Dirut Ungkap Jurus PLN Capai Net Zero Emission dan Carbon Neutral 2060, Butuh 500 Miliar Dolar AS
PLN menunjukkan komitmen Indonesia dalam transisi energi dan mengajak keterlibatan dunia untuk mewujudkan target
TRIBUNBANTEN.COM - PLN memiliki roadmap proyek transisi energi pada 2021 hingga 2060.
Untuk menyukseskan upaya mendukung Carbon Neutral 2060, PLN membutuhkan minimal 500 miliar dolar AS.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kuncinya adalah kolaborasi dan PLN membuka diri untuk bekerja sama.
"Baik dari sisi investasi, financial fund, maupun sharing teknologi demi mewujudkan semua rencana itu," katanya kepada delegasi G20 di forum Sustainable Finance for Climate Transition Roundtable di Bali, Kamis (14/7/2022).
Baca juga: Tunjukkan Komitmen, PLN Ajak Kolaborasi Negara G20 demi Mencapai Target Carbon Neutral pada 2060
Melalui forum ini, PLN menunjukkan komitmen Indonesia dalam transisi energi dan mengajak keterlibatan dunia untuk mewujudkan target tersebut.
Menurut Darmawan, sejauh ini PLN mendapatkan dukungan finansial dari sejumlah perbankan internasional untuk pembangkit ramah lingkungan.
Satu di antaranya dukungan pendanaan dari sindikasi tiga bank internasional, yaitu Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standard Chartered Bank.
Pendanaan itu untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Cirata yang merupakan pembangkit terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 MWAc.
PLN juga mendapatkan kucuran pendanaan senilai 380 juta dolar AS dari International Bank for Reconstruction and Development (IBRD).
Bank itu merupakan bagian dari World Bank Group untuk proyek PLTA Upper Cisokan melalui skema Subsidiary Loan Agreement (SLA).
“Kami bersyukur di tengah periode likuiditas dan pasar pinjaman yang serba sulit, PLN berhasil mengupayakan tercapainya efisiensi biaya dengan menerapkan struktur yang dirancang untuk menarik kreditur internasional," ucap Darmawan.
Selain roadmap proyek transisi energi pada 2021 hingga 2060, PLN juga memetakan sejumlah peluang kerja sama untuk mendukung pencapaian NZE 2060.
Baca juga: KTT G20, PLN Hadirkan 70 Unit SPKLU Fast Charging, Setelah Kegiatan Bisa Dimanfaatkan Masyarakat
"Kami punya langkah strategis yang harus dilakukan untuk menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang," katanya.
Visi PLN ke depan tidak hanya menghadirkan listrik yang andal bagi masyarakat, tapi juga menyalurkan energi hijau yang ramah lingkungan.
Rencana PLN dalam pengembangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) telah tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030.
Dalam RUPTL Green ini, porsi penambahan pembangkit listrik berbasis EBT sekitar 51,6 persen hingga 2030.
Tahun lalu, PLN telah membangun pembangkit EBT sebesar 623 megawatt (MW) yang mayoritas adalah pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Pada 2022, PLN akan menambah kapasitas terpasang pembangkit EBT sebesar 228 MW.
Rinciannya adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) akan beroperasi 45 MW, PLTA dan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTM) akan bertambah 178 MW, dan pembangkit listrik tenaga bioenergi sebesar 5 MW.
“Tak hanya menggencarkan pembangunan pembangkit EBT, PLN juga secara paralel menjalankan skenario mempensiunkan lebih awal (early retirement) pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) secara bertahap hingga tahun 2056,” ujarnya.
Selain mempensiunkan PLTU, PLN juga menggunakan teknologi ultra-supercritical dan co-firing pada PLTU yang saat ini masih beroperasi.
Adapun, co-firing ini akan diterapkan di 52 PLTU.
Darmawan mengatakan, PLN juga menjalankan program dedieselisasi melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di daerah remote dengan pembangkit listrik berbasis EBT melalui skema hybrid.
Program lain yang disiapkan PLN untuk mendukung transisi energi yaitu ekspansi gas, pengembangan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar, hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.
PLN juga terus meningkatkan efisiensi energi dan menekan susut jaringan.