Kisah Atim Sulaeman, Tukang Becak di Serang Pegiat Debus Penerima Anugerah Kebudayaan Maestro Seni
Debus itu penting bagi saya. Ilmu debus saya berikan kepada siapa saja yang ingin belajar, tidak memungut biaya apa pun
Laporan Wartawan TribunBanten.com, Siti Nurul Hamidah
TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Pada 2016, Atim Sulaeman menerima Anugerah Kebudayaan Kategori Maestro Seni Tradisi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pria kelahiran Serang pada 10 Februari 1946 ini sudah menekuni debus selama 61 tahun atau sejak berusia 15 tahun.
“Debus itu penting bagi saya. Ilmu debus saya berikan kepada siapa saja yang ingin belajar, tidak memungut biaya apa pun, seikhlasnya saja," katanya kepada TribunBanten.com di Cijawa, Kota Serang, Jumat (16/9/2022).
Baca juga: Hari Bhayangkara Ke-76, Polda Banten Gelar Beragam Atraksi dari Debus, Silat, hingga Bom Asap
Hingga kini, Atim masih sering mementaskan debus di acara-acara besar kebudayaan dan pernikahan.
Selama mendedikasikan hidupnya untuk debus, Atim pernah tampil di berbagai kota di Indonesia, dari Jakarta hingga ke Yogyakarta.
Bahkan, dia pernah menampilkan debus di Singapura.
Memasuki usia 70 tahun, dia memutuskan untuk mentrasfer ilmu debusnya kepada seorang ketua sebuah padepokan di Serang, Banten.
"Saya mengajarkan debus karena tidak selamanya saya hidup. Saya wariskan biar ada yang meneruskan," ucap pria yang mengaku sebagai pendiri padepokan di Serang ini pada 1995.
Namun, Atim mencari nafkah untuk lima anak dan istrinya dengan cara menjadi tukang becak.
Dia mengaku sudah melakoni menjadi tukang becak selama 40 tahun.
Baca juga: Melihat Atraksi Debus Bocah 5 Tahun, Mahir Peragakan Jurus Silat Banten hingga Tak Mempan Digolok
"Saya punya delapan anak. Tiga sudah berkeluarga dan lima masih menjadi tanggungan," kata lulusan Sekolah Rakyat ini.
Atim mengayuh becak setiap hari mulai pukul 07.00 hingga pukul 17.00.
Biasanya, memasuki waktu Zuhur, Atim pulang untuk salat dan beristirahat sebentar.
Rata-rata per hari Atim bisa mendapat uang Rp 50.000 hingga Rp 100.000 dari mengayuh becak.
“Inilah hidup saya, pegiat seni debus dan pengayuh becak,” ujarnya.