PLN UID Banten

Pendapatan Petani Kopi di Pandeglang Melesat Jadi Rp 8 Juta/Bulan Setelah Dibantu Alat dari PLN

Kelompok tani ini berada di Desa Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Banten

dokumentasi PLN
Petani memamerkan produksi kopi Kelompok Tani Kopi Citaman Lawang Taji di Kabupaten Pandeglang. Pendapatan mereka meningkat setelah mendapat pelatihan, pendampingan, serta alat-alat dari PLN. 

TRIBUNBANTEN.COM, PANDEGLANG - Suherman, ketua Kelompok Tani Kopi Citaman Lawang Taji bersyukur atas bantuan dari PLN.

Berkat bantuan tersebut, hasil produksi kopi kelompok tani di Kabupaten Pandeglang, Banten, ini menjadi meningkat dan lebih berkualitas.

Melalui program Kopi Milenial, PLN memberikan bantuan berupa pelatihan manajemen dan pemasaran yang diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan penjualan produk yang ditawarkan.

Baca juga: PLN dan BRI Resmikan SPKLU di Jakarta, Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik

Selain itu, PLN juga memberikan bantuan berupa alat-alat pengolahan kopi pada tahap pasca-panen sehingga dapat membantu proses produksi dan menghasilkan produk kopi yang lebih baik.

Bantuan ini berawal dari usulan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pandeglang kepada PLN untuk dapat membantu memajukan Kelompok Tani Kopi Citaman Lawang Taji.

Kelompok tani ini berada di Desa Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang, Banten, dan menjadi satu di antara mitra binaan PLN Peduli.

“Berkat bantuan tersebut, petani kami menjadi lebih teredukasi tentang cara pengolahan dan pemasaran," ujar Suherman.

Para petani juga bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya dengan menggunakan bantuan alat-alat dari PLN.

Pada awalnya, para petani menggunakan alat seadanya dan sesekali menyewa dari luar.

Mereka menggunakan alat tradisional untuk mengolah hasil panen kopi.

Baca juga: Musim Penghujan, 50 Ribu Personel dan Alat Berat PLN Siaga Evakuasi dan Pengamanan

Banyak kopi yang telantar dan tidak terproses karena keterbatasan alat yang mereka miliki.

Hasil panennya pun kurang maksimal, baik dari kualitas maupun kuantitasnya.

Suherman mengaku dengan bantuan alat yang diberikan oleh PLN, para petani bisa menghemat anggaran untuk tidak lagi menyewa alat-alat tersebut.

"Proses produksi menjadi lebih cepat sehingga menghasilkan produk yang lebih banyak serta kualitasnya pun sangat baik,” kata Suherman.

Menurut dia, kualitas kopi yang lebih baik saat ini menjadikan harga jual yang ditawarkan meningkat.

Dari yang hanya Rp 16.500 per kilogram, kini menjadi Rp 22.000 per kilogram.

Baca juga: Infrastruktur Listrik PLN untuk Kereta Cepat Rampung pada Juni 2023, Kebutuhan Daya Capai 260 MVA

Kenaikan harga itu membuat pendapatan petani kopi meningkat setiap bulan.

"Sebelum dibantu PLN, pendapatan petani kopi hanya sekitar Rp 2 juta per bulan, sekarang melesat hingga Rp 8 juta per bulan," ucapnya.

Senior Manager Keuangan, Komunikasi dan Umum PLN UID Banten, Rahmat Mulyana, mengatakan pihaknya melihat potensi ekonomi yang bernilai sangat besar dan bisa dikembangkan Kelompok Tani Kopi Citaman Lawang Taji.

“Melalui program pelatihan petani ini diharapkan dapat memunculkan lebih banyak lagi petani muda berbakat yang mampu mengelola lahan luas yang masih tertidur menjadi lebih produktif," ujarnya.

Baca juga: PLN Bagi Kebahagian Bersama 54 Ribu Anak Yatim dan Dhuafa di Momentum Hari Listrik Nasional

Selain itu, bantuan alat yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas sehingga penjualan dan pendapatan petani pun meningkat.

Menurut Rahmat, bantuan dan dukungan yang diberikan kepada pegiat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini merupakan bagian dari program TJSL PLN UID Banten yang terus-menerus dan berkelanjutan.

"Sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat secara langsung," ucapnya.

Hal itu sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB).

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved