Cerita Perajin Sandal di Lebak, Mengurangi Karyawan hingga Terancam Gulung Tikar
Sebagian besar konsumen perajin sandal di Lebak adalah pedagang di toko di beberapa daerah di Banten dan DKI Jakarta
TRIBUNBANTEN.COM - Sejumlah perajin sandal di Kabupaten Lebak, Banten, terancam gulung tikar.
Sudah tiga pekan terakhir, permintaan pasar keluar daerah sepi akibat pandemi Covid-19.
Maryati, perajin sandal di Kalanganyar, Lebak, mengaku biasanya memproduksi 200 kodi pasang sandal merek Widfel.
"Tapi sekarang hanya 15 kodi pasang," kata perempuan berusia 40 tahun ini, melalui telepon seluler, Kamis (16/4/2020).
Penurunan permintaan itu sudah mulai terjadi sejak dua bulan lalu.
Penurunan itu berdampak besar terhadap produksi sehingga terancam gulung tikar.
Sebagian besar konsumen perajin sandal di Lebak adalah pedagang di toko di beberapa daerah di Provinsi Banten dan DKI Jakarta.
Namun, karena penjualan menurun drastis, stok di gudang pertokoan masih banyak.
"Kami awalnya menyerap tenaga kerja sebanyak 20 orang, tapi sekarang hanya tiga orang akibat sepinya pembeli itu," ucap Maryati.
Maryati biasa menjual sandal merek Widfel seharga Rp 35 ribu per pasang.
Namun, saat ini pendapatan ekonomi dari produksi sandal sudah tidak bisa diandalkan lagi akibat dampak penyebaran virus corona.
Bahkan, perajin sandal dipastikan dua pekan ke depan sudah tidak bisa memproduksi karena bahan bakunya tidak ada di pasaran.
Apalagi DKI Jakarta telah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk percepatan penanganan COVID-19.
"Kami berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada perajin yang usahanya terdampak Covid-19 agar bisa kembali memproduksi usaha setelah dicabut status darurat corona," kata Maryati.
Penurunan permintaan sandal dan sepatu juga dialami Muhidin, warga Timur, Lebak.
