TRIBUNBANTEN.COM - Pengumuman MSCI jam berapa? Cek jadwal dan daftar saham yang berpotensi masuk Morgan Stanley Capital International.
Apa itu MSCI Index?
MSCI adalah indeks yang dibuat oleh lembaga riset keuangan Morgan Stanley untuk menggambarkan pergerakan saham pada berbagai kategori.
Tujuan dibuat MSCI Index adalah guna melacak dan mencerminkan pergerakan harga di pasar saham serta dapat digunakan para investor sebagai acuan dalam memilih investasi pada aset-aset tertentu.
Dikutip dari laman resminya, Indeks MSCI Indonesia dirancang untuk mengukur kinerja pada saham-saham dengan segmen kapitalisasi besar dan menengah di pasar Indonesia.
Baca juga: Live di TV! Ini Jadwal Bola 8-9 Agustus 2025: Borneo vs Bhayangkara hingga MU vs Fiorentina
Dengan 17 emiten besar yang dipilih, indeks ini mencakup sekitar 85 persen dari pasar saham Indonesia.
Sederhananya, MSCI adalah kumpulan indeks saham yang dikembangkan oleh perusahaan riset keuangan MSCI Inc.
Indeks ini digunakan untuk mengukur kinerja pasar saham di berbagai kawasan dan negara, serta dijadikan acuan bagi pengelolaan portofolio investasi global.
Indeks MSCI pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh Morgan Stanley. Kini, indeks ini telah mencakup lebih dari 70 negara dan sering dijadikan patokan oleh manajer investasi global yang mengelola triliunan dolar AS.
Indeks MSCI memiliki pengaruh besar terhadap arus modal internasional. Banyak investor global, seperti dana pensiun dan reksa dana asing, menggunakan indeks ini sebagai tolok ukur investasi mereka.
Jika suatu saham atau negara masuk ke dalam indeks MSCI, maka kemungkinan besar akan mendapat limpahan investasi dari dana-dana asing.
Sebaliknya, jika suatu saham dikeluarkan dari indeks, maka bisa terjadi aksi jual besar-besaran karena portofolio global akan melakukan penyesuaian.
MSCI secara berkala melakukan evaluasi dan rebalancing terhadap indeks mereka, biasanya tiga kali dalam setahun yakni Februari, Mei, Agustus, dan November.
Tujuan proses rebalancing dalam MSCI Index adalah menentukan apakah suatu saham layak dimasukkan atau dikeluarkan dari indeks berdasarkan kapitalisasi pasar, likuiditas, serta aksesibilitas pasar.
Jadwal Pengumuman MSCI
Merujuk pada laman resmi MSCI, pengumuman rebalancing index MSCI dijadwalkan pada hari ini, Kamis, 7 Agustus 2025, pukul 23.00 Waktu Musim Panas Eropa Tengah (CEST). Karena perbedaan waktu, pengumumannya baru bisa diakses di Indonesia pada Jumat, 8 Agustus 2025, pukul 04.00 WIB.
MSCI akan mengunggah daftar evaluasi di situs resminya, yakni www.msci.com. Ini informasi yang penting untuk setiap investor, sebab akan menjadi acuan investasi.
Daftar Saham Masuk MSCI
Saham-saham milik Prajogo Pangestu seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) sebelumnya disebut-sebut berpeluang untuk masuk indeks MSCI.
Namun, riset terbaru dari Samuel Sekuritas turut menyoroti dua nama lain, yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dinilai memiliki potensi kuat untuk bergabung dalam indeks bergengsi tersebut.
Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia Prasetya Gunadi mengatakan DSSA berpotensi tinggi masuk ke dalam MSCI Indonesia Big Cap Index. Prediksi ini ditopang oleh nilai kapitalisasi pasar free float yang mencapai US$ 6,6 miliar, jauh melampaui ambang minimum sebesar US$ 1,5 miliar.
"Selain itu, DSSA mencatatkan rata-rata transaksi harian selama 12 bulan sebesar US$ 7,2 juta juga melebihi syarat minimum sebesar US$ 2,5 juta. Adapun rasio nilai rata-rata yang diperdagangkan juga telah melampaui ambang batas 15 persen," kata Prasetya dalam risetnya, Kamis (17/7) lalu.
Sementara itu, Analis Samuel Sekuritas, Ahnaf Yassar dan Prasetya Gunadi juga menilai SSIA layak masuk ke dalam MSCI Small Cap Index. Peluang ini terbuka setelah saham SSIA mengalami lonjakan harga, salah satunya didorong oleh akuisisi 5,89 persen saham oleh Grup Djarum.
Kenaikan harga tersebut juga telah mendorong kapitalisasi pasar free float SSIA menjadi US$ 618 juta, jauh melampaui ambang batas US$ 250 juta. Dari sisi likuiditas, SSIA juga mencatatkan rata-rata transaksi harian dalam 12 bulan terakhir sebesar US$ 1,8 juta per hari, melebihi ketentuan minimum US$ 1 juta per hari.
"Masuknya saham SSIA ke dalam indeks MSCI akan meningkatkan visibilitas SSIA di mata investor global dan berpotensi menarik aliran dana dari investor pasif yang mengikuti indeks sekaligus membalikkan tren penjualan asing menjadi pembelian bersih," kata Ahnaf dan Prasetya dalam risetnya, Selasa (22/7).
Head of Research & Chief Economist PT Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto sepakat saham DSSA dan SSIA memiliki prospek kuat untuk masuk ke dalam indeks MSCI pada periode berikutnya. Ia juga menambahkan bahwa saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) berpeluang mengikuti jejak serupa.
"Saham-saham tersebut memiliki kapitalisasi pasar free float dan likuiditas harian yang mencukupi," jelas Rully kepada Kontan, Selasa (23/7).
Analis MNC Sekuritas PIK Hijjah Marhama punya pendapat lain. Menurutnya, salah satu saham yang punya kans untuk masuk indeks MSCI Small Cap ialah PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS).
Emiten ini memiliki free float yang cukup besar, yakni sekitar 35 persen, sehingga memenuhi salah satu kriteria MSCI.
Namun demikian, Hijjah bilang agar memenuhi syarat minimum kapitalisasi pasar, harga saham BRMS idealnya harus berada di atas level Rp 490–Rp 500 per saham.
Sebagai catatan, MSCI Small Cap menetapkan persyaratan minimum free float market cap sebesar sekitar US$ 250 juta, dengan proporsi kepemilikan publik minimal 15?n likuiditas harian di atas US$ 1 juta atau setara dengan Rp 16 miliar–Rp 20 miliar per hari.
Dari sisi likuiditas, BRMS termasuk salah satu saham yang aktif diperdagangkan, dengan nilai transaksi harian yang umumnya berada di kisaran Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar.
Bahkan, pada 11 Juni 2025 lalu, nilai transaksi BRMS mencatatkan rekor tertinggi harian mencapai Rp 1,2 triliun, seiring dengan penguatan harga saham sebesar 12?lam sehari.
Ini turut ditopang oleh volatilitas harga emas sebagai komoditas utama yang menjadi fokus bisnis BRMS.
Sementara itu, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dinilai memiliki fundamental yang cukup solid untuk masuk indeks MSCI. Namun, keduanya masih menghadapi tantangan dalam hal kepemilikan publik yang relatif kecil.
"Rebalancing MSCI perlu diperhatikan sebagai salah satu faktor yang dapat dijadikan acuan oleh investor dalam bertransaksi saham, khususnya untuk menilai tingkat likuiditas suatu saham," ucap Hijjah kepada Kontan, Rabu (23/7).
Hijjah menyarankan investor dan pelaku pasar agar memanfaatkan momentum menjelang rebalancing MSCI secara spekulatif.
"Bisa buy saham yang berpotensi masuk MSCI secara kualifikasi dan sell on high saat inflow masuk pada momen rebalancing," tambah Hijjah.
Hijjah melihat ada peluang trading buy saham BRMS menuju level psikologis Rp 500 per saham dan stop loss di posisi Rp 420 per saham. Sementara itu, SSIA mulai mengalami fase retracement, namun area support di kisaran Rp 2.150–Rp 2.200 bisa menjadi titik pertimbangan untuk posisi re-entry.
Selain itu, Rully menilai bahwa rebalancing indeks MSCI pada periode Agustus berpotensi mendorong penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), seiring dengan munculnya kabar positif menjelang pengumuman MSCI.
"Secara teoretis (meningkatkan IHSG). Sekarang saja sudah terbukti menggairahkan," tutup Rully.