Pengertian dan Penjelasan Sekolah Metaverse di Banten yang Ditolak Pemerintah Pusat
Pengertian dan penjelasan konsep sekolah metaverse di Banten yang ditolak oleh pemerintah pusat
Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Abdul Rosid
Metode belajar di mana saja dan kapan saja menjadi konsep menarik yang disenangi banyak pihak. Waktu, ruang dan biaya dapat dipangkas dengan kehadiran teknologi.
Sebagai contoh, dalam pelajaran geografi, guru dapat mengajak peserta didik melihat peristiwa gunung meletus, pada pelajaran Sejarah tidak perlu membawa peserta didiknya ke museum di dunia nyata dan pada pelajaran biologi saat praktik peserta didik bisa mengetahui bagaimana organ-organ tubuh hewan tanpa harus membedahnya.
Di dunia virtual pengalaman belajar menjadi lebih nyata dan bermakna, misalnya dalam pelajaran sejarah bapak/ibu guru bisa membawa siswa-siswinya menuju tempat-tempat yang bernilai sejarah baik di dalam maupun di luar negeri bahkan keluar angkasa dengan mudah.
Selain kegiatan belajar mengajar, urusan lain-lain seperti administrasi guru, administrasi keuangan, supervisi, berkas-berkas kenaikan pangkat dan seterusnya bisa dilakukan di metaverse.
Baca juga: Sekolah Metaverse di 14 SMA Negeri Banten Mulai Tahun Ajaran 2022, Dapat Subsidi Perangkat dan Pulsa
Perkembangan teknologi, termasuk metaverse, hakikatnya hanyalah sebuah cara, tidak bisa dijadikan esensi kehidupan. sekolah fisik dan semua kegiatan di dalamnya juga tidak akan digantikan oleh metaverse.
Metaverse hanya akan menjadi alat bagi dunia pendidikan untuk membuat pelayanan lebih baik lagi tanpa harus menghilangkan semua yang ada di dunia nyata. Bagaimanapun juga dunia pendidikan bertujuan memanusiakan manusia, bukan memvirtualkan manusia.