Buntut Kasus Kematian Fadli usai Diksar di Gunung, Rektor Untirta Bekukan UKM Mapala

Rektor Untirta Fatah Sulaeiman mengatakan pembekuan aktivitas Mapala Untirta dilakukan karena UKM tersebut melanggar larangan kegiatan UKM saat pandem

Penulis: Marteen Ronaldo Pakpahan | Editor: Abdul Qodir
Tangkap Layar YouTube Sekretariat Presiden
Rektor Univesitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Fatah Sulaiman saat sambutan peresmian kampus baru Untirta oleh Presiden Jokowi di Desa Sindangsari, Kabupaten Serang, Banten, Kamis (4/3/2021). 

Dan pada suatu waktu, Fadli sudah tidak mampu lagi mengikuti pendakian tersebut. Namun, dia justru kembali melanjutkan kegiatan tersebut.

"Adik saya itu sudah menyatakan untuk mundur karena sudah tidak kuat dan panitia pun sudah mempersilakan. Akan tetapi, adik saya ini mungkin bimbang dari pihak mapala juga, (sebab) kalau ingin pulang tidak bisa diantar melainkan sendirian," ujarnya.

Akhirnya, sanga adik pun bimbang dan kembali berjalan hingga selesai mengikuti kegiatan mapala pada Sabtu.

Menurut informasi yang ia peroleh dari pihak panitia, pada saat itu sang adik sudah tidak bisa berjalan lagi dan kondisi kakinya sudah banyak luka.

Fadli pun harus dibopong oleh panitia saat proses menuruni gunung karena kakinya sudah tidak mampu berjalan.

Setiba di Kota Serang, Fadli menolak mendapat perawatan di klinik kampus Untirta dan ia memutuskan pergi ke indekos rekannya.

Kronologi versi UKM Mapala dan Kampus Untirta 

Ketua Mapala Untirta M Ariansyah Sahputra mengatakan, kegiatan diksar Mapalaut dilaksanakan selama 12 hari di beberapa lokasi.

Puncaknya pada Minggu (28/2/2021), sebanyak 11 orang termasuk Fadli melakukan kegiatan di Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang.

Namun, pada hari ke-10 kegiatan, Fadli, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untirta semester 2 itu mengeluhkan sakit di bagian kakinya.

"Mengeluh sakit karena ada luka lecet pada bagian selangkangan dan bagian telapak kaki," ujar Ariansyah dari keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Rabu (3/3/2021).

Kemudian, panita melakukan penanganan dengan membersihkan dan mengobati lukanya.

Ariansyah menuturkan, pada hari terakhir penutupan kegiatan, Fadli mengalami pembengkakan di bagian betis sehingga susah untuk berdiri dan berjalan.

"Ketika turun dari camp survival ke lokasi penutupan almarhum digendong. Jarak yang ditempuh berkisar 15 menit," ujar Ariansyah.

Usai upacara penutupan dan penyematan, kondisi Fadli masih semangat untuk melanjutkan perjalanan pulang.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved