Seba Baduy 2025

Digelar Setiap Tahun, Apa Itu Seba Baduy? Ini Sejarah, Makna dan Prosesi Pelaksanaanya

Simak baik-baik sejarah, asal-usul dan makna tradisi Seba Baduy yang rutin digelar setiap tahun

Penulis: Ahmad Haris | Editor: Ahmad Haris
Kolase Tribun Banten
Kolase foto warga Baduy saat prosesi Seba Baduy 2024 dan 2023. 

Tradisi Seba telah berlangsung selama berabad-abad, dan awalnya merupakan bentuk pengabdian rakyat kepada raja atau pemimpin tertinggi dalam struktur kerajaan Sunda. 
Setelah kolonialisme dan masuknya sistem pemerintahan modern, tradisi ini tetap dipertahankan dan dimodifikasi — dari persembahan kepada raja, menjadi bentuk simbolik hubungan antara masyarakat adat dan pemerintah daerah.

Makna Filosofis Seba Baduy

Seba bukan sekadar ritual biasa, melainkan sarat makna:

- Tanda syukur kepada Sang Pencipta dan alam.

- Bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada pemimpin.

- Simbol kemandirian dan keteguhan masyarakat adat dalam mempertahankan tradisi serta menjaga kelestarian lingkungan.

Masyarakat Baduy percaya bahwa manusia harus hidup harmonis dengan alam.

Dalam Seba, mereka menunjukkan bahwa meskipun terisolasi, mereka tetap patuh pada sistem negara dan tunduk secara sukarela pada pemimpin formal.

Proses Pelaksanaan Seba 

1. Persiapan: Dilakukan beberapa hari sebelum keberangkatan. Para Tetua Adat menentukan siapa yang akan ikut, dan apa saja yang akan dibawa.

2. Perjalanan: Rombongan berjalan kaki sejauh 100–150 km dari pedalaman Baduy menuju pusat pemerintahan di Serang dan Rangkasbitung.

3. Prosesi Puncak: Sesampainya di Pendopo Gubernur atau Bupati, dilakukan penyerahan hasil bumi secara simbolik, dan pembacaan petuah adat oleh para tetua Baduy.

4. Dialog Adat: Biasanya ada pertemuan antara tokoh adat Baduy dan pejabat pemerintah untuk berdiskusi secara simbolik mengenai berbagai hal, termasuk pelestarian lingkungan dan perlindungan wilayah adat.

Seba Baduy Zaman Sekarang

Tradisi Seba Baduy menjadi satu-satunya di tradisi di Indonesia, tentang tradisi pelaksanaan penyerahan upeti hasil bumi dari rakyat kepada raja atau penguasa di masa lalu (sejak zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara), yang masih tetap lestari hingga masa kini (Indonesia).   

Sumber: Tribun Banten
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved