Cerita Ojek Pengkolan Bertahan di Tengah Serbuan Ojol: Minyak Tak Terbeli, Hanya Makan Tempe Rebus
Meskipun di tengah persaingan dengan ojek online berbasis aplikasi, namun, Abdullah setia menjadi tukang ojek pengkolan.
Laporan Wartawan TribunBanten.com Sopian Sauri
TRIBUNBANTEN.COM, CILEGON - Abdullah (68) menceritakan pengalaman sebagai tukang ojek pengkolan.
Meskipun di tengah persaingan dengan ojek online berbasis aplikasi, namun, Abdullah setia menjadi tukang ojek pengkolan.
Abdullah sudah menjadi tukang ojek pangkalan sejak tahun 1970an.
Abdullah biasanya mangkal di sekitar Masjid Agung Nurul Ikhlas, Kota Cilegon, Banten.
Abdullah bekerja mulai dari pukul 06.00 WIB.
Baca juga: Bintang Tukang Ojek Pengkolan Rela Bantu Istri Jualan Nasi Uduk Padahal Honor 70 Juta, Ini Alasannya
Berdasarkan pemantauan TribunBanten.com pada Kamis (24/3/2022), Abdullah sudah berada di depan gerbang Mesjid Agung Nurul Ikhlas.
Belakangan ini, Abdullah mengaku sangat sulit mendapat penumpang karena persaingan dengan ojek online.
Abdullah tak beralih menjadi ojek online karena belum mampu menggunakan smartphone.
Selain itu karena faktor usia, Abdullah merasa kesulitan untuk mencari pekerjaan.
Sehingga jalan satu-satunya untuk mencari uang dengan cara menjadi tukang ojek pengkolan.
Atau mencari pekerjaan serabutan seperti menjadi kuli bangunan dan juru parkir.
"Selagi masih sehat dan mampu saya tetap mengojek dan mencari serabutan demi kebutuhan keluarga," ujarnya
Baca juga: Perkara Ikuti Google Maps, Driver Ojek Online Ini Malah Tersesat Masuk Tol, Begini Kronologinya
Pada hari Kamis ini, dia baru mendapatkan dua penumpang.
"Dari pagi tadi saya cuma dapat 2 penumpang, bahkan 2 hari berturut-turut tidak narik sekali. Boro-boro buat keluarga buat makan sendiri saja susah," ujarnya.