4 Nama Pahlawan Nasional asal Banten, Berikut Profil dan Perannya dalam Kemerdekaan
Berikut ini daftar empat nama pahlawan nasional asal Banten. Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunBanten.com, Banten mempunyai empat pahlawan

TRIBUNBANTEN.COM - Berikut ini daftar empat nama pahlawan nasional asal Banten.
Berdasarkan informasi yang dihimpun TribunBanten.com, Banten mempunyai empat pahlawan nasional.
Baca juga: Kumpulan Ucapan Selamat Hari Pahlawan 2023 10 November Penuh Semangat, Bisa Jadi Status WhatsApp
Mereka yaitu,
Raden Aria Wangsakara
Sultan Ageng Tirtayasa
Syafruddin Prawiranegara
Brigjen KH Syam'un
Keempat pahlawan nasional ini menyandang gelar tersebut karena berjasa terhadap kemerdekaan RI.
Berikut ini profil dan Perannya dalam Kemerdekaan
Raden Aria Wangsakara
Raden Aria Wangsakara adalah seorang sultan, ulama dan pejuang Muslim keturunan Kerajaan Sumedang Larang yang umumnya dianggap sebagai pendiri Tangerang.
Pada November 2021, Raden Aria Wangsakara ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo
Raden Aria Wangsakara muncul dalam sejumlah naskah adat antara lain Babad Tangerang dan Babad Banten.
Raden Aria Wangsakara disebutkan lahir sekitar tahun 1615 di Sumedang, dan merupakan putra dari Wiraraja I dan keturunan Sultan Syarif Abdulrohman dari Sumedang Larang.
Baca juga: Apresiasi Penetapan Raden Aria Wangsakara Jadi Pahlawan Nasional, Gubernur Banten: Tokoh Inspiratif
Raden Aria Wangsakara dikenal sebagai pendiri Tangerang, sebuah jalan besar di kota ini dinamai menurut namanya (Jalan Arya Wangsakara).
Makamnya, yang dikelilingi oleh makam ulama lain dari daerah itu, juga dijadikan situs sejarah resmi oleh Kabupaten Tangerang dan telah lama dikunjungi secara rutin oleh para peziarah.
Banyak penduduk Banten juga mengaku sebagai keturunannya, termasuk sejumlah ulama yang mengaku sebagai keturunannya dan kelompok pengikut aslinya.
Dalam sejumlah literatur yang bercerita tentang Babad Tangerang dan Babad Banten disebutkan, Wangsakara merupakan keturunan Raja Sumedang Larang, Sultan Syarif Abdulrohman.
Bersama dua kerabatnya, Aria Santika dan Aria Yuda Negara, Wangsakara lari ke Tangerang karena tidak setuju dengan saudara kandungnya yang malah berpihak kepada VOC.
Wangsakara yang kemudian memilih menetap di tepian Sungai Cisadane diberi kepercayaan oleh Sultan Maulana Yusuf, pemimpin Kesultanan Banten kala itu, untuk menjaga wilayah yang kini dikenal sebagai Tangerang, khususnya wilayah Lengkong, dari pendudukan VOC. Sehari-hari,
Wangsakara yang juga pernah didapuk sebagai penasihat Kerajaan Mataram menyebarkan ajaran Islam.
Baca juga: Sosok Raden Aria Wangsakara dan Kisah sebagai Pendiri Tangerang, Bakal Dapat Gelar Pahlawan Nasional
Namun, aktivitas Wangsakara menyebarkan ajaran Islam mulai tercium oleh VOC tahun 1652-1653.
Karena dianggap membahayakan kekuasaan, VOC mendirikan benteng di sebelah timur Sungai Cisadane, persis berseberangan dengan wilayah kekuasaan Wangsakara.
VOC pun sampai memprovokasi dan menakuti warga Lengkong Kyai dengan mengarahkan tembakan meriam ke wilayah kekuasaan Wangsakara.
Provokasi itulah yang kemudian memicu pertempuran antara penjajah dan rakyat Tangerang.
Kegigihan rakyat di bawah kepemimpinan Raden Aria Wangsakara yang melakukan pertempuran selama tujuh bulan berturut-turut itupun membuahkan hasil.
VOC gagal merebut wilayah Lengkong yang berhasil dipertahankan oleh Wangsakara dan para pengikutnya.
Wangsakara sendiri gugur pada tahun 1720 di Ciledug dan dimakamkan di Lengkong Kyai, Kabupaten Tangerang.
Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah putra dari Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad (Sultan Banten periode 1640–1650) dan Ratu Martakusuma.
Sejak kecil ia bergelar Pangeran Surya, kemudian ketika ayahnya wafat, ia diangkat menjadi Sultan Muda yang bergelar Pangeran Dipati.
Setelah kakeknya meninggal dunia pada tanggal 10 Maret 1651, ia diangkat sebagai Sultan Banten ke-6 dengan gelar Sulthan 'Abdul-Fattah al-Mafaqih.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa berasal ketika ia mendirikan keraton baru di dusun Tirtayasa (terletak di Kabupaten Serang).
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Banten mencapai masa kejayaanya.
Ia berusaha keras melakukan modernisasi terhadap Banten dan menjadikannya sebagai pusat kegiatan Muslim di Kepulauan Indonesia.
Baca juga: Tinggal Klik! Begini Cara Download 60 Twibbon Tema Hari Pahlawan 10 November 2023
Dia mengirim putranya ke Mekah dengan perintah untuk pergi dari sana ke Turki dengan harapan dapat menjalin hubungan baik dengan kekuatan utama Islam.
Pada saat itu juga, ia dan putranya mencoba menghimpun pengikut di kalangan para penasihat dan petualang Eropa.
Prestasi terbesar dalam pemerintahannya adalah penataan perdagangan luar negeri.
Seperti raja Makassar, ia menyambut baik pedagang dari Britania, Denmark, Prancis di pelabuhan-pelabuhannya.
Melalui bantuan-bantuan orang Eropa ini dia mulai melengkapi kapal-kapalnya sendiri yang dibawa nahkoda asal Eropa berlayar ke Filipina, Makau, Benggala, dan Persia. Saudagar-saudagar India, Cina, dan Arab berkumpul di Banten setelah tersingkir dari Malaka dan Makassar.
Barang dagangan yang dijual di pasar Batavia sebagian datang dari pelabuhan pesaing di Banten dan gengsi Sultan Tirtayasa naik begitu tinggi sehingga ia menuntut bagian dalam perdagangan pala di Ambon dan dalam perdagangan timah di Semenanjung Malaya, sebuah tuntutan yang ditolak oleh pemerintah di Batavia.
Sebelumnya, bahkan bukan di zaman sebelum kedatangan Portugis, perdagangan yang begitu luas terjadi di suatu pelabuhan Indonesia seperti di Banten pada waktu di mana VOC sedang berada di puncak kekuatannya.[6]
Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651–1683. Dia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda.
Pada masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Kemudian Tirtayasa menolak perjanjian ini dan menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa ingin mewujudkan Banten sebagai kerajaan Islam terbesar di Indonesia (Nusantara).
Di bidang ekonomi, Tirtayasa berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan membuka sawah-sawah baru dan mengembangkan irigasi.
Di bidang keagamaan, Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat Syekh Yusuf sebagai mufti sekaligus penasehat kesultanan.
Ia juga memberikan kepercayaan kepada Syekh Yusuf untuk mendidik anak-anaknya tentang agama. Selain itu, Sultan Ageng Tirtayasa juga menikahkan putrinya yang bernama Siti Syarifah dengan Syaikh Yusuf.
Ketika terjadi sengketa dengan putra mahkota, Sultan Haji dan ( pangeran purbaya ), Belanda ikut campur dengan cara bersekutu dengan Sultan Haji untuk menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa. Saat Tirtayasa mengepung pasukan Sultan Haji di Sorosowan (Banten), Belanda membantu Sultan Haji dengan mengirim pasukan yang dipimpin oleh Kapten Tack dan Saint-Martin
Baca juga: 23 Link Twibbon Hari Pahlawan 10 November 2023 Desain Kekinian, Bisa Jadi Foto Profil WhatsApp
Syafruddin Prawiranegara
Mr Syafruddin Prawiranegara adalah seorang pejuang kemerdekaan, menteri, gubernur Bank Indonesia, wakil perdana menteri, dan pernah menjabat Ketua (setingkat presiden) Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Ia menerima mandat dari Presiden Soekarno ketika pemerintahan Republik Indonesia yang kala itu beribukota di Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda akibat Agresi Militer Belanda ll pada 19 Desember 1948.
la kemudian menjadi Perdana Menteri bagi kabinet tandingan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera Tengah tahun 1958.
Sebelum kemerdekan, Syafruddin pernah bekerja sebagai pegawai siaran radio swasta (1939-1940), petugas Departemen Keuangan Belanda (1940-1942), serta pegawai Departemen Keuangan Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, ia menjadi anggota Badan Pekerja KNIP (1945), yang bertugas sebagai badan legislatif di Indonesia sebelum terbentuknya MPR dan DPR.
KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan garis-garis Besar Haluan Negara.
Syafruddin adalah orang yang ditugaskan Soekarno dan Hatta untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI), ketika Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditangkap Agresi Militer I, kemudian diasingkan oleh Belanda ke Pulau Bangka pada 1948.
Hatta yang telah menduga Soekarno dan dirinya bakal ditahan Belanda segera memberi mandat kepada SJafruddin untuk melanjutkan pemerintahan, agar tak terjadi kekosongan kekuasaan.
Atas usaha Pemerintah Darurat, Belanda terpaksa berunding dengan Indonesia.
Perjanjian Roem-Royen mengakhiri upaya Belanda dan akhirnya Soekarno dan kawan-kawan dibebaskan dan kembali ke Yogyakarta.
Pada 13 Juli 1949 diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, serta sejumlah menteri kedua kabinet.
Serah terima pengembalian mandat dari PDRI secara resmi terjadi pada 14 Juli 1949 di Jakarta.
Brigjen KH Syam'un
Syam'un lahir di kampung Beji pada tanggal 15 April 1883. Lokasi kelahirannya masuk dalam wilayah Desa Bojonegara, Kecamatan Cilegon, Kabupaten Serang, Keresidenan Banten.
Nama ibunya adalah Siti Hajar, sedangkan ayahnya bernama Alwiyan.
Keluarganya merupakan keturunan kyai asal Banten.
Kakek dari jalur keluarga ibunya bernama Wasyid merupakan salah satu tokoh dalam peristiwa Geger Cilegon 1888.
Peristiwa ini terjadi sebagai bentuk perjuangan melawan Pemerintah Kolonial Belanda.
Pada umur 11 Tahun, KH. Syam’un melanjutkan studi ke Mekkah (1905—1910) dan berguru di Masjid Al-Haram tempat ahli-ahli ke-Islaman terbaik di dunia berkumpul membagi ilmu. Pendidikan akademinya dilalui di Al-Azhar University Cairo Mesir (1910—1915).
Baca juga: Daftar 35 Ucapan Selamat Hari Pahlawan 10 November 2023, Inspiratif dan Bangkitkan Semangat
Pada tahun 1916, Syam’un mendirikan Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Citangkil, Desa Warnasari, Kecamatan Grogol, Kabupaten Serang, Keresidenan Banten.
Namanya kemudian diubah menjadi Perguruan Islam Al-Khairiyah.
Mulai tahun 1942 hingga tahun 1945, Syam’un bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (PETA).
Organisasi ini merupakan gerakan pemuda bentukan Jepang.
Dalam PETA, jabatan KH. Syam’un adalah Dai Dan Tyo yang membawahi seluruh Dai Dan I PETA wilayah Serang.
Selama menjadi Dai Dan Tyo KH. Syam’un sering mengajak anak buahnya untuk memberontak dan mengambil alih kekuasaan Jepang.
Keterlibatan KH. Syam’un dalam dunia militer mengantarkannya menjadi pimpinan Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang berubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian berganti menjadi TNI Divisi Siliwangi.
Karier KH. Syam’un diketentaraan terbilang gemilang hingga diangkat menjadi Bupati Serang periode 1945—1949.
Pada awal Kemerdekaan, KH.Syam'un berhasil meredam gejolak sosial di Banten, peristiwa itu terkenal dengan peristiwa Dewan Rakyat pimpinan ce Mamat.
Pada Tahun 1948 meletus Agresi Militer Belanda II yang mengharuskan KH. Syam’un bergerilya dari Gunung Karang Kab. Pandeglang hingga kampung Kamasan Kecamatan Cinangka Kab. Serang.
Daerah ini menjadi tempat tinggal salah satu gurunya KH. Jasim.
Brigjen KH. Syam’un meninggal pada tanggal 2 Maret 1949 sekitar pukul 4:45 subuh. Ia wafat di Desa Kamasan Anyer.
Sebelumnya, ia mengalami sakit selama 4 hari sejak tanggal 27 Februari 1949.
Menjelang wafatnya, ia ditemani oleh istrinya.
Pada saat meninggal, pangkat militer KH Syam'un adalah Kolonel, kerena jasa jasanya, kemudian mendapat kenaikan pangkat anumerta menjadi Brigadir Jenderal Anumerta.
Pada tanggal 8 November 2018, Pemerintah Republik Indonesia melalui Presiden Ir. Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dengan diterbitkannya Keppres No 123/TK/Tahun 2018, tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
pahlawan
pahlawan nasional
Banten
Syafruddin Prawiranegara
Sultan Ageng Tirtayasa
Raden Aria Wangsakara
Brigjen KH Syamun
Prakiraan Cuaca Banten Hari Ini, Kamis 28 Agustus 2025 di Serang, Pandeglang, Lebak hingga Tangerang |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Serang, Lebak, Cilegon, Pandeglang, dan kabupaten Serang, Kamis 28 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Dinkes Buka Data, Angka Stunting di Kabupaten Tangerang Banten Turun Drastis |
![]() |
---|
Porprov Banten 2026 Digelar di Tangsel, Pemkot Mulai Sususun Anggaran dan Venue |
![]() |
---|
Pertandingan Dewa United Banten FC vs Persija Jakarta Akan Digelar Tanpa Penonton di BIS Kota Serang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.