Dear Bu Airin, Ada Bayi Penderita Hidrosefalus di Tangsel Belum Tersentuh Bantuan Pemkot
"Sedih saya tidak tega setiap kali mendengar dia menangis atau kejang-kejang dulu," ucapnya tersedu-sedu.
Penulis: Zuhirna Wulan Dilla | Editor: Abdul Qodir
Laporan wartawan TribunBanten.com, Zuhirna Wulan Dilla
TRIBUNBANTEN.COM, TANGERANG SELATAN - Sesosok bayi dengan kepala membesar terus berada di pangkuan ibundanya saat ditemui Tribunbanten.com di kontrakan petak di Kampung Babakan, RT 05 RW 03, Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu (21/10/2020).
Ibunda bayi tersebut, Yani Supriyani (22) menceritakan anak keduanya bernama Muhammad Falih Akmar, 9 bulan, telah yang menderita Hidrosefalus atau kelainan pada kepalanya sejak lahir.
Balita laki-laki ini lahir saat usia kandungan 7 bulan karena ketuban sang ibu telah pecah terlebih dahulu.
Akmar lahir dengan berat badan 4 kilogram.
Namun, secara fisik, hanya kepala Akmar yang besar. Sementara, tubuhnya tampak kurus.
Saat ini, Akmar yang telah berusia 9 bulan memiliki memiliki berat badan 9,6 kilogram.
Kedua orang tua Akmar mengaku sangat kesulitan dengan biaya pengobatan untuk balita tercintanya ini.
"Meskipun sudah ada BPJS tapi kan semua obat tidak ditanggung oleh mereka tetap harus bayar obatnya sampai 500 ribu kemarin itu," kata Yani Supriyani (22) wanita bertubuh kecil dengan kulit hitam yang merupakan Ibu dari Akmar, Rabu (21/10/2020).
Akmar tiga kali menjalani operasi untuk mengeluarkan cairan di kepalanya.
Dan sampai saat ini, Akmar masih menggunakan selang yang ditanam di pelipis kanan hingga ke bagian perutnya, untuk membuang cairan melalui saluran kemihnya.
"Sedih saya tidak tega setiap kali mendengar dia menangis atau kejang-kejang dulu," ucapnya tersedu-sedu.
Baca juga: Kejadian Lagi, Kurun Waktu Satu Minggu, Dua Bayi Terpapar Covid-19 di Kota Serang
Baca juga: Kisah Tewasnya Ayah, Anak dan Balita di Balaraja yang Meninggalkan Misteri

Ayahanda Akmar, Septian Prastia (28) menceritakan kelahiran anak pertamanya dilakukan secara operasi caesar di Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang Selatan.
Namun, selanjutnya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta Selatan untuk menjalani operasi pemasangan selang.
"Dulu itu setelah lahir kontrol ke rumah sakit seminggu dua kali, alhamdulillah setelah operasi ketiga bulan september kemarin sekarang kontrol itu hanya sebulan sekali," ujar Septian.
Septian juga menceritakan dirinya diberhentikan sepihak oleh perusahaannya karena dianggap sibuk mengurusi keluarganya.
Laki-laki bertubuh sedikit gemuk, berkulit hitam dan rambut lurus hitam ini dulunya merupakan petugas kebersihan salah satu perusahaan otomotif di Tangsel.
"Iya saya diberhentikan sepihak karena kata bos kemarin saya terlalu sibuk ngurusin keluarga, ya habisnya gimana kasihan istri kalau saya lepas sendiri di rumah sakit," tuturnya dengan wajah muram namun matanya memancarkan aura kesal.
Saat ini ia hanya bekerja serabutan seperti membantu tetangga mengecat rumah atau membantu orang pindahan, yang hanya dibayar tidak menentu setiap harinya.
"Saya mah kerja apa saja yang penting ada buat beli susu dan pempers serta makan di rumah," ujarnya lirih.
Keluarga ini juga tidak mendapat bantuan sembako warga terdampak Covid-19 dari Pemkot Tangerang Selatan meski lahir dan mempunyai KTP sebagai warga asli Tangsel.
Bantuan yang mereka perolehnya hanya berasal dari RW setempat, berupa sembako dan uang tunai untuk menyambung hidup.
"Kemarin saya juga sempat menunggak kontrakan dua bulan karena uang habis buat biaya ongkos kontrol Akmar, apalagi harus naik mobil kalau kontrol ke rumah sakit."
"Kalau naik motor, dia muntah-muntah terus, saya tidak tega," ucapnya terbata-bata seraya menundukkan kepala.
Kontrakan yang ditempati keluarga Septian di Kampung Babakan, hanya terdiri dari tiga kama.
Dari kontrakan itu, Septian dan istri mengaku terus berdoa untuk kesembuhan anak keduanya tersebut.
"Saya mah tidak berharap banyak hanya ingin kesehatan untuk keluarga saya," harapnya dengan penuh kesedihan.
Sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah atau pihak manapun yang terjun langsunv menengok kondisi sang balitanya kecuali ketua RW.
Bahkan ketua RT pun tidak memberikan bantuan atau memberikan solusi untuk keluarga kecilnya itu.
Septian juga berterima kasih kepada kakak iparnya yang telah menginformasikan lewat media sosial melalui gerakan donasi ojek online Tangsel.
Besar harapannya ada pihak dari pemerintah atau swasta maupun dengan warga yang terketuk hatinya untuk membantu balita tercintanya.
"Semua orang tua ingin anaknya normal seperti anak lainnya," tukasnya.