Kisah Zaki, Usaha Minuman Rempah Asal Pandeglang, Awal Pandemi Covid-19 Permintaan Naik 2.000 Persen

Pembeli pertamanya memesan 12 bungkus, masing-masing diberi jahe dicampur rempah-rempah.

Penulis: mildaniati | Editor: Agung Yulianto Wibowo
TribunBanten.com/Mildaniati
Abdullah Muzaki, pemilik Jahe Aren Sari Raos, di rumahnya, Minggu (27/6/2021). 

Laporan wartawan TribunBanten.com Mildaniati

TRIBUNBANTEN, PANDEGLANG - Penjualan serbuk rempah Jahe Aren Sari Raos meningkat sekitar 2.000 persen pada awal pandemi Covid-19.

Abdullah Muzaki, pemilik Jahe Aren Sari Raos, mengaku pelanggannya cocok minum hasil olahannya untuk menjaga imun tubuh.

Pada tiga bulan awal pandemi Covid-19, warga Kampung Kahuripan, Desa Parigi, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, ini meraih omzet Rp 1 miliar.

Sebelumnya, pria yang akrab disapa Zaki ini hanya mampu menjual 100 bungkus ukuran 250 gram.

Baca juga: Kisah Micco, Lulusan Australia Jadi Pebisnis Ikan Nila dan Raup Omzet Rp 250 Juta Sekali Panen

"Saat awal pandemi Covid-19, saya kewalahan tidak kekejar," ujarnya kepada TribunBanten.com di rumahnya, Minggu (27/6/2021).

Pada saat itu, pesanan hingga 2.000 bungkus.

Namun, Zaki hanya mampu memenuhi 1.800 bungkus.

"Saya sampai kena marah pembeli," katanya.

Zaki memulai usaha Jahe Aren Sari Raos pada 2018.

Sebelumnya, dia adalah agen ikan cupang di Pandeglang sejak 2014.

Baca juga: Kisah Inspiratif, Hasan Penjual Emping di Terminal Pakupatan Serang yang Sukses Sekolahkan Anak

Namun, usahanya bangkrut karena banyak yang utang tetapi tidak membayar.

"Saya juga sempat stres karena punya utang ratusan juta rupiah. Semua orang mencibir dan menghina," ucap Zaki.

Dia mulai bangkit pada 2018 dengan usaha minuman Jahe Aren Sari Raos.

Zaki mengaku awalnya mencoba-coba pakai kayu manis, sereh, dan kapulaga.

"Alhamdulillah saya enggak trauma, mulai merintis usaha lagi dari Rp 0 atau tanpa modal," katanya.

Dia membuat serbuk ketika ada pesanan dengan kemasan yang kurang bagus.

Baca juga: Kisah Pengusaha Sego Bebek yang Raup Omzet Jutaan Rupiah, Awalnya Sopir Kini Miliki 3 Kios di Banten

Untuk menggiling, Zaki menumpang di tetangganya.

Dia mulai mempromosikan produknya lewat Twitter.

Saat itu, pembeli pertamanya berasal dari Ciruas, Serang.

Pembeli pertamanya memesan 12 bungkus, masing-masing diberi jahe dicampur rempah-rempah.

"Nganterin order naik bus, saya antar langsung," ujarnya.

Zaki mengaku saat itu dia sekaligus mengenalkan produknya sehingga untung penjualan habis di ongkos.

Setelah itu, orderan meningkat menjadi 80-300 bungkus.

Baca juga: Kisah Inspiratif Pemilik Asep Lopang Barbershop Serang, 20 Tahun Merintis, Raih Beragam Prestasi

Dia juga menerima pesanan dari Cianjur, Sidoarjo, Bekasi, dan Jakarta Selatan, setelah mempromosikan produknya lewat Twitter.

Begitu mulai banyak pesanan, dia membenahi kemasannya dan berinovasi dengan varian lain.

Saat ini, varian produknya beragam, mulai jahe aren original, kunyit, temulawak, habatussauda, khustul hindi, dan jahe aren koin.

Produk paling larisnya adalah jahe aren khustul hindi plus habatussauda.

Semua produknya berukuran antara 250-500 gram.

Harga varian berkisar antara Rp 18.000-Rp 35.000.

Dia mengklaim produknya bisa tahan hingga dua tahun.

Saat ini, Zaki memiliki 10 tenaga kerja yang terdiri atas perempuan yang bertugas mengiris rempah-rempah dan pria yang membantu memasak.

Baca juga: Kisah Inspiratif Pemilik Asep Lopang Barbershop Serang, 20 Tahun Merintis, Raih Beragam Prestasi

"Produksinya tidak setiap hari, seminggu kerja seminggu libur," ucapnya.

Zaki menjual produknya tidak hanya di media sosial, tapi juga di marketplace dan agen tetap di sejumlah daerah. 

Bahkan, dia mengklaim produknya sudah sampai ke Jepang, Australia, dan Jerman.

Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved