Kembali Muntahkan Awan Panas Guguran, Ini Sejarah Meletusnya Gunung Merapi

Kembali memuntahkan awan panas dan lava pada Sabtu (11/3/2022 sekira pukul 12.12 WIB, ini sejarah meletusnya Gunung Merapi.

|
Editor: Abdul Rosid
Dok/BNPB
Kembali memuntahkan awan panas dan lava pada Sabtu (11/3/2022 sekira pukul 12.12 WIB, ini sejarah meletusnya Gunung Merapi, gunung apai yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. 

TRIBNUNBANTEN.COM - Simak sejarah meletusnya Gunung Merapi, gunung apai yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa.

Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas dan lava pada Sabtu (11/3/2022 sekira pukul 12.12 WIB.

Menurut Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), awan panas guguran Gunung Merapi meluncur ke arah Kali Bebeng/Krasak.

"Terjadi awanpanas guguran di #Merapi tanggal 11 Maret 2023 pukul 12.12 WIB ke arah Kali Bebeng/Krasak," tulis akun @BPPTKG di Instagram.

Baca juga: Daftar Desa yang Terkena Dampak Semburan Abu Vulkanik Gunung Merapi

BPPTKG menyebutkan erupsi Gunung Merapi berlangsung hingga pukul 12.31 WIB

Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak beraktivitas di zona bahaya.

Yaitu 7 Km dari puncak Gunung Merapi di alur Kali Bebeng dan Krasak serta 5 Km di alur Kali Boyong.

Sejarah Meletusnya Gunung Merapi

Dikutip dari Kompas.com, Gunung Merapi pernah memiliki puncak tertinggi bernama Puncak Garuda yang runtuh pada tahun 2010.

Jauh sebelum itu catatan membuktikan aktivitas Gunung Merapi sebagai sebuah gunung api muda yang ada di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.

Melansir dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejarah letusan merapi terbagi menjadi empat periode yaitu Pra Merapi, Merapi Tua, Merapi Muda dan Merapi Baru.

Periode Pra Merapi yang dimulai sejak sekitar 700.000 tahun lalu menyisakan jejak Gunung Bibi (2025 m dpl) yang masih terlihat berada di lereng timur laut Gunung Merapi.

Periode Merapi Tua aktivitas Gunung Merapi menyisakan bukit Turgo dan Plawangan yang lokasinya ada di lereng sebelah selatan.

Baca juga: UPDATE Erupsi Gunung Merapi, 11 Kecamatan di Magelang Jateng Terdampak Abu Guguran Awan Panas

Pada periode Merapi Muda yang terjadi antara 8000 sampai 2000 tahun lalu menyisakan kenampakan bukit Batulawang dan Gajahmungkur yang berada di lereng utara Gunung Merapi serta kawah Pasar Bubar. Di periode ini juga diperkirakan terjadi sebuah letusan besar.

Sementara,periode Merapi Baru, ditandai dengan terbentuknya kerucut puncak Merapi yang disebut sebagai Gunung Anyar pada bekas kawah Pasar Bubar yang dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu.

Setelahnya sejarah letusan Gunung Merapi baru ditemukan tercatat pada masa kolonial Belanda sekitar abad ke-17. Sementara letusan sebelumnya hanya dicatat berdasarkan waktu relatif.

Sejak tahun 1600-an tercatat Gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun.

Masa istirahat istirahat terpanjang Gunung Merapi yang pernah tercatat adalah selama 18 tahun yaitu pada abad ke-18 dan abad ke-19.

Meski begitu ditemukan pula fakta bahwa masa istirahat berpengaruh kepada indeks letusannya namun lebih tergantung pada sifat kimia magma dan sifat fisika magma.

Adapun sejak tahun 1768 sudah tercatat lebih dari 80 kali letusan dengan terjadinya letusan besar pada abad ke-19 yaitu tahun 1768, 1822, 1849, 1872) dan serta abad ke-20 yaitu antara tahun 1930-1931 (Newhall, 2000).

Pada erupsi besar pada 14 Juni 2006 yang meluluhlantakkan dusun Kaliadem terjadi perubahan arah letusan ke arah tenggara dengan membentuk bukaan kawah yang mengarah ke Kali Gendol.

Selanjutnya letusan besar terjadi kembali pada tahun 2010 setelah sebelumnya pada 25 Oktober 2010 status Gunung Merapi ditetapkan 'Awas' (Level IV).

Pada 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB terjadi letusan eksplosif disertai dengan awan panas dan dentuman yang kembali menelan korban tewas 353 orang termasuk juru kunci Mbah Maridjan.

Karakteristik Letusan Gunung Merapi dan Wedhus Gembel

Dari tipe letusannya, Gunung Merapi dicirikan oleh magma yang naik ke permukaan dan membentuk kubah lava di tengah kawah secara aktif di sekitar puncak.

Munculnya lava ini akan mempengaruhi lava lama yang menutup aliran sehingga terjadi yang disebut dengan guguran lava.

Lava baru akan membentuk kubah yang bisa mencapai ratusan ribu meter kubik per hari dan cenderung tidak stabil.

Apabila kubah lava ini didorong oleh tekanan gas akan menyebabkan sebagian longsor sehingga terjadi awan panas guguran ke arah lembah sungai yang menjadi ancaman bahaya yang utama dan dikenal warga setempat dengan sebutan Wedhus Gembel.

 

Sumber: Tribun Banten
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved