Melemahnya Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar AS, BI Sebut Akan Perkuat Kebijakan Stabilisasi Nilai Tukar

Editor: Siti Nurul Hamidah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi: Melemahnya nilai tukar Rupiah atas Dolar AS, BI sebut akan perkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar

TRIBUNBANTEN.COM - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan akan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah saat melemahnya Rupiah dari dolar Amerika Serikat (AS)

Pasalnya nilai tukar mata uang Rupiah dalam beberapa bulan ke belakang mengalami pelemahan, tepatnya berada di kisaran Rp15.600 per Dolar Amerika Serikat (AS).

Bahkan pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami oleh Rupiah, sejumlah mata uang negara lain juga turut mengalami pelemahan yang lebih parah dibandingkan Rupiah.

Kedepannya, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.

Beberapa strategi yang dimaksud diantaranya adalah melalui intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian/penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

"Komitmen Bank Indonesia memastikan untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dalam menghadapi gejolak global yang terjadi selama ini," jelas Perry Warjiyo.

"Kami melakukan intervensi melalui DNDF dan juga penjualan SBN di pasar sekunder," katanya.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, faktor utama lemahnya Rupiah disebabkan oleh menguatnya indeks dolar AS.

Perry melanjutkan, kuatnya Dolar AS didorong oleh pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dan penarikan modal dari berbagai negara ke AS, di tengah melemahnya ekonomi dan tingginya inflasi di Eropa.

Pada saat bersamaan, tingginya ketidakpastian pasar keuangan global masih terus berlanjut.

Baca juga: Semakin Mendekati Rp 15.000 per Dolar AS, Rupiah Terus Tergerus

"Dolar ini sangat kuat, dan pelemahan nilai tukar dialami oleh hampir seluruh negara," kata Perry.

"Kenapa dolar sangat kuat? Karena agresifnya kenaikkan suku bunga Fed Fund Rate karena tingginya inflasi di AS baik karena faktor supply maupun permintaan yang sangat kuat."

"Dampak kenaikan Fed Fund Rate mendorong Dolar AS sangat strong terhadap berbagai mata uang dunia. Rupiah tidak terkecuali," sambungnya.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa penjualan/pembelian SBN di pasar sekunder untuk memperkuat transmisi kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).

Dalam meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN bagi masuknya investor portofolio asing guna memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah.

Baca juga: Sama Seperti Banten, Bali Kini Punya Kawasan Ekonomi Khusus, Padukan Pariwisata dan Kesehatan

 

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Masih Terpuruk di Level Rp15.600, Ini Respon Bank Indonesia

Berita Terkini