterius.

Kementerian ESDM melalui laman resmi magma.vsi.esdm.go.id/ melaporkan, letusan pertama terjadi pada pukul 21.58 WIB, dengan estimasi kolom abu mencapai ketinggian 357 meter di atas permukaan laut.

Sementara, letusan kedua terjadi pada pukul 22.35 WIB, dengan estimasi kolom abu mencapai ketinggian 657 meter di atas permukaan laut.

Suara letusan dan abu tebal terasa hingga wilayah Kalianda, Lampung Selatan.

Hal itu membuat warga sempat keluar meninggalkan rumah untuk mengamati situasi. Sebagian lainnya memilih mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Anehnya, setelah letusan Gunung Anak Keakatau itu atau sekitar pukul 01.40 WIB hingga lebih pukul 3.00 WIB, terdengar beberapa kali suara dentuman yang terdengar di wilayah Bogor Jawa Barat hingga sebagian Jakarta.

Sejumlah warganet di akun Twitter BNPB melaporkan mendengar dentuman aneh tersebut, yang diduga berkaitan dengan meletusnya Gunung Anak Krakatau.

Dari pantaun awak Tribun di kawasan Citayam, Kabupaten Bogor, suara dentuman itu terdengar berkali-kali dengan interval 15 detik hingga 20 detik.

Bahkan, dentuman itu membuat pintu dan jendela rumah warga bergetar.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyatakan belum mengetahui pasti sumber atau asal suara dentuman itu.

Namun, dari pengamatan Kepala Stasiun Geofisika BMKG di Bandung, dilaporkan tidak ada kejadian gempa signifikan pada kisaran waktu terdengarnya dentuman tersebut.

"Dari monitoring gempabumi yang dilalukan oleh Stasiun Geofisika BMKG di Bandung, dilaporkan tidak ada kejadian gempa signifikan," kata Dwikorita melalui pesan singkat kepada Tribun.

Ia menyarankan untuk mengonfirmasi hal ini ke pihak PVMBG Kementerian ESDM.

Namun, saat dikonfirmasi, pihak PVMBG juga belum bisa memastikan asal atau sumber suara dentuman tersebut.

Kepala Bidang Gunung Api PVMBG, Hendra Gunawan mengatakan, suara dentuman yang terdengar berkali-kali itu diduga kuat bukan berasal atau berkaitan dengan erupsi Gunung Anak Krakakatau di Selat Sunda.

Sebab, erupsi Gunung Anak Krakatau yang terjadi kali ini relatif kecil. "Saya kira bukan (karena Gunung Anak Krakatau). Itu terlalu jauh," kata Hendra dalam wawancaranya di Radio Elshinta.

Hendra menyebut tipikal erupsi Gunung Anak Krakatau saat ini dengan kondisi gas yang relatif sedikit dan lebih bersifat aliran.

Erupsi Gunung Anak Krakatau lebih didominasi oleh semburan lava.

Oleh karena itu, menurut Hendra, agak tidak mungkin kalau suara dentuman yang terdengar oleh sebagian warga Jabodetabek itu berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau.

Sementara petugas di Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di dekat Pantai Carita justru tak mendengar ada suara dentuman.

"Secara instrumental tekanannya tidak terlalu besar, sehingga wajar jika tidak terjadi dentuman di pos pengamatan di Pantai Carita. Jadi aneh juga kalau terdengar sampai Depok dan Bogor karena yang dekat saja enggak kedengaran," katanya.

Gunung Anak Krakatau terbentuk dari salah satu ledakan dahsyat yang pernah ada dalam sejarah yang dikenal dengan ledakan Gunung Krakatau. Gunung itu meledak pada 23 Agustus 1883.

Ledakannya setara dengan 3.000 bom atom Hiroshima atau 26 kali lebih kuat dari bom hidrogen terkuat saat ini.

Tsunami setinggi 100 kaki atau 30,5 meter langsung tercipta setelah ledakan terjadi. Ledakan Gunung Krakatau melemparkan batu apung sejauh 5.331 kilometer 10 hari kemudian. Korban yang tewas mencapai 36.489 orang.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved