Kunci Jawaban

KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 11, Isi Teks Resensi Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang

Isi resensi Teks 2: Buku berjudul Istanbul (Kenangan Sebuah Kota). Kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 halaman 208 - 210.

Penulis: Vega Dhini | Editor: Vega Dhini
Freepik.com
Ilustrasi - Alat tulis untuk siswa belajar kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 11 halaman 208 - 210. 

Bacalah dengan saksama dua teks resensi berikut!

Teks 1

Judul: Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang
Pengarang: Andrias Harefa
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2002
Halaman: i-xi + 103 halaman

Aktivitas menulis sering kali dikaitkan dengan bakat seseorang. Padahal, tidak selamanya bakat dapat membuat aktivitas tulis-menulis menjadi selancar dan semudah yang kita bayangkan. Berulang kali para pakar menyatakan bahwa menulis merupakan pelajaran dasar yang sudah kita dapatkan semenjak duduk di bangku sekolah dasar bahkan di taman kanak-kanak. Dengan kata lain, mengarang adalah keterampilan sekolah dasar. Namun, sering kali ketika kita hendak menuangkan ide-ide kita dalam bentuk tulisan, sesuatu yang bernama “bakat” selalu menjadi semacam “kambing hitam” yang harus siap dipersalahkan.

Mengarang bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, juga bukan merupakan hal yang sulit jika ada komitmen, janji pada diri sendiri tentu saja, jika komitmen itu diniati untuk benar-benar ditepati. Komitmen, inilah satu lagi kata kunci agar proses menulis dan mengarang menjadi mudah. Komitmen tersebut adalah janji pada diri sendiri bahwa saya akan menjadi penulis. Jadi, menulis itu bukan perlu bakat, sebab bakat tidak lebih dari “minat dan ambisi yang terus-menerus berkembang”.

 Jadi, jika “bakat” bermakna demikian, segala sesuatu memerlukan bakat, tidak hanya dalam soal tulis-menulis. Masalahnya kemudian, bagaimana agar ambisi tersebut terus dipelihara sampai waktu yang lama? Jawabnya, “komitmen pada diri sendiri”.

Teks 2

Judul: Istanbul (Kenangan Sebuah Kota)
Penulis: Orhan Pamuk
Penerjemah: Rahmani Astuti
Penerbit: Serambi
Tahun terbit: 2015
Tebal: 561

Istanbul atau dulunya dikenal dengan nama Byzantium merupakan kota yang paling penting dalam sejarah. Kota ini menjadi ibu kota dari empat kekaisaran, yaitu Kekaisaran Romawi, Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Latin dan terakhir Kekaisaran Utsmaniyah. Penyebaran agama Kristen mengalami kemajuan pada masa Kekaisaran Romawi dan Romawi Timur sebelum Utsmaniyah menakhlukkannya pada tahun 1453 di bawah kepemimpinan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih) yang mengubahnya menjadi pertahanan Islam sekaligus ibu kota kekhalifahan terakhir.

Kesultanan Utsmaniyah berakhir pada tahun 1922. Istanbul beralih menjadi Republik Turki pada tahun 1923. Namun tak banyak kemajuan yang terjadi pada periode ini. Kota yang dahulunya pernah menjadi rebutan karena kekayaan dan posisinya yang strategis mendadak diabaikan setelah Kesultanan Utsmani jatuh. Sebaliknya, kota ini menjadi lebih miskin, kumuh, dan terasing. Kegemilangan kota ini perlahan memudar. Rakyat hidup dalam kemiskinan dan penderitaan akan kenangan kejayaan masa lalu.“Seakan-akan begitu kami aman berada di rumah kami, kamar tidur kami, ranjang kami, maka kami dapat kembali pada mimpi-mimpi tentang kekayaan kami yang telah lama hilang, tentang masa lalu kami yang legendaris.” (halaman 50).

Sebesar apa pun hasrat untuk meniru Barat dan menjalankan modernisasi, tampaknya keinginan yang lebih mendesak adalah terlepas dari seluruh kenangan pahit dari kesultanan yang jatuh: lebih menyerupai tindakan seorang pria yang diputus cinta membuang seluruh pakaian, barang-barang, dan foto-foto bekas kekasihnya. Namun, karena tidak ada sesuatu pun, baik dari Barat maupun dari tanah air sendiri, yang bisa digunakan untuk mengisi kekosongan itu, dorongan kuat untuk berkiblat ke Barat sebagian besar merupakan usaha untuk menghapus masa lalu; pengaruhnya pada kebudayaan bersifat mereduksi dan membuat kerdil, mendorong keluarga-keluarga seperti keluargaku yang, meskipun senang melihat kemajuan Republik, melengkapi perabot rumah mereka layaknya museum. Sesuatu yang di kemudian hari aku ketahui sebagai misteri dan kemurungan yang mewabah, kurasakan pada masa kanakkanakku sebagai kebosanan, dan kemuraman, rasa jemu mematikan, yang kuhubungkan dengan musik “alaturka” yang membuat nenekku tergerak untuk mengetuk-ngetukkan kakinya yang bersandal: aku melarikan diri dari situasi ini dengan membangun mimpi” (halaman 43).

Setelah membaca kedua cuplikan resensi buku di atas, kemukakanlah karakteristik resensi berdasarkan isi resensi dengan mengikuti format berikut.

Isi resensi

- Teks 2: Buku berjudul Istanbul (Kenangan Sebuah Kota) berisi tentang Istanbul, yang dulu dikenal dengan nama Byzantium. Sempat jadi ibu kota dari empat kekaisaran, Istambul pernah terabaikan setelah Kesultanan Utsmaniyah jatuh. Dulu penuh kegemilangan, Istambul berubah menjadi lebih miskin, kumuh dan terasing saat beralih menjadi Republik Turki pada tahun 1923.

Sumber: Buku Bahasa Indonesia Untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Kurikulum 2013, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. 

*) Disclaimer: Artikel ini hanya ditujukan kepada orang tua untuk memandu proses belajar anak. Soal ini berupa pertanyaan terbuka yang artinya ada beberapa jawaban tidak terpaku seperti di atas.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved