Harga Minyak Dunia Turun Drastis per 7 September 2022, Ini Faktor Penyebabnya

Harga minyak dunia per Rabu (7/9/2022) mengalami penurunan yang cukup signifikan lantaran pembatasan Covid-19 yang diterapkan China.

Editor: Abdul Rosid
Thinkstockphotos
Harga minyak dunia per Rabu (7/9/2022) mengalami penurunan yang cukup signifikan. 

TRIBUNBANTEN.COM - Harga minyak dunia per Rabu (7/9/2022) mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Penurunan harga minyak dunia lantaran pembatasan Covid-19 yang diterapkan China.

Selain itu, harga minyak dunia turun juga dipicu oleh ekspektasi kenaikan suku bunga.

Baca juga: Harga BBM Sudah Naik, Antrean di SPBU Serang Masih Mengular

Hal itu diprediksi akan memicu kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi.

Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 1,35 dolar AS atau 1,5 persen menjadi 91,48 dolar AS per barel pada pukul 04:20 GMT.

Sebelumnya harga Brent telah jatuh 3 persen pada sesi perdagangan sebelumnya.

Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi 1,8 persen atau 1,55 dolar AS menjadi 85,33 dolar AS per barel.

 

 

Harga minyak memangkas kenaikan kuat yang dibuat pada hari Senin (5/9/2022) lalu setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.

Sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mengurangi produksi minyak sebesar 100.000 barel per hari pada bulan Oktober.

"Memudar pemantulan pemotongan produksi OPEC+ tidak terlalu sulit dilakukan mengingat daftar tantangan ekonomi global," kata analis pasar senior di perusahaan valuta asing OANDA, Edward Moya.

"Meskipun beberapa data layanan AS lebih baik dari perkiraan, pertumbuhan global tidak terlihat bagus sama sekali dan itu adalah masalah untuk harga minyak mentah," sambungnya.

Seorang analis di perusahaan jasa keuangan CMC Markets, Tina Teng mengatakan faktor yang menekan harga minyak di antaranya.

Baca juga: Tarif Angkot Labuan-Cilegon dan Merak Usai Harga BBM Dinaikan, Cek di Sini

Nilai dolar AS yang kuat, kenaikan suku bunga yang agresif, lonjakan imbal hasil obligasi, dan perlambatan pertumbuhan China.

"Singkatnya, pasar berjangka minyak menilai 'stagflasi' dalam ekonomi global," tambah Teng.

Kebijakan nol-Covid yang ketat di China membuat kota-kota seperti Chengdu, yang memiliki 21,2 juta penduduk, terkunci.

Kebijakan ini telah membatasi pergerakan penduduk dan permintaan minyak di China sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Impor minyak mentah China turun 9,4 persen pada bulan Agustus, menurut data bea cukai yang dirilis hari ini.

Penurunan ini disebabkan adanya pemadaman di kilang minyak yang dikelola negara dan rendahnya operasi pabrik di tengah lemahnya laba yang membatasi pembelian minyak.

Baca juga: Sopir Angkot Desak Naikkan Tarif Buntut Kenaikan Harga BBM, Kadishub Lebak: Belum Ada Putusan

Investor juga mengamati kenaikan suku bunga lebih lanjut. Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan Kamis (8/9/2022) besok.

Setelah pertemuan ECB, giliran Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) yang akan mengadakan pertemuan pada 21 September.

Dolar AS mencapai rekor tertinggi dalam 24 tahun terakhir terhadap yen dan mencapai level tertinggi baru terhadap dolar Australia dan Selandia Baru hari ini.

Setelah data ekonomi AS memperkuat pandangan bahwa The Fed akan melanjutkan pengetatan kebijakan moneter.

Di sisi pasokan, persediaan minyak mentah di Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS turun 7,5 juta barel dalam seminggu hingga 2 September, menjadi 442,5 juta barel, terendah sejak tahun 1984, menurut data dari Departemen Energi AS.

Laporan persediaan pasokan minyak mingguan AS dari American Petroleum Institute dan Energy Information Administration masing-masing akan dirilis hari ini dan Kamis besok.

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Minyak Dunia Anjlok Jadi 85,33 Dolar AS Per Barel, Ini Sejumlah Penyebabnya

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved