Bau Gas Kimia PT Chandra Asri

DPRD Banten Duga Bau Kimia di Cilegon Gegara PT CAP Gagal dalam Proses Pembakaran di Flaring

Anggota Komisi IV DPRD Banten, Gembong R Sumedi turut menyoroti fenomena bau gas kimia di Kota Cilegon.

Penulis: Engkos Kosasih | Editor: Ahmad Haris
Kolase TribunBanten.com/DPRD Banten/Ist
Kiri: Gedung DPRD Banten. Kanan: Potret Pabrik PT Chandra Asri mengeluarkan asap gas. Anggota Komisi IV DPRD Banten, Gembong R Sumedi turut menyoroti fenomena bau gas kimia di Kota Cilegon. 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Engkos Kosasih

TRIBUNBANTEN.COM, SERANG - Anggota Komisi IV DPRD Banten, Gembong R Sumedi turut menyoroti fenomena bau gas kimia di Kota Cilegon.

Fenomena bau gas kimia tersebut berasal dari PT Chandra Asri Pacific, yang melakukan pembuangan gas ke cerobong atau flaring dengan cara dibakar.

Gembong mengatakan, mekanisme pabrik kimia ketika ada sisa hasil produksi memang harus dibakar di flaring.

Baca juga: Kualitas Udara Cilegon di Bawah Baku Mutu, Diduga Gegara Kebocoran Pabrik Kimia Chandra Asri

Namun kata Gembong, sebelum dilakukan proses pembakaran harus dipastikan bahwa api di flaring menyala agar tidak gagal bakar.

"Kalau tidak terbakar memang dampaknya dari gas itu akan meracuni warga," kata Gembong kepada TribunBanten.com melalui sambungan telepon, Kamis (25/1/2024).

Melihat banyak warga yang mengalami pusing-pusing, dan mual akibat menghirup bau gas tersebut, Gembong menduga PT Chandra Asri Pacific gagal melakukan pembakaran sisa produksi.

"Itu bisa jadi gagal bakar, kedua mungkin gas nya bocor tidak melalui flairing. Mungkin ada pipa yang bocor hingga menyebar ke warga," ujar dia.

Pabrik PT Chandra Asri saat mengeluarkan gas menyengat, Sabtu (2/1/2024).
Pabrik PT Chandra Asri saat mengeluarkan gas menyengat, Sabtu (2/1/2024). (Kolase/TribunBanten.com)

Gembong juga menduga ada unsur kelalaian dalam fenomena tersebut. Kelalaian itu yakni, terjadi gagal bakar karena diduga tidak dilakukan inpeksi atau pengecekan mesin lebih dahulu.

"Bisa saja dikatakan lalai, namanya di pabrik itu kejadian itu tidak diduga, meskipun proses kebociran itu enggak ujug-ujug, tapi kan ada pemeriksaan terlebih dahulu sebelum berproses, harusnya begitu," ungkapnya.

Baca juga: Bukan Hanya Sembako, Warga Gunung Sugih Minta Chandra Asri Beri Kompensasi Warga Tiap Bulan

Gembong juga menyayangkan fenomena itu terjadi di salah satu perusahaan kimia terbesar. Apalagi tak sedikit warga yang mengalami keluhan kesehatan akibat hal itu, meskipun dalam keadaan emergensi.

Sebab kata Gembong, kejadian emergensi tersebut bisa diminimalisir dampaknya jika penuh kesiapan. Salah satunya dengan cara memberi peringatan dini ke warga.

"Harusnya begitu (Memberitahukan warga) jadi prosedur nya ketika nanti ada apa-apa tidak kaget, minimal masyarakat bersiap-siap," jelasnya.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved