Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik Demi Mengurangi Polusi, PLN: Masyarakat tak Perlu Risau dan Ragu
Angka ini kemudian meningkat signifikan sebesar 155 persen atau mencapai angka 75 mg/Nm3 pada 2022
TRIBUNBANTEN.COM - Berdasarkan data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, penurunan emisi partikulat (PM10) pada 2020 hingga di angka 29,41 mg/Nm3.
Emisi itu tercatat saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) ketika tingkat mobilisasi kendaraan rendah.
Angka ini kemudian meningkat signifikan sebesar 155 persen atau mencapai angka 75 mg/Nm3 pada 2022 saat PPKM berangsur dilonggarkan.
Baca juga: Tak Hanya Mal dan Perkantoran, UMKM juga Lirik Bisnis Prospektif Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik
Hal ini menjadi bukti bahwa sektor transportasi berperan dalam menyumbang sebagian besar emisi di Jakarta di mana pada periode yang sama pembangkit-pembangkit listrik tetap beroperasi secara penuh.
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup, Sigit Reliantoro, mengatakan peluang terbesar untuk memperbaiki kualitas (udara) adalah dengan memperbaiki sektor transportasi.
"Baru kemudian alat pengendali pencemaran dari industri," katanya melalui rilis yang diterima TribunBanten.com, Selasa (15/8/2023).
Menurut dia, rendahnya kualitas udara di Jakarta belakangan ini disebabkan beberapa faktor, dan sektor transportasi menyumbang sebagian besar emisi.
"Dari segi bahan bakar yang digunakan di DKI Jakarta itu sumber emisi, yaitu gas 51 persen, minyak 49 persen, dan batu bara 0,42 persen," ucapnya.
Adapun jika dilihat dari sektor-sektornya, transportasi 44 persen, industri 31 persen, industri energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen, dan komersial 1 persen.
Kondisi ini diperparah dengan adanya siklus udara kering yang datang dari timur setiap Juni-Agustus.
Baca juga: 12 Lokasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum di Banten, Khusus Pengguna Mobil & Motor Listrik
PLN pun mengajak masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik seiring menurunnya kualitas udara akibat emisi karbon dari sektor transportasi.
Beralih ke kendaraan listrik dapat menjadi alternatif mengurangi polusi sekaligus ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan pihaknya mendukung upaya pemerintah mengurangi emisi melalui penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) dengan membangun infrastruktur yang memadai di seluruh daerah.
Ini merupakan langkah strategis perseroan untuk tidak hanya mengurangi emisi karbon, tetapi sekaligus mendorong transformasi energi nasional.

Menurut Darmawan, hal tersebut sejalan dengan dengan pemberian insentif motor listrik dari pemerintah untuk pembelian motor baru dan konversi motor konvensional berbahan bakar minyak (BBM) menjadi listrik.
"PLN siap mendukung penuh dengan menyediakan infrastruktur yang memadai, harapannya masyarakat tidak ragu untuk beralih ke kendaraan listrik,” kata Darmawan.
Masyarakat yang hendak beralih ke electric vehicle (EV) tidak perlu risau.
Setiap pembelian kendaraan listrik khususnya roda empat, pelanggan mendapatkan layanan pemasangan home charging gratis dan juga diskon tarif listrik untuk pengisian daya di jam 22.00 sampai dengan 05.00.
Selain itu, infrastruktur pengisian daya umum juga telah tersedia.
Baca juga: Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Dukung PLN Percepat Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia
Saat ini PLN sudah mengoperasikan sebanyak lebih dari 600 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan lebih dari 1.400 stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).
Lebih dari stasiun pengisian listrik umum (SPLU) juga tersebar di Indonesia.
"Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan kendaraan listrik di tanah air,” ujar Darmawan.
Menurut dia, beralih ke kendaraan listrik menjadi pilihan strategis.
Apalagi sektor transportasi menjadi satu di antara penyumbang utama emisi karbon di Indonesia.

Darmawan pun membandingkan emisi yang dihasilkan antara EV dengan kendaraan BBM, yaitu satu liter BBM sama dengan 1,2 kWh listrik.
"Emisi karbon 1 liter BBM adalah 2,4 kg CO2e, tetapi emisi karbon 1,2 kWh listrik adalah 1,3 kg CO2e. Artinya dengan menggunakan kendaraan listrik kita sudah mengurangi sekitar 50 persen emisi karbon," ucapnya.
Jumlah emisi yang dihasilkan dari penggunaan kendaraan listrik akan terus berkurang seiring dengan meningkatnya bauran energi baru terbarukan.
Sektor transportasi menjadi satu di antara penghasil emisi yang besar di Indonesia yang tercatat 280 juta ton CO2e pada 2020.
Jika tidak ada perubahan, diperkirakan pada tahun 2060 emisinya mencapai lebih dari 1 miliar ton CO2e per tahun.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.