PLN TJSL Fest 2021 Hadirkan Creativepreneur dr Tirta, Berikan Tips agar UMK Menang dari Pandemi

Dalam rangkaian PLN TJSL Fest 2021, dihadirkan pembicara creativepreneur dr Tirta Mandira Hudhi.

dokumentasi PLN
PLN TJSL Fest 2021 menghadirkan pembicara creativepreneur dr Tirta Mandira Hudhi, membahas bagaimana mengembangkan UMK di tengah pandemi Covid-19 pada sesi webinar "Jadi UMK Pemenang di Era New Normal", Rabu (17/11/2021). 

TRIBUNBANTEN.COM - Usaha mikro dan kecil (UMK) mendapatkan tantangan akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pandemi Covid-19 pada 2020. 

PLN pun menghadirkan PLN TJSL Fest 2021 secara virtual.

Dalam rangkaian PLN TJSL Fest 2021, dihadirkan pembicara creativepreneur dr Tirta Mandira Hudhi.

Rangkaian itu membahas bagaimana mengembangkan UMK di tengah pandemi Covid-19 pada sesi webinar "Jadi UMK Pemenang di Era New Normal", Rabu (17/11/2021).

Bagi dr Tirta, pandemi ini merupakan ujian bagi para pebisnis untuk menjadi nahkoda yang luar biasa.

Baca juga: 269 UMKM Mitra Binaan PLN Mampu Produksi Program dan Produk Unggulan, Didorong agar Go Digital

Dari krisis yang melanda dari beberapa waktu lalu menghasilkan pengusaha-pengusaha yang andal.

Apalagi Indonesia sudah tiga kali mengalami hal ini, yaitu pada 1998, 2008 dan 2021.

"Mereka yang dapat beradaptasi dengan cepat terbukti dapat bertahan dan mampu mengembangkan usahanya," katanya pada acara Webinar PLN TJSL Fest 2021: Jadi UMK Pemenang di Era New Normal.

Selama pandemi Covid-19, dari pengamatan dr Tirta, banyak anak muda yang terjun ke usaha digital, serta penjualan e-commerce meningkat.

Harusnya, fakta tersebut bisa menjadi kesempatan bagi UMK untuk bisa mengembangkan usahanya.

"Bisnis selama pandemi bisa menjadi kesempatan atau bisa menghancurkan. Tergantung bagaimana Anda bisa mengatur keuangan dan kesehatan perusahaan dengan baik," ujar dr Tirta.

Baca juga: Berhasil Bina Masyarakat Olah Sampah Jadi Energi Alternatif, PLN Miliki 100 Mitra dan 12 Desa Binaan

Agar dapat menjaga keberlangsungan usaha, UMK sebaiknya mulai mendata secara baik aset yang dimiliki dan belajar menghitungnya.

Menurut dr Tirta, hal tersebut sering dilupakan oleh UMK, sehingga mereka tidak tahu bagaimana perkembangan bisnisnya seperti apa.

"Tahunya modal, terus dagang, sudah itu saja. Bahkan dengan omzet Rp 15 juta-Rp 25 juta per bulan harus sudah bisa menghitung itu. Untuk perusahaan sekecil apa pun itu sebaiknya harus dihitung," ucapnya.

Selain manajemen keuangan, kelemahan UMK yang lain adalah malas mendaftarkan produknya ke Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) karena dianggap merepotkan atau kurang penting.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved