Arti Kata Bahasa Arab

Arti Lakum Dinukum Waliyadin Ayat Terakhir QS Al-Kafirun, Ini Makna Toleransi dalam Perspektif Islam

Berikut arti lafadz Lakum Dinukum Waliyadin Ayat Terakhir Quran Surat Al-Kafirun, simak terkait makna toleransi dalam perspektif Islam

Penulis: Ahmad Tajudin | Editor: Ahmad Tajudin
Canva/Tribun Banten
ILUSTRASI - Berikut arti lafadz Lakum Dinukum Waliyadin Ayat Terakhir Quran Surat Al-Kafirun, simak terkait makna toleransi dalam perspektif Islam yang akan dijabarkan berikut ini. 

TRIBUNBANTEN.COM - Berikut arti lafadz Lakum Dinukum Waliyadin Ayat Terakhir Quran Surat Al-Kafirun, simak terkait makna toleransi dalam perspektif Islam yang akan dijabarkan dalam artikel berikut ini.

Seperti diketahui, surat Al-kafirun adalah salah satu surat yang ada di dalam Al-Quran.

Surat Al-Kafirun termasuk surat pendek yang isinya hanya terdiri dari 6 ayat, yang turun kepada Nabi Muhammad SAW, di kota Mekkah.

Ayat terakhir dalam surat Al-kafirun ini berbunyi lakum dinukum waliyadin.

Kosa kata dalam Bahasa Arab menjadi salah satu kalimat yang cukup sering digunakan masyarakat Indonesia.

Baca juga: Arti Lafadz Annadhofatu Minal Iman, Apakah Hadist atau Bukan? Berikut Tulisan Arab dan Penjelasannya

Baca juga: Arti Man Kana Yuminu Billahi, Hadist Tentang Berkata Baik atau Diam, Memuliakan Tetangga dan Tamu

Kalimat ini sering didengar saat mengikuti kajian keagamaan, atau sedang belajar Pendidikan Agama Islam.

Penggalan lafadz ini juga sering muncul dalam soal ujian sekolah atau tes ujian lainnya.

Pengertian Lakum Dinukum Waliyadin

Secara bahasa arti Lakum Dinukum Waliyadin adalah untukmu agamamu dan untukku agamaku.

Kalimat ini terdapat dalam ayat terakhir surat Al-kafirun.

Al-kafirun merupakan surat berisi tentang toleransi beragama.

Surat ini sangat terkenal karena kandungannya mengajarkan kita untuk bertoleransi antar umat beragama.

Dalam kitab suci Alquran diperintahkan untuk menghormati penganut agama lain.

Ini sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu dasar negara Indonesia sesuai dengan jiwa dan kekhasan bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika.

Baca juga: Ayat Seribu Dinar Pembuka Pintu Rezeki Lengkap Bacaan Arab, Latin, dan Terjemahannya

Seperti dalam potongan akhir ayat surat tersebut yang artinya, “Untuk mu agama mu dan untuk ku agama ku”.

Saling menjaga kerukunan beragama, tidak saling menjelekkan dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

Berikut bacaan surat Al-kafirun lengkap arab, latin dan terjemahannya

Surat Al Kafirun

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ

Qul yā ayyuhal-kāfirūn(a).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir,

لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ

Lā a‘budu mā ta‘budūn(a).

aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ

Wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud(u).

Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.

وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ

Wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum.

Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ

Wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud(u).

Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ

Lakum dīnukum wa liya dīn(i).

Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Baca juga: Ini Amalan Selama Bulan Muharram yang Bisa Menghapus Dosa, Berikut Niat Puasa Tasua dan Puasa Asyura

Itulah rti Lakum Dinukum Waliyadin Ayat Terakhir Surat Al-Kafirun, Pedoman dalam toleransi beragama.

Toleransi dalam Perspektif Islam

Toleransi adalah sifat atau sikap menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya sendiri.

Dalam pandangan Barat toleransi (tolerance) dimaknai menahan perasaan tanpa protes (to endure without protest), meskipun gagasannya itu salah (Lihat; The New International Webster Comprehensive Dictionary of The English Language, 1996:1320).

Berbeda dengan Islam, Islam menyebut toleransi dengan tasamuh.

Tasamuh memiliki tasahul (kemudahan).

Artinya, Islam memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk menjalankan apa yang ia yakini sesuai dengan ajaran masing-masing, tanpa ada tekanan dan tidak mengusik ketauhidan (Lihat; Kamus al-Muhit, Oxford Study Dictionary English Arabic, 2008:1120).

Dalam konteks sosial dan agama, toleransi dimaknai, sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.

Baca juga: 10 Amalan yang Pahalanya Setara Haji & Umrah Tanpa ke Tanah Suci, Bisa Dilakukan di Bulan Dzulhijjah

Seperti “toleransi beragama” di mana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.

Konsep tasamuh dalam Islam mengandung konsep rahmatan lil ‘alamin.

Sekalipun Alquran tidak secara tegas menjelaskan tentang tasamuh, namun ditemui beberapa terma yang terkait dengan ini, di antaranya:

Rahmah atau kasih sayang (QS. al-Balad: 17), al-‘Afw atau memaafkan (QS. al-Nur: 22), al-Safh atau berlapang dada (QS. al-Zukhruf: 89), al Salam atau keselamatan (QS. al-Furqan: 63), al-‘Adl atau keadilan, al-Ihsan atau kebaikan (QS. al-Nahl: 90) dan al-Tawhid yang bermakna menuhankan Allah Swt (QS. al-Ikhlas: 1-4).

Bentuk toleransi

Sikap toleransi dan menghargai tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi juga kepada diri sendiri, bahkan sikap toleran harus dimulai dari diri sendiri.

Rasulullah saw mengingatkan agar ia memperhatikan dirinya dan memberi hak yang proporsional: “Sesungguhnya tubuhmu punya hak (untuk kamu istirahatkan) matamu punya hak (untuk dipejamkan) dan istrimu juga punya hak (untuk dinafkahkan).” (HR. Bukhari).

Terhadap mereka yang berbeda agama dan keyakinan, Alquran menetapkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama (QS. al-Baqarah: 256).

Sebab kebebasan beragama merupakan bagian dari penghormatan terhadap hak-hak manusia yang sangat mendasar.

Tugas seorang Nabi, demikian juga seorang ulama, da’i, hanyalah menyampaikan risalah, bukan untuk memaksa dan menguasai. 

Dalam sejarahnya Rasulullah saw, tidak pernah memaksa orang lain (non muslim) untuk memeluk agama Islam, dan sebaliknya.

Bahkan, melalui Piagam Madinah, Rasulullah saw telah memberikan jaminan kebebasan beragama kepada setiap orang.

Bentuk lain dari toleransi Islam yang terkait kebebasan beragama adalah tidak cepat-cepat menghukum kafir kepada orang yang masih menyisakan sedikit celah untuk disebut sebagai muslim.

Imam Malik mengatakan, orang yang perbuatan dan pernyataannya mengarah kepada kekufuran dari sembilan puluh sembilan arah, tetapi masih menyisakan keimanan walau dari satu arah, maka dihukumi sebagai orang beriman.

Dalam pandangan Islam, toleransi bukanlah fatamorgana atau bersifat semu.

Tapi ia memiliki dasar yang kuat dan memiliki tempat utama, sesuai nash Alquran yang antara lain tercermin dalam firman-firman Allah berikut ini:

“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19). “Barang siapa mencari agama selain Islam maka sekali-kali tidak akan diterima daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali 'Imran: 85). Selanjutnya firman Allah Swt: “Lakum dinukum waliyadin” (Bagimu agamamu, bagiku agamaku).” (QS. Al-Kafirun: 5).

 

Sumber : Tribun Sumsel Serambi News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved