Dari Patungan, 3 Anak Muda Cilegon Usaha Jamur Beromzet Jutaan Rupiah hingga Pekerjakan Ibu-ibu
Ia dan dua rekannya berinisiatif usaha budidaya jamur tiram saat pandemi Covid-19 karena melihat peluang pasar di wilayahnya.
Penulis: Khairul Maarif | Editor: Abdul Qodir
TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON - Berawal dari modal patungan, tiga anak muda di Cilegon mampu mengembangkan usaha budidaya jamur tiram hingga beromzet jutaan rupiah per bulan.
Bahkan, usaha yang baru dimulai ketiga akan muda itu sudah mampu mempekerjakan sejumlah ibu rumah tangga.
Mufiudin (31), Ali Alfaji (35), dan Umarul Yakin (29), tiga anak muda Cilegon menjadi inisiator Kelompok Tani Jamur Cilegon (KTJC) di lingkungan Cilurah RT 19/002 Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon.
KTJC bergerak dalam membudidaya jamur tiram.
KTJC membuat kumbung untuk tempat pembudidayaan jamur tiram di Lingkungan Cilurah di antara pepohonan rindang.
Baca juga: Cerita Ismail Saleh, Jatuh Bangun Rintis Angkringan Mas Coy Hingga Beromzet Rp 120 Juta Per Bulan
Baca juga: Cara Budidaya Jamur Tiram, Raih Keuntungan Maksimal dengan Modal Kecil
Di dalam kumbung terdapat empat rak yang tingginya sekitar 3 meter untuk menempatkan baglog.
Seorang Penggagas KTJC, Mufiudin menceritakan usaha budidaya jamur tiram KTJC baru dimulai pada Desember 2020 bersamaan pandemi Covid-19.
"Kebetulan saya kena PHK dari kerjaan pas Covid kemarin," ujarnya.

Ia dan dua rekannya berinisiatif usaha budidaya jamur tiram saat pandemi Covid-19 karena melihat peluang usaha dan pasar di wilayahnya.
Saat itu, ia dan kedua rekannya patungan modal masing-masing Rp 4 juta sehingga Rp 12 juta untuk membuat kumbung jamur.
Selain itu, juga diperlukan modal Rp 5 juta untuk biaya baglog jamur yang berasal dari patungan anggota KTJC.
"Saya dapat ide buat membudidaya jamur tiram karena disarankan langsung oleh saudara saya yang bernama Wahyu," ujarnya kepada TribunBanten.com di kumbung KTJC, Senin (15/3/2021).
Saat ini, KTJC bisa menghasilkan 7 sampai 10 kilogram jamur tiram per hari.
"Itu dari 2000 baglog dan kita panennya saat sore setiap harinya," jelasnya.
Baca juga: Cara Budidaya Jamur Tiram, Raih Keuntungan Maksimal dengan Modal Kecil
KTJC menjual jamur tiramnya seharga Rp 15.000 perkilogram.
"Kita belum berani jual mahal karena lagi berusaha mencari pasar, kalau di pasaran mah harganya bisa Rp 20.000 perkilogram," tuturnya.
Total omzet usaha budidaya jamjur tiram yang dikembagkan KTJC mencapai Rp 7 juta dalam sebulan. "Pendapatan bersihnya sekitar Rp 3 jtua per bulan," jelasnya.

Jamur tiram dari KTJC dipasarkan ke wilayah Kota Cilegon. "Pasar kita masih warga sekitar dan satu pemilik warteg di kawasan KS (Krakatau Steel)," ujarnya.
Meski begitu, jamur tiram dari KTJC sudah banyak diminati dari luar kota Cilegon. Namun, karena produksi jamur tiram terbatas lantaran keterbatasan tempat, permintaan pesanan dari luar kota belum bisa dipenuhi.
"Kalau yang nawar mah sudah banyak, tapi saya belum terima karena hasil panen kami masih terbatas," jelasnya.
Berawal dari tiga orang, saat ini KTJC sudah memiliki 11 anggota untuk menggerakan budidaya jamur tiram. Seluruh anggota KTJC itu merupakan warga Cilurah.
Pekerjakan Sejumlah Ibu Rumah Tangga

Tempat usaha dan kumbung jamur tiram KTJC berada di belakang pemukiman warga.
Akhirnya ketiga anak muda itu pun mempekerjakan sejumlah ibu rumah tangga di tempat usaha merekayang diharapkan dapat menjadi penghasilan tambahan.
Para ibu rumah tangga ini diperkerjakan untuk membuat baglog sebagai media penanaman jamur tiram.
Pelataran kumbung KTJC menjadi tempat untuk para ibu rumah tangga untuk membuat baglog.
Penggagas KTJC lainnya Umarul Yakin, mengungkapkan sebulan bisa sampai empat kali membutuhkan tenaga para ibu rumah tangga untuk pembuatan baglog.
"Totalnya ada 20 ibu rumah tangga yang semuanya dari Lingkungan Cilurah," ungkapnya.
Baca juga: Tangkap Peluang Bisnis saat Pandemi, Aditya Dapat Rp3 Juta Per Bulan dari Laundry Sepatu di Rumah
Setidaknya membutuhkan waktu lima hari untuk dapat mencapai 2.000 baglog.
"Ya nanti diatur sama para ibu rumah tangga seharinya berapa baglog gitu," tambahnya.
Pria berusia 29 tahun ini menuturkan satu baglog yang dibuat para ibu rumah tangga dihargai Rp 200.
"Nanti pembagiannya diatur sama mereka sendiri dari kita hanya memberikan seluruh sesuai yang dihasilkan," tuturnya.
Totalnya sekitar Rp 400.000 yang dihasilkan 20 orang ibu rumah tangga perlima harinya.
"Dalam sebulan sekitar Rp 1,2 sampai 1,6 juta yang dihasilkan," pungkasnya.