Naskah Pidato Seokarno 1 Juni 1945, Latar Belakang Hari Lahir Pancasila: Diperkenalkan Dasar Negara

Lebih lengkapnya ini naskah lengkap pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 yang menyebut soal dasar negara Pancasila

Editor: Siti Nurul Hamidah
Kolase TribunBanten.com/Arsip Nasional
Inilah naskah pidato lengkap Soekarno pada 1 Juni 1945 yang manjadi awal adanya Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni 

TRIBUNBANTEN.COM - Inilah naskah pidato lengkap Soekarno pada 1 Juni 1945 yang manjadi awal adanya Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni.

Tanggal 1 Juni telah  ditetapkan sebagai Hari Lahir Pancasila lewat Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Jokowi menyampaikan keputusan penetapan Hari Lahir Pancasila melalui peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945, di Gedung Merdeka, Bandung pada 1 Juni 2016.

Dalam Keppres itu disebutkan, penetapan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni karena di antaranya, melalui pidatonya pada 1 Juni 1945 di sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Soekarno yang pertama kali mengenalkan Pancasila sebagai dasar negara di sidang BPUPKI. 

Baca juga: 35 Ucapan Selamat Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2023: Bisa Jadi Caption Penuh Makna di Sosial Media

Lebih lengkapnya ini naskah lengkap pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari WartaKota: 

Paduka tuan Ketua yang mulia!

Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya.

Saya akan menetapi permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka tuan ketua yang mulia?

Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini.

Ma’af, beribu ma’af! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka.

Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka tuan ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “Philosofische grondslag” dari pada Indonesia merdeka.

Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.

Hal ini nanti akan saya kemukakan, Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberi tahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan ,,merdeka”.

Merdeka buat saya ialah: “political independence, politieke onafhankelijkheid . Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid? Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang – saya katakan di dalam bahasa asing, ma’afkan perkataan ini – zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil. “Zwaarwichtig” sampai -kata orang Jawa- “njelimet“.

Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai njelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved