Jembatan Apus di Desa Sukamekarsari Lebak Miring, Warga Takut Lewat dan Berharap Segera Diperbaiki
Jembatan Apus melintasi aliran Sungai Cisimeut, menghubungkan antara Kampung Kedung dengan Kampung Bojong Apus.
Penulis: desi purnamasari | Editor: Agung Yulianto Wibowo
Laporan Reporter TribunBanten.com, Desi Purnamasari
TRIBUNBANTEN.COM, LEBAK - Pascabanjir, Jembatan Apus di Desa Sukamekarsari, Kecamatan Kalanganyar, Lebak, bergeser dan miring.
Jembatan Apus melintasi aliran Sungai Cisimeut, menghubungkan antara Kampung Kedung dengan Kampung Bojong Apus.
Menurut pantauan TribunBanten.com, Sabtu (9/1/2021), posisi tanah yang miring membuat konstruksi bangunan jembatan menjadi bergeser dan miring.
Baca juga: SIMAK! Rekayasa Arus Lalu Lintas karena Perbaikan Jembatan Ciujung Baru Lebak
Baca juga: Jembatan Ciujung Baru Rangkasbitung Lebak Diperbaiki, Ditutup Selama Seminggu sampai 10 Januari 2021
Bahkan, terlihat satu besi dari jembatan tersebut ada yang sudah tidak terpasang.
Nur Aini, seorang warga, mengaku setiap hari melintasi jembatan itu.
Menurut dia, tidak ada pilihan lain.
Jika menggunakan jalur lain, dia harus memutar terlalu jauh.
"Memang merasa takut pada saat pertama melintas karena posisi jembatan sedikit miring," ujar perempuan berbaju merah jambu tersebut kepada TribunBanten.com, Sabtu.
Dia berharap jembatan itu segera diperbaiki agar aktivitas kembali dengan normal.
"Biar tidak was-was juga pada saat harus melewati jembatan," katanya.
Sarip, penjual cilok yang setiap hari berjualan melintasi jembatan ini, mengaku tidak merasa khwatir melewati jembatan ini karena sudah terbiasa.
"Memang untuk roda dua masih bisa dilalui," ucapnya.
Menurutnya, untuk roda empat memang sepertinya kurang kuat.
Apalagi jika hujan kembali turun.
"Kalau hujan lagi, pasti lebih mengkhawatirkan karena ini sudah bergeser," ujar Sarip.

42.762 rumah rusak
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan 26.196 unit rumah rusak ringan, 10.394 rusak berat, dan 6.172 rusak sedang.
Bencana alam yang terjadi selama tahun 2020 merusakkan 42.762 rumah warga.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Dr Raditya Jati mengatakan puluhan ribu rumah rusak itu akibat bencana alam.
Yaitu banjir, angin puting beliung, tanah longsor, gempa bumi, dan gelombang pasang atau abrasi.
"Angka tersebut di luar jumlah rumah terendam yang mencapai ratusan ribu di sektor pemukiman. Tercatat sebanyak 836.291 unit rumah terendam air," kata dia melalui rilis, Sabtu (2/1/2021).
Rumah rusak akibat banjir sebanyak 24.000 unit, rinciannya 7.755 unit RB, 3.505 RS dan 12.740 RR.
Kerusakan rumah akibat angin puting beliung sebanyak 15.000 unit, 1.877 RB, 1.823 RS dan 11.300 RR.
Rumah rusak akibat tanah longsor sebanyak 1.681 unit, 444 unit RB, 343 RS dan 894 RR.
Sedangkan rumah rusak akibat gelombang pasang atau abrasi mencapai 154 unit dengan rincian 76 unit RB, 9 unit rumah RS dan 69 RR.
"Bencana geologi juga berdampak pada kerusakan rumah, yaitu kejadian gempa dengan magnitudo yang berbeda," ucap Raditya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat 11 kejadian gempa merusak perumahan warga sepanjang tahun 2020.