Cegah Stunting, Pemkot Serang Sasar Calon Pengantin
Stunting atau kekurangan gizi masih menjadi permasalahan yang dialami warga Kota Serang.
TRIBUNBANTEN, SERANG - Stunting atau kekurangan gizi masih menjadi permasalahan yang dialami warga Kota Serang.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Serang, M Iqbal, mengatakan angka stunting di Kota Serang berada di 4,3 persen atau menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,8 persen.
Berdasarkan data yang dimiliki, jumlah balita pada tahun 2020 di Kota Serang mencapai 70.000-75.000.
"Kalau kami bandingkan di Provinsi Banten, Kota Serang relatif masih kecil. Tetapi saya tidak bangga, saya menginginkan makin lama makin kurang, nah ini tugas kita bersama di Kota Serang," kata dia, melalui sambungan seluler, Minggu (30/8/2020).
• Angka Toleransi Stunting dan Gizi Buruk Indonesia di atas Zona Toleransi, Bagaimana Solusinya?
• Rekor Tertinggi, Kasus Gizi Buruk di Banten Tembus 1.770 Orang Bersamaan Pandemi Covid-19
Dia menjelaskan, tenaga medis hanya mampu menangani stunting sebesar 30 persen, seperti yang disampaikan badan kesehatan dunia, WHO.
"Sektor kesehatan dalam memberikan kesehatan bagi masyarakat hanya 30 persen, sedangkan 70 persen dari sektor lainnya. Karena ini kaitan dengan sektor pendapatan dan daya beli masyarakat," kata dia.
Sejauh ini Dinas Kesehatan Kota Serang, kata dia, telah berupaya menangani angka stunting di Kota Serang dengan salah satunya memperbaiki siklus kehidupan.
Dia mencontohkan, dalam siklus kehidupan yakni dengan sebelum menikah calon ibu akan dilakukan penyuntikan calon pengantin.
"Itu sudah berjalan, nah untuk suntikan yang kita berikan berupa suntikan tetanus teksoid kepada semua pengantin," kata dia.

Selain itu, pihaknya menjaga asupan gizi yang baik bagi para calon ibu yang sedang hamil.
"Untuk mendapatkan anak yang baik, itu harus kita kelola pada saat masih dalam berbentuk janin," jelasnya.
• Kisah Warga Kota Mataram, Diminta Rapid Test Covid-19, Kehilangan Bayi karena Telat Ditangani
• Begini Penanganan Bayi yang Baru Lahir dari Wanita Penderita Covid-19 di Tangerang
Dia menambahkan, jika hal tersebut tidak diantisipasi sejak dini maka volume otak anak stunting tersebut akan kecil dan berbeda dengan anak-anak lainnya.
"Walaupun dia sehat tapi kerdil, nah ini yang menjadi beban nantinya bagi bayi, beban untuk keluarga, beban untuk masyarakat dan beban untuk pemerintah. Karena mereka tidak bisa bersaing dengan kehidupan yang kompetitif," tambahnya.
TRIBUNNERS/(Martin Ronaldo Pakpahan)