Kenangan Rima Melati Semasa Hidup, Dapat Nama Panggung dari Bung Karno, Ada Kisah Pilu di Baliknya

TRIBUNBANTEN.COM - Inilah kenangan Rima Melati semasa hidupnya yang sukses jadi bintang film, model, penyanyi hingga pengusaha.

Kabar duka datang dari artis senior Tanah Air, Rima Melati.

Rima Melati dikabarkan meninggal dunia pada Kamis (23/6/2022) sore ini.

Kabar duka ini disampaikan langsung oleh menantu Rima Melati, Marisa Tumbuan, melalui unggahan Instagram Story-nya.

Baca juga: Mengenal Dekubitus, Penyakit yang Diderita Rima Melati Sebelum Meninggal Dunia

Baca juga: Kondisi Laura Anna Sebelum Meninggal Dunia, Sempat Alami Ulkus Dekubitus, Penyakit Apa Itu?

"Telah berpulang dengan tenang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa, Ibu RIMA MELATI, ibunda/mertua terkasih dari Aditya Bimasakti dan Marisa Tumbuan," tulis Marisa seperti dikutip Kompas.com, Kamis (23/6/2022).

Marisa menurutkan, Rima Melati mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Angkatan Darat (RSPAD) Jakarta Pusat pukul 15.14 WIB pada hari ini.

Berikut profil Rima Melati:

Profil Rima Melati

Diberitakan Harian Kompas, 7 September 1997, Rima Melati lahir di Tondano, Sulawesi Utara pada 22 Agustus 1939.

Rima Melati merupakan istri dari aktor senior yang telah berpulang pada 2015, Frans Tumbuan.

Rima Melati yang lebih dikenal sebagai pemain film, dulu peragawati dan sempat tenar sebagai penyanyi, merupakan sosok yang tetap ingin bekerja keras.

Ia sukses menjalankan usaha restoran yang tersebar di Jakarta, Bali, dan Belanda. Selain itu, ada bisnis salon kecantikan, dan beberapa yang lain yang tidak ia ungkap.

Ibunya, Non Kawilarang, selain desainer baju ternama, juga mengelola berbagai macam usaha termasuk galeri seni sewaktu Rima masih remaja.

Rima Melati merupakan putri tunggal pasangan Non Kawilarang dengan Marinus van Rest, yang ditinggalkan ayah sejak kecil dan memilih menggunakan nama keluarga Tambayong, dari ayah tirinya, John Nicolaas Tambayong.

Maka, nama resminya adalah Marjolein Tambayong, sapaan akrabnya "Lientje", yang mendorong Bung Karno memintanya mengganti nama "yang lebih Indonesia".