Miris! Hidup Sebatang Kara di Cilegon, Kakek Ini Tinggal di Gubuk Derita, Butuh Bansos Pemerintah

Nasib memilukan dialami oleh seorang pria lanjut usia bernama Maman, warga Kota Cilegon yang hidup sebatang kara.

|
Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Ahmad Haris
TRIBUNBANTEN.COM/Tajudin
Nasib memilukan dialami oleh seorang pria lanjut usia bernama Maman, warga Kota Cilegon yang hidup sebatang kara di gubuk 1 x 1,5 meter. 

Laporan Wartawan TribunBanten.com, Ahmad Tajudin

TRIBUNBANTEN.COM, KOTA CILEGON - Nasib memilukan dialami oleh seorang pria lanjut usia bernama Maman, warga Kota Cilegon.

Ia hidup dengan keterbatasan di kota yang dikenal sebagai kota kaya di Provinsi Banten itu.

Kakek berusia sekitar 62 tahun itu tinggal di gubuk derita, yang berlokasi di Link. Baru RT/RW 04/04, Kelurahan Lebakgede, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon.

Baca juga: Kisah Eks Miliader di Tangsel Tinggal Sebatang Kara di Rumah Mewah Tak Terawat, Ditinggal Keluarga

Gubuk yang terbuat dari kayu, dengan dinding berbahan glassfiber reinforced concrete (GRC) itu, diperkirakan berukuran sekitar 1x1,5 meter.

Lokasi gubuk tersebut tepat berada di tengah-tengah pemukiman padat penduduk, yang menempel di samping rumah salah satu warga.

Selain keterbatasan ekonomi, pria yang tinggal sebatang kara itu juga diketahui menderita katarak di kedua matanya.

Maman bercerita, sebelum kembali ke Cilegon, ia sempat tinggal di Kecamatan Petir, Kabupaten Serang bersama istri dan anaknya.

Setelah istrinya meninggal dan anaknya telah berkeluarga yang kini menetap di Lampung, Maman kembali ke kampung halamannya di Kota Cilegon.

 

 

"Sudah setahun lebih tinggal di sini, setelah istri meninggal dan kebetulan orang tua asli Merak sini, saya asli orang Cilegon," ujarnya saat ditemui di gubuknya, Rabu (18/12/2024).

Selama berkeluarga, Maman tinggal di Kecamatan Petir hampir 20 tahun.

Setelah istrinya meninggal, Maman memutuskan untuk menghabiskan masa hidupnya di kampung halamannya di Cilegon.

Maman berujar, di Cilegon, dirinya masih memiliki tiga saudara, yang mana satu di antaranya mengalami gangguan mental.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Maman dibantu oleh warga setempat.

"Alhamdulillah untuk makan tempat tinggal disediakan sama pak RT, warga di sini dan pak RW juga," ungkapnya.

Maman pun berterima kasih kepada warga, karena telah bersedia membantunya tanpa pamrih.

Berkat bantuan swadaya masyarakat setempat, Maman diberikan tempat tinggal hingga diberi makan oleh warga.

Meski tempat yang ia tinggali dinilai tidak nyaman, namun Maman bersyukur masih ada warga yang mau menerimanya dengan keterbatasan yang dimiliki.

"Kalau kondisi begini, kalau bilang nyaman saya engga bisa bilang nyaman, tentu tidak nyaman," katanya.

"Tapi saya punya rasa syukur, apalagi (gubuk,-red) di sini bukan saya yang bikin, tetap yang buat warga, jadi tetap disyukuri dan dijalani," sambungnya.

Pria paruh bayah itu berharap bisa mendapatkan bantuan dari Pemerintah Kota Cilegon.

Terutama bantuan untuk penyembuhan penyakit mata yang dialaminya sejak belasan tahun.

"Saya kepingin dibawa berobat ke ahli syaraf, soalnya udah dari tahun 2008, dulu saya sehat bisa kerja," katanya.

Ia mengaku sempat bekerja sebagai sopir bus, hingga mobil truk logistik sebelum matanya mengalami katarak.

Selain itu, Maman juga berharap bisa dimasukan dalam program keluarga harapan (PKH) dan bisa terdaftar di data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS).

Dengan begitu, kata dia, diharapkan dirinya bisa menerima bantuan sosial dari Pemerintah untuk menyambung kebutuhan hidupnya.

"Saya cuma ingin kebutuhan hidup saja, biar di sini nyaman. Enggak apa-apa enggak nyaman tempatnya, yang penting kebutuhan sehari-hari bisa tercukupi minimal bisa buat beli makan sehari sekali," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua RW 04 Kelurahan Lebakgede, Ahmad Fauzi menyampaikan, sejauh ini warga setempat telah memperhatikan Maman selama ia kembali tinggal di Kota Cilegon.

Mulai dari makan, sampai tempat tinggal, dibuatkan melalui swadaya bersama warga setempat dibantu pihak kelurahan dan kecamatan.

"Proses saat ini, kita lagi mengarahkan kepada kesehatannya dulu, kita sudah tekankan ke kader supaya pak Maman dibawa ke Puskesmas," ungkapnya.

Rencananya, pihaknya akan membawa Maman untuk dibawa ke rumah sakit yang ada di Serang, Banten.

Namun hal itu masih menunggu proses dari Dinas Sosial Kota Cilegon, untuk mengecek kondisi Maman langsung di kediamannya.

"Informasi ini sudah masuk ke Dinsos, tinggal nunggu Dinsos turun ke sini, sambil nunggu informasi dari BPJS untuk diaktifkan lagi," katanya.

Baca juga: Kisah Janda di Cilegon, Tinggal di Gubuk Reyot Beralaskan Tanah, Butuh Uluran Tangan

Pasalnya, kata dia, pihak Dinsos tidak ingin apabila BPJS Kesehatannya nanti diaktifkan, namun BPJS tersebut tidak digunakan untuk pemeriksaan kesehatan.

"Soalnya Dinsos tidak mau kalau nanti ini diaktifkan tapi tidak dipake, makanya nanti Dinsos ke sini baru nanti penanganan medis," jelasnya.

Kata dia, fokus utama saat ini yakni bagaimana supaya Maman kembali pulih dari penyakitnya.

Setelah pulih dari penyakitnya, baru kemudian memikirkan nasib pria paruh bayah tersebut ke depan.

Sumber: Tribun Banten
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved