BPBD Petakan 29 Kecamatan di Banten Rawan Longsor, Berikut Daftarnya

Berikut ini daftar 29 kecamatan di Banten rawan longsor. Sejumlah daerah di Banten berpotensi rawan longsor terutama di masa peralihan

Penulis: Engkos Kosasih | Editor: Glery Lazuardi
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Ilustrasi longsor 

Upaya itu untuk mitigasi resiko bencana hidrometeorologi yang sering terjadi setiap tahun.

Pun demikian dilanjutkan Nana, tidak menutup kemungkinan data tersebut berubah seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Tidak menutup kemungkinan data yang tidak dirilis ada lokasi baru yang sebelumnya tidak terjadi banjir atau longsor sekarang terjadi," katanya.

Oleh karena itu, Nana meminta warga mewaspadai potensi bencana tersebut. Sebab berdasarkan prediksi BMKG puncak musim hujan terjadi di bulan Februari 2024.

"Sekarang sudah muali hujan, sudah ada laporan banjir ke kita meskipun enggak besar. Tapi pada intinya warga harus waspada," pungkasnya.

Hujan Mulai November 2023

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim hujan periode 2023-2024 akan datang terlambat dari biasanya.

BMKG memprediksi musim hujan baru akan dimulai pada November 2023 sekaligus mengakhiri kekeringan akibat El Nino. Adapun puncaknya akan terjadi pada Januari-Februari 2024.

"Puncak musim hujan 2023-2024 umumnya diperkirakan pada bulan Januari-Februari 2024," ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Jumat (8/9) kemarin.

Sebagai perbandingan, tahun 2022 lalu awal musim hujan terjadi pada September dan puncaknya Desember-Januari.

Dwikorita menyebut, musim kemarau tahun ini lebih panjang karena dampak dari El Nino.

Baca juga: Waspada! Memasuki Musim Penghujan, Ribuan Desa di Banten Berpotensi Banjir dan Longsor

El Nino merupakan anomali suhu permukaan laut dan angin di Samudera Pasifik. Kehadirannya pada tahun ini membuat curah hujan di banyak negara berkurang drastis.

Per dasarian III Agustus, nilainya +1,50. Pada saat yang sama, BMKG juga mengungkap fenomena sejenis di Samudera Hindia, Indian Ocean Dipole (IOD) turut berpengaruh ke Indonesia. Per September, nilainya +1,14.

"Superposisi" alias keserentakan yang jarang terjadi ini membuat awal musim kemarau di Indonesia terjadi lebih cepat di beberapa daerah.

"Pertanyaannya kapan awal musim hujan?" kata Dwikorita.

Sumber: Tribun Banten
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved