Kisah Shela Nur, Atlet Difabel yang Belum Mendapatkan Hak Setelah Raih 3 Emas di Peparnas 2019

Seorang atlet penyandang disabilitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum menerima haknya.

Editor: Glery Lazuardi
(KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA)
Sarjana (49) warga Patalan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul saat menunjukan tiga medali emas yang berhasil diraih oleh putrinya Shela Nur Faiza di ajang Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) IX 2019 di Jakarta. 

TRIBUNBANTEN.COM - Seorang atlet penyandang disabilitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) belum menerima haknya.

Shela Nur Faiza (17) merupakan atlet yang meraih tiga medali emas di Pekan Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) IX 2019 di Jakarta.

Shela Nur Faiza merupakan penyandang tuna rungu yang meraih gelar juara lari 100 meter, 200 meter dan lompat jauh.

Namun, setelah hampir tiga tahun bonus yang dijanjikan belum kunjung diterima.

Sehingga akhirnya, Shela Nur Faiza mengalami penurunan prestasi dan kehilangan semangat.

Baca juga: Kisah Inspiratif Handayani, Penyandang Disabilitas asal Banten Sukses Raih Medali Emas di Peparnas

Hal itu terungkap pada saat Sarjana (49), ayahnya mendatangi kantor Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan DIY.

Sarjana bertemu dengan Ketua Ombudsman RI Perwakilan DIY, Budhi Masturi.

"Yang menjadi kebingungan saya, gara-gara bonus atau uang penghargaan anak saya jadi patah semangat. Yang memprihatinkan anak berprestasi keinginan untuk berlatih sendiri sekarang sudah tidak minat, ya itu gara-gara hasil mendapat medali itu mewakili DIY sama sekali tidak ada," tuturnya.

Menurut pengakuan Sarjana bonus pernah diutarakan oleh pendamping atau pelatih setelah putrinya berhasil meraih prestasi di ajang Paralympic Pelajar Nasional (Peparpenas) IX 2019 di Jakarta.

Meskipun saat itu nominal bonusnya tidak disebutkan besarannya.

Namun sampai dengan saat ini bonus tersebut tidak juga kunjung ada kejelasan.

Sarjana mengaku tidak mempermasalahkan tentang besaran nominal bonus.

Sebab sebagai seorang ayah, yang dipikirkannya adalah kondisi mental anaknya.

"Saya tidak bisa bicara apa-apa karena masalah nominal itu bukan suatu nilai yang berharga bagi saya. Tapi yang sangat berharga adalah mental anak saya supaya bisa pulih dengan adanya mungkin selama ini dia berharap dari dulu 2019 dan seterusnya hanya nunda-nunda, nah itu harapan anak saya menjadi patah semangat di situ," tegasnya.

Baca juga: Serahkan Bonus Apresiasi Bagi Kontingen Peparnas 2021, Gubernur Banten: Atlet Difabel Menginspirasi

Tak hanya itu, Sarjana mengungkapkan anaknya bahkan menolak untuk kembali mengikuti berbagai ajang kejuaraan tingkat nasional.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved